PROLOG

132 7 0
                                    



12:42

Tahun pertama di kota ramai

Untuk apa hati di ciptakan bila hanya terasa hambar dan tidak mempunyai pintu untuk di masuki ? biarlah ini yang terjadi sampai di temukannya pintu itu , untuk siapa hati ini di datangi dan untuk siapa hati ini di tutup biarlah ini menjadi urusanku dan untuk suatu saat mungkin aku tidak lagi seperti ini dan jangan tanyakan mengapa aku seperti ini cukup ada seseorang yang memeluku, menggenggam tanganku hingga aku lupa bahwa aku pernah merasakan sakit hati yang dalam.

Satu tahun berlalu , kini di gantikan dengan suasana kota yang baru , kota dengan berselimutkan embun yang memancarkan suasana dingin, seperti hati ini yang cukup dingin untuk di tinggali. Ku eratkan kembali jaket yang terus tersinggahkan salju putih .

"uhhh dinginnya " ucapku sambil mengeratkan pakaian musim dinginku

Langkah kakiku sebentar lagi akan sampai menuju sekolah , gerbang pertama telah ku lewati dengan senyuman dalam hati karena aku tak pandai mengukir senyum di bibirku .

"hei ...." teriaku , tanganku tiba tiba di tarik oleh seorang lelaki berambut pirang dengan tinggi 183 cm , ya dia BEN , seoarang laki-laki yang menemani aku duduk saat Sekolah dasar, ya selama 6 tahun kami duduk bersama. Dia bilang dia tidak ingin duduk dengan lelaki apalagi dengan gadis lainnya yang dia inginkan hanya aku, entah apa alasan dia untuk itu. Anak band saat SMP. Namun saat itu kami tidak satu sekolah, dan akhirnya kami di pertemukan lagi satu SMA , sosok lelaki yang dingin namun banyak bicara saat dia sedang bersamaku. Sulit bukan mengenali wataknya? .

" hei ben !!!" sontak aku berteriak saat tanganku di tarik oleh si ben

" heh , mau jadi manusia salju, jalan kok lama banget sih, udah tau di luar dingin  banget " ucap Ben sembari menutupi kepalaku dengan kupluk di jaketku.iya kupluk.

" hmmmm" gerutuku

"yuk " dari arah belakang ben mendorongko maju dan mengumpat di balik punggungku

Ya, Ben dengan wajah yang super tampan, tinggi, putih, memiliki banyak bakat, rambut pirang dengan style anak remaja sekarang, kaki yang jenjang membuatnya tampak lebih cool. Ok dengan deskripsi seperti itu tidak ada gadis di SMA bahkan d kota ini yang tidak menyukai Ben. Sudah terbiasa jika kami sudah sampai koridor kelas Ben mengumpat di balik punggungku untuk mengindari wajahnya dari para gadis yang menggodanya.

Ruang 221A, kelas aku dan Ben, terisi 28 murid di kelas. Wali kelas kami terbilang usianya masih muda dan belum menikah .Aku dan Ben duduk di baris ke 2 karena posisi duduk d sekolah kami satu satu maka aku dan ben tidak bisa duduk semeja lagi. Tapi Ben masih duduk d sampingku walaupun jarak kursi kami hanya satu langkah.

"udah sampe .." ujarku pada Ben

" thank you Naelku " jawab Ben sambil diam diam mengambil bekal makanan di tasku .

"oh jadi kamu diem diem ngumpet di belakang punggungku buat ambil bekal aku d tas ?" ucapku pada Ben sambil menarik tas punggungnya saat dia hendak maju ke tempat duduknya

"he he he , bagi kek pelit amat lu" mohon ben padaku

" enak aja lo , gua tampol baru tau rasa , sini ah " akhirnya aku bisa meraih tepak makanku dengan tangan kananku sementara tangan kiriku masih menahan tas punggung milik Ben

---

Taman di sekolah kami sangat indah saat musim apapun, bahkan saat musim salju seperti ini danaupun sangat indah walau tertutupi oleh salju.

earphonepun selalu menggantung d telingaku. Ku sembunyikan kedua tanganku di saku jaket. Ku tutup kepalaku dengan kupluk jaketku. Ya cukup hangat. Aku berjalan sendirian di sekitar koridor kelas menuju kantin karena sudah masuk waktu istirahat. oh iya Ben sedang ada kumpul eskul musiknya untuk tampil di akhir musim salju.

"americcanno ice satu ya kak " pesanku pada barista caffe yang ada d kantin sekolahku

"hmm , udah gak heran kalau nael dingin dingin pesannya malah ice " ujarnya

" hmmm" balasku dengan senyum tipis dan menundukan kepala

Meja dekat jendela dengan langsung menghadap ke danau itu adalah tempat favoritku di kantin ini, dengan begitu aku tidak mendengar kebisingan d luar sana, yang hanya ada keheningan.

" pesanan sudah datang naelku yang cantik " usilnya sambil membawakan ice amaricano dengan bertuliskan have a nice day nael cantik , dia adalah seorang lelaki yang berusia 3 tahun lebih tua dariku .

"apaan sih kak. " sapaan kak dengan hangat keluar dari bibrku , karena sudah ku anggap sebagai kakaku sendiri selama aku berada d sekolah ini.

Tuk tuk tuk

Suara langkah sepatu yang sangat mengganggu, anak anak berlarian keluar dengan tergesa gesapun menjadi rasa penasaranku muncul ? ada siapa ? artis ? atlit ?

JA(T)UHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang