Sepanjang hari itu

29 0 0
                                    



NAEL

Hari berganti, sebuah kisah baru akan tercipta, langit dikota ini masih sam amenurutku, tak ada yang berubah, suasana musim dingin masih terasa sampai menusuk tulang rusuk. Susu hangat ku minum dipagi hari untuk mewakili hangatnya tubuh ini. Ku ikat rambutu yang sudah ku sisi rapih. Dan mataku tercolong dengan hoodie hitam yang menggantung didekat pintu. Untuk kamu, pemilik hoodie itu temui aku. Kumohon agar aku bisa berterimaksih.

"Ben loe dimana ?"

Aku mengirim pesan pada Ben, karena aku butuh tumpagan. Hari ini suhu di kota sangat dingin. Sungguh.

Suara notification Line pun terdengar jelas.

"kumohon ini dari Ben" setelah ku lihat hanya dari akun oficiall line. Argh sial.

BRUMM. Anggap saja suara mobil datang seperti itu. Mobil itu membunyikan klakson mobilnya dengan sangat kencang

"woi, buru masuk" dan ternyata Ben datang dengan mobilnya yang cukup berembun. Sontak gua tersenyum bahagian Ben datang.

"kok ga baca line dari gue ?" segera ku membuka pintu dan memasang seatbelt.

"ga perlu gue baca, firasat gue emang udah bener kalau lu butuh tumpangan"

"ah upil kebo sa ae lau" seruku untuk menghangatkan suasana yang cukup dingin.

...

Gerbang sekolah sebentar lagi akan ditutup, ku harap mobil Bne bisa tepat melewati gerbang utama sekolah. Pak satpam sudah bergegas menutup pintu gerbang utama. Ben memberhentikan mobilnya tepat disampng pak satpam, dan tangannya memberi salam hormat. Memang Ben sedekat itu dengan para pengurus sekolah.

"pak tambah ganteng aja " ucap ben sambil tersenyum rayu

"ah bisa aja mas ganteng, mas juga ganteng banget sih, ati ati ntar mba Nael suka loh" ucap Pak satpam sambil melirik genit kearahku. Aku hanya bisa berlenggak tak tau apa apa. Iya begitu.

"heuh si bapak, ya udah pak saya masuk sekolah dulu ya takut dimarain sama bu guru nih kalau kelamaan ngobrol sama bapak" ben memajukan mobilnya dan ketika mencapai satu metermobilnya ia berhentikan kembali hanya untuk megatakan " oh iya pak, jangan lupa ngoppi yak " ucap Ben yang membuat gua tertawa pecah pagi itu

"apaan sih loe ben haha" refleks tanganku memukul pundak Benyang sednag menyetir

"aduh sakit"

"idih apa iya sakit "tanyaku khawatir, karena memang pukulanku sedikit keras tadi

"tapi boong" jawabnya sambil mengacak-ngacak rambutku. Wahai kau para perempuan mengaku saja jika ketika rambutmu di acak acak itu memebatmu nyaman seketika.

" Ben loe duluan aja ya masuk kelas, gue ada keperluan mendadak disuruh keruang guru kata pembina osis nih " pintaku sambil memeperjelas pada Ben

"yaudah iya sono tiati ya " pintanya

"shap bos"

Ben pergi meinggalkan bayangan semu di lantai sekolah, aku langsung meuju ke lantai 4 untuk menemui pembina osis. Sepanjang jalan yang kulakukan hanya memegang ponsel dan menunduk. Terengar suara teriakan dari arah belakang memanggil. "WOII " sontak langkahkupun berhenti. Ku tengok perlahan kearaha belakang dan ternyata Richard. Richard berjalan tegap dengan kedua tangan di masing masing sakunya, tas gendog yang ia kenakan hanya disatu lengan saja. Jaket berwarna hitam yang ia kenakan menutupi seragam sekolah.kaki yang jenjang mmebuat langkahnya terasa cepat menuju diriku.

Kujulurkan tangan mengajak salaman. Lalu dia membalasnya dan merasa aneh

"Naelya Shyenofia, anak kelas XI IPA 1"

"gua ga nanya" ia mencoba melepaskan genggamannya dariku dan ku balas ku genggam erat lagi agar tidak lepas ktambah tekananhya agar dia merasakan sakit.tapi sepertinya tidak, tekanan tanganku tidak sekuat itu.

"nama gue itu bukan WOI" gua langsung bergegas memutas badan menuju eskalator dan Ricahard menarik rambutku "WOII" teriakanku cukup kecang mewakili sakitnya rambutku yang ricahard tarik

"Richard gibson, murid baru kelas XI IPA 1 yang sekelas dengan cw tengil yang sednag gua jambak rambutnya"

"lepasin" pintaku lembut

"gua cuman mau tanya toilet dimana? Kalau gua ke lantai2 kelamaan"

" tuh, ada tulisannya" jariku meunjuk kearah papan petunuk di dekat meja lobi

"makasih"

"iya sama-sama" ketusku

...

" jadi gitu el, snggup kan kamu ?" tanyaya padaku

Sebuah ruangan yang amat sangat tertata rapih dengan beberapa dokumen dan meja meja bertuliskan identitas, ya ruang guru, pagi inilah aku berada di sini. Bercengkaram dengan pembina osis yang ku anggap sebagai teladanku.

Sore harinya aku bertemu dengan Ben, sengaja kita bertemu karena aku mau bilang ke Ben kalau hari ini ga bisa pulang bareng, dan Benpun mengiyakannya. Syukurlah. Aku bilang ke Vina soal tadi dan kita sedang ngobrol di caffetaria sekolah.

"trus berangkatnya kapan el ?" tanyanya sambil mengaduk ngaduk kopi hangat

"senin besok, ya satu mingguan lagi sih, itu cuman Event kaya shering osis aja ga lebih lebih paling ada gamesnya gitu, terus persekolah itu delegasiin 5 orang buat dikirim, ya gua maunya loe juga ikut nemenin gua" pintaku ke Vina

"mau ga ya hmmm"

" kok loe gitu sih vin"

"lah kan gua belom jawab"

Di seling seling pembicaraan kami bebraa naak osis lainnya ikut berkumpul , jadi lumayan rame. Nah disini aku jelasin apa yang tadi pak pembina osis sebut saja pak aung. Guru sastra kami. Setelah perbincangan cukup panjang akhirnya tepilihlan, aku, Vina, gerald, adnan dan Aldi. Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore, aku bergega menuju kelas bersama vina dan yang lainnya untuk mengambil tas dan segera meninggalkan kelas.

Aku tau di eskalator menuju lobi ada Ricahrd disana yang sedang menunduk melihat layar ponselnya. Aku ga mau bilang sama yang lain takut mereka benci liat Ricard karena pernah dorong aku. Terlihat Ricahrd yang buru buru menelusuri lobi untuk segera ke parkiran. Aku sedikit heran kenapa Ricahard bisa terburu buru seperti itu. Ya sudahlah dia Ricahrd bukan Ben. Loh kok ?

Aku pulang bersama Vina, vina bawa mobil sedangkan aku nyetir aja ga bisa. Da akumah apa atuh ya. Mobil vina rapih dan bersih semacam kamr pribadi. Nyaman wangi juga. Vina tau kalau aku naik mobilnya pasti tidur tapi kalau dimobil yang lain engga. Saking nyamannya. Vina juga nyaman orangnya.

" hmmm nih anak kebiasaankan tidur" gumam Vina sambil tersenyum kecil. Aku sedikit mendengarnya karen abeum terlalu pulas.

JA(T)UHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang