Chapter 8

19 1 0
                                    


" ben..." teriaku spontan ketika mataku akhirnya menemukan wajahnya yang sembari tersenyum kearahku. Sontak aku langsung memelukanya tanpa jeda, aku bahkan tak sadarkan diri bajuku yang kotok memeluknya. Tapi ben tak menghindar ia malah menyambut pelukanku.

"maaf ya " ucapnya tepat di telingaku sambil mengelus elus rambut.

"gua ga mau maafin loe"

"tapi kok meluknya kenceng banget?"

"ah sorry " senyumku kaku tersipuh malu mendengarkan ben berkata seperti itu.

"udah sini peluk lagi" ben menarik tangaku dan kembali mendekapku.

"ben.."

"hmm"

"semua cewe cewe disini liatin kita " akupun mengucapkannya sambil lepas dari pelukannya. Aku lupa ketampanan Ben memang bisa dibawa kemana-mana. Buktinya masih ada saja perempuan yang melihat Ben dengan wajah lapar.

"kok gua bisa ganteng gini ya ?"

"kok gua bisa cantik gini ya ?" balasku agar aku tidak terlihat kalah di depannya.

" hmmm yang didatengin Ben mah langsung semangat aja ya" vina datang sambil meledek ke arahku

"hai vin"

"hai Ben. Ben tau ga loe ? semenjak loe ga ngecahat si nael dia uring uringan ga jelas. Parah loe "

"idih, boong ben jangan percaya dia, vin loe apaan sih" jemariku mencubit pinggang Vina.

"ya udah gua nunggu loe di lobby , kalian ganti baju sana. Ini gua bawain makanan, ajak yang lainnya juga" pintanya

"gua yakin loe ga beli, pasti di kasih sama adik kelas haha" ledek Vina

Biar kuceritakan sedikit tentang makanan yang selalu dibawa Ben. Ben lelaki yang banyak digemari para kaum siswi dan bahkan kaum gurupun mengaguminya, selain pintar dibidang akademik ia juga kerap kali menjuarai berbagai macam perlombaan. Setiap kali semua siswi memberi makanan , cemilan atau bahkan minuman yang ada di caffetaria sekolah hanya untuk mencari simpati Ben. Tapi setiap kali Ben mendapatkan itu semua Ben selalu mengajak kami makan bersama sama. Pernah ada adik kelas yang memberinya sebuah pes 4. Lalu Ben menolaknya katanya "uangnya buat beli make up kamu aja jangan di beliin ini, aku ga bakalan nerimanya. Terimakasih" itu katanya saat itu.

...

Semua berkumpul di lobby hotel sebelum kami semua beranjak menuju lapangan. Segala macam candaanpun kami lontarkan. Kalian mungkin tidak tau bagaimana lucunya sikembar menceritakan masa kecilnya saat itu. Terdengar begitu lucu dan menghangatkan. Katanya dulu mereka sering lupa nama sendiri saat Tk, bahkan sempat rebutan nama. Akhirnya orang tuanya memberikan jam tangan bertulisakan namanya. Orang tua mereka juga sempat salah sasaran saat memarahi si kembar, ibunya malah memarahi si Adnan padahal yang berantem si Aldi. Itu saat SMP. Mereka kembar identik. Aku juga kadang terlalu mikir lama untuk menyebutkan namanya terlebih dahulu. Tapi akhirnya kita semua terbiasa. Karena Aldi sering memakai Kalung di lehernya sedangkan Adnan sering memakai gelang hitam dilengan kirinya.

Kami semua meninggalkan area lobby dan meninggalkan Ben sendirian disana.

...

Akhirnya semua berkumpul di lapangan dan duduk rapih menghadap ke panggung. Ben yang sedari tadi duduk menunggu acara selesaipun mulai memainkan ponselnya. Ketika ia hendak bangun dan tubuhnya menabrak pundak Richard.

"woi " ujar richard

"loe ?" ucap Ben sambil menunjuk ke arah Richard

"loe kok bisa disini ?" tanya Ben dengan langsung bernada tinggi.

"nanya sama gua ya loe ?" ketusan dari Richard. Langkah richardpun terhenti ketika kaki Ben menghalanginya.

"kalau loe sampe gangguin Nael di depan mata gua, abis loe" ben, dengan segala kekhawatiranya pada Nael membuatnya harus melakukan ini. Tanggapan Richard yang hanya dengan senyuman ketus membuatnya merasa tertantang. Menurutnya kata kata ben tersebut membuatnya semakin semangat untuk mendekati Nael.

" ah, siapa nama loe ? Ben, kata kata loe tadi membuat gua semakin semangat.thanks ya bro"

Tangan Ben menggepal, ia merasa kesal akan ucacapan Richard tadi, menurutnya ia harus menghabisinya disini tapi tidak dengan kota ini, ini bukan wilayahnya. Benpun meninggalkan area lobby dan meninggalkan bayangan Richard dengan segala ancamannya.

...

" beri tepuk tangan yang meriah" ucap seorang wanita yang berdiiri di atas panggung dilengannya ia membawa kartu pertanda dia adalah pembawa acara . dan disampingnya adalah seorang lelaki paruhbaya, ia memakai jas hitam dan kemeja putih didalamnya. Seorang motivator terkenal dan seorang yang sukses dibidangnya. Semua tau akan itu.

Dengan berselimutkan langit mendung sore yang membuat suasana kota ini semakin dingin saja. Ini adil. Bagi Nael. Udara dingin dan ada Ben yang menungunya disini. Acara telah selesai dilaksanakan kemudian semua peserta berhamburan menuju hotel. Mata Nael menagkap tubuh Ben yang berdiri di ujung lapangan dengan kedua tanganya di sembunyikan disaku celananya itu membuatnya harus berfikir atas gambaran diwajahnya. Ada apa ?

"eh, gua nemuin ben dulu ya " pinta Nael pada semua temannya. Semuanya mengangguk pertanda mengiyakan.

"kenapa ?" tanyanya setelah sampai didepan Ben.

"berjanji satu hal sama gua" tatapan Ben yang tajam menembus mata Nael membuatnya semakin kawatir. 

"maksudnya ?"

"gua ga akan bilang sebelum loe janji sama gua "

"ben. gua ga berjanji sama loepun gua tetep mematuhi apa yang loe suruh"

"ini beda el, loe harus janji sama gua" kedua tangan Benpun memegang bahu Nael untuk semakin meyakinkannya." Gua tau Richard ada disini tapi gua ga tau apa yang bakalan dia lakuin sama loe. Dan loe jangan deket deket sama dia. Jaga diri loe baik baik" kalimatnya sungguh seperti mencengkam. Nael tidak tau maksud dari kata kata itu, yang iya tau hanya ada nada kekhawatiran. " ga perlu loe jawab apa apa, gua udah mau cabut dari sini, ada urusan di sekolah yang harus gua kelarin" kalimat terakhir yang kemudian Ben meninggalkan Nael mematung karena masih harus mencerna kalimat Ben. iya, ben kemudian pergi bersama bayangannya dan wangi tubuhnya.

Nael yang berjalan dengan mata yang seakan kosong, tiba-tiba Richard menghalangi langkahnya. Ia mengandalkan bahu lebarnya untuk mengentikan jalnnya Nael. Nael yang kemudian berhenti secara tiba-tibapun akhirnya tersadar.

" hi Nael " ucapnya sambil memamerkan senyum sinisnya.

Nael hanya memutar bola mataya dan menghembuskan Nafas dalam dan pergi meninggalkan Richard, tapi Richard tetap mengalangi langkahnya Nael.

"heh" ucap Nael

Kemudian Richard mempersilahkan Nael untuk kembali berjalan, ia ulurkan tanganya bak sedang melayani Artis di red carpet.

"nael, hati hati ya" nadanya seperti tidak meyakinkan, yang ia maksudnkan dengan hati hati adalah hati hati suasatu saat ia akan kembali mengerjainya. 

JA(T)UHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang