Bagian 21

2.3K 184 34
                                    

Menit-menit sebelumnya~~~

Karin bersenandung ria disetiap langkahnya. Hari ini, ia bertujuan untuk berjalan-jalan sebentar dan tidak berniat membawa kendaraan saat menikmati Jepang pada malam hari. Begitu indahnya.

Matanya menangkap  tempat yang menarik untuk singgah. Sebuah supermarkaet. Dan Karin memutuskan untuk singgah saat merasakan perutnya sedikit lapar.

"Kenapa dipersimpangan tadi aku tidak langsung menyebrang? Kalau begini aku harus menyebarang lagi. Ck, merepotkan." Bibir Karin mengercut lucu seraya bergumam merutuki kebodohannya.

Ruby Karin yang menangkap adanya kelengangan jalan segera tersenyum senang. Tanpa membuang waktu, ia melangkah untuk menyebrang jalan agar sampai ke supermarket. Kakinya yang terbalut High Heels tinggi membuatnya agar kesulitan untuk berjalan cepat disaat-saat seperti ini. Hal itu membuat langkahnya sedikit tertatih saat berjalan.

Karin tidak menyadari bahwa dari arah kanannya, sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Ia hanya terfokus pada jalan dihadapannya, hingga ia tidak sadar bahwa nyawanya terancam saat ini.

"HEI, NONA?! AWAS!!!"

Teriakkan kencang itu membuat Karin menoleh ke arah kanan, dan tepat saat itu, mata indahya terbelalak lebar menyadari apa yang ingin menghantamnya saat ini.

TIN TIN TIN....

Telinga Karin jelas mendengar suara klakson yang makin lama makin mendekatinya. Bukannya menghindar, tapi ia justru terpaku ditempat karena terlalu panik.

TTIINNNNN....

"NONA?! MENYINGKIR DARI SANA!"

BRUUKK~~

"Oh, tidak!"

Kalau perhitungannya tidak salah, maka Karin memastikan kalau dua detik yang lalu tubuhnya telah terhantam sebuah mobil berkecepatan tinggi. Dan satu detik kemudian, arwahnya pasti sudah lepas dari raganya.

Karin memang merasakan sakit luar biasa dikepalanya, tepatnya didahinya. Tapi sejujurnya, ia masih merasa bahwa kesadarannya masih ia kendalikan. Dan ia sangat yakin, kalau saat ini ia masih sadar sepenuhnya.

Ternyata Tuhan masih memberikan ia kesempatan hidup. Oh, berterimakasihlah pada Kami-sama, Karin.

Dengan ragu, Karin membuka matanya. Menampakkan sepasang Ruby indah yang sejak kejadian tadi ia sembunyikan.

"Ya ampun, apa dia baik-baik saja?"

"Astaga, dia terluka."

Karin mengerjabkan matanya saat melihat banyak sekali orang yang mengelilinginya. Ia meringis sakit saat dirasakannya dahinya berkedut ngilu. Ya ampun, kepalanya berdarah ternyata. Ia bangkit secara perlahan untuk duduk sepenuhnya.

"Kita harus membawanya ke rumah sakit."

Karin menggeleng tanda menolak ajakan itu. Ia tersenyum tulus seraya menatap satu persatu orang yang masih bisa ia jangkau. "Aku baik-baik saja. Terimakasih." Dan dengan lemah, ia berusaha bangkit berdiri.

"Kenyataannya, kau tidak baik-baik saja, Nona."

Karin segera melirik seseorang yang baru saja mengucapkan hal itu. Tidak hanya dirinya, orang-orang yang mengelilinginya juga mencari sumber suara itu berasal.

Dan saat kerumunan orang-orang terbelah, tampaklah seorang pria dengan kemeja hitam garis putih dan jeans santai tengah berjalan menghampirinya.

"Hei, Tuan? Apa kau mengenal Nona ini?" Tanya salah satu diantara kerumunan orang-orang itu seraya menunjuk Karin yang tengah meringis memegangi dahinya.

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang