Langit sudah berubah warna menjadi gelap, tapi aku masih betah berada di rumah Guanlin. Serasa nggak ingin pulang hehe.
"Solbin, kapan-kapan kita pergi belanja bareng, mau?"
"Mau banget tante, Solbin udah lama nggak pergi belanja."
"Salah nih ngajak Solbin ke sini, anaknya nggak diperhatiin."
Itu Guanlin yang ngomong. Cemburu mamanya lebih asik denganku daripada dengannya.
"Mama bosen perhatiin kamu terus, Solbin kan jarang kesini."
Guanlin diam tidak menanggapi. Gimana enggak, dia udah fokus sama game nya.
"Ngomong-ngomong, kok rumahnya sepi, tan?"
"Papanya Guanlin lagi adapekerjaan di luar kota, adiknyaguanlin lagi nginep di rumah neneknya."
"Loh Guanlin punya adik? Kok aku nggak tau."
"Dia nggak cerita?"
"Nggak sama sekali."
"Bentar-bentar."
Beliau berjalan ke arah suatu ruangan. Balik-balik, sudah membawa sebuah album foto.
"Ini Lai Mei Xu, adiknya Guanlin."
"Lucu banget."
"Sayangnya Guanlin enggak."
Kita berdua bercanda bersama sampai-sampai lupa kalau hari sudah malam.
"Tante, udah malem, Solbin pamit pulang dulu."
"Dianter Guanlin, ya"
"Nggak usah, tente. Solbin minta jemput mas Minhyun aja."
"Udah sini gue anter."
Mau nolak gimana lagi kalau ujung-ujungnya tanganku ditarik keluar rumah sama Guanlin.
"Ayo naik."
"Bentar."
Aku berjalan ke arah mamanya Guanlin. Hanya untuk sekadar berpamitan dan berterimakasih.
"Tante, Solbin pulang dulu ya."
"iya, hati-hati di jalan. Guanlin juga jangan ngebut, inget udah malem."
"Siap ma."
Selama perjalan nggak tau kenapa perasaan ku nggak enak. Nggak tau ini tentang rumah, mas Minhyun, atau bahkan bisa jadi Guanlin.
"Makasih Lin."
Dia diam. Tapi satu tangannya naik ke puncak kepalaku. Dia menatapku dengan lekat. Bahkan tak tanggung-tanggung dia menempelkan hidungnya di hidungku. Tumbenan, kenapa?
"Tumben."
"Gapapa."
"Apa sih kok jadi aneh gini."
Guanlin mengambil sesuatu dari dalam jaketnya. Bentuknya kecil. Oh ternyata sebuah flashdisk. Dia mau berbagi film, mungkin?
"Ini hadiah spesial dari gue."
"Ulang tahun gue udah lewat, Lin."
"Emang kalau mau kasih hadiah harus nunggu ulan tahun?"
"Ya enggak juga."
"Udah ya gue pulang. Inget satu hal, gue sayang sama lu."
Guanlin menghilang sekejap dari pandangan mataku. Aku melihat flashdisk pemberian Guanlin, apa coba ini isinya. Tapi perasaanku kok tetap nggak enak gini, ya?
Aku langsung menuju ke kamar. Rumah masih seperti biasa. Sepi. Baru saja merebahkan diri di tempat tidur tercinta, mama Guanlin telepon.
Baru ketemu, kenapa telpon?
"Halo tante, kenapa?"
"Guanlin..."
Bentar, ini aku nggak salah denger? Tante lagi nangis? Terus tadi nyebut nama Guanlin, kan?
"Guanlin kenapa?"
"Dia kecelakaan."
Seketika kakiku lemas. Tanganku juga sampai tidak kuat untuk sekadar memegang handphone. Perasaanku benar terjadinya. Kenapa harus kamu, Lin?
To be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] life, bae jinyoung
Fanfiction[ bahasa ] kadang aku merasa jatuh cinta kepadanya seperti bernapas -terlalu mudah. Sangat mudah sampai-sampai aku tak menyadarinya. © rosethctic, 2017