18

1.1K 134 4
                                    

"Dek, ayo keluar kamar, nggak bosen apa di kamar terus?"

Sedaritadi mas Minhyun berusaha merayuku untuk keluar dari kamar. Setelah menghadiri pemakaman Guanlin, aku memutuskan untuk berdiam diri di kamar. Masih tetap tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi.

Jinyoung POV

"Mas Minhyun?"

"Eh Young."

"Solbin masih belum mau keluar?"

"Iya nih, coba lo rayu dia deh kali aja mau."

"Yaudah gue coba dulu."

"Oh ya gue tinggal ke bawah dulu."

Di sinilah aku, di depan kamar seorang gadis yang masih terpukul. Aku nggak suka lihat dia seperti ini, bukan Solbin yang aku kenal. Aku rindu tawanya yang ceria. Meski akhir ini memang bukan aku yang membuatnya tertawa.

"Hwang Solbin?"

Hening. Nggak ada jawaban keluar dari dalam.

"Solbin, ayo keluar."

Dan lagi, hening. Aku pasrah, udah nggak tau gimana lagi ngerayu Solbin.

Seseorang menepuk pundakku. Dia, Jihoon.

"Kenapa Hoon?"

"Ayo ikut gue, ada sesuatu yang mau gue sampain."

Sesuatu? Penting? 

"Tapi si Solbin-"

"Solbin biar diurus sama Somi, sekarang lo ikut gue."

Jihoon berjalan di depan sedangkan aku mengekor di belakang sambil memikirkan apa yang mau Jihoon kasih tau. 

Jihoon mengajakku ke halaman belakang rumahnya Solbin. Sepi. Cuman ada kita berdua.

"Mau kasih tau apa, Hoon?"

Jihoon mengambil handphone dari saku nya. Lalu menunjukkan sebuah video hasil dari rekamannya sendiri.

"Video apa nih?"

"Lo liat sendiri."

Kaget. Gimana enggak, di dalam video itu ada Siyeon yang lagi berdiskusi dengan orang suruhannya. Berarti dari dulu biang keroknya emang dia.

"Buat papa nya Solbin kecelakaan, kalau bisa sampai mati."

"Kenapa ke bapaknya bukan ke anaknya?"

"Gue masih pengen liat dia menderita."

"Oh jadi itu mau lo, oke siap, jangan lupa transfer."

"Masalah transfer gampang."

"Oke, laksanakan tugas."

Marah? pasti. Karena emosi, aku beranjak dari tempat dudukku berencana untuk menemui Siyeon. Namun Jihoon mencegah.

"Mau kemana?"

"Gue mau ketemu sama Siyeon"

"Jangan, gue tau cara yang bener daripada gini."

"Gimana?"

Jihoon memberi tau cara untuk menjebak Siyeon. Idenya bagu, tumben. Aku pun menyetujuinya dan langsung pergi.

~

Aku sekarang berada di sebuah kafe temoat biasa aku bertemu dengan Siyeon. Sudah hampir 10 menit menunggu, tapi dia juga belum datang. Tiba-tiba seseorang merangkul leherku, yang sudah pasti dia adalah Siyeon.

"Hai sayang, aduh maaf ya tadi di jalan macet banget."

"Hm."

"Tumben ngajak keluar, ada apa nih?"

"Gapapa sekali-kali, kamu mau pesen apa?"

"Samain aja kayak kamu."

Siyeon senyum-senyum nggak jelas. Mungkin kesenengan gara-gara aku yang mengajaknya keluar.

Nggak butuh waktu lama, makanan kita datang. Kita berdua fokus sendiri-sendiri. Aku fokus sama makanan sedangkan Siyeon fokus sama hp nya buat foto-foto terus upload ke instagram. Tiba-tiba televisi yang ada di kafe menampilkan sebuah video Siyeon.

"E-eh?!"

"Kenapa?"

"I-itu apa?"

Siyeon menunjuk ke arah televisi. Aku menoleh, menampilkan ekspresi datar tapi mematikan.

"Udah kebukti kan sekarang?"

"Ja-jadi lo ngajak ketemuan buat jebak gue Young?"

"Menurut lo?"

"Keterlaluan anjing!"

"Cuma mau ngingetin, seberapa pinter lo nyembunyiin kejahatan, bakal ketauan juga Yeon."

Jihoon tiba dengan dua orang polisi. Siyeon kaget setengah mati. Berusaha untuk kabur, namun naas, kedua tangannya sudah dipegang oleh polisi-polisi tersebut.

"E-eh lepasin nggak!"

"Bawa dia ke tempat yang bener pak."

Kedua polisi itu langsung membawa Siyeon ke mobil mereka. Siyeon pantas buat dipenjara karena ulahnya. Jihoon menepuk pundakku

"Mas Minhyun nelpon gue, katanya Solbin udah mau keluar kamar."

"Oh oke, ayo ke rumah Solbin."

"Lo duluan aja, gue mau ketemuan sama Mas Seongwoo."

"Yaudah, gue duluan."

"Salamin salam gue ke Solbin."

Aku memberi tanda oke ke Jihoon, lalu segera menaiki motor dan melaju dengan cepat ke arah rumah Solbin.

~

Sudah ada tante Irene, mas Minhyun, Somi, dan pastinya Solbin. Aku langsung berlari ke arah Solbin dan memeluknya. Pelukan yang sedari lama kurindukan.

"Heh Young, datang-datang langsung main peluk aja."

Tersadar akan perkataan Somi, aku langsung melepas pelukanku. Tidak apa sebentar, seenggaknya rasa rinduku berkurang.

"Eh iya-iya maaf."

"Dari mana lo?"

Aku bercerita mulai awal. Reaksi mereka benar-benar kaget. Terutama Solbin, dia sampai nangis.

"Gue nggak nyangka dia bakal sejahat itu."

"Yang lalu biar lah berlalu, Siyeon juga udah ada di tempat yang pantes."

Sekarang gantian Solbin yang memelukku. Kenapa nih?

"K-kenapa bin?"

"Makasih."

Aku tersenyum. Aku mengelus puncak kepala Solbin. Berusaha untuk memberi rasa tenang

"Gue minta maaf, gara-gara gue jadi begini."

"Yang penting dia udah pergi."

















To be Continued...

[✔] life, bae jinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang