Dua pasang kaki yang melangkah lebar itu berjalan memasuki sebuah kafe mewah yang begitu elegan. Pagi ini, Sasori dan Utakata meluangkan waktu sibuk mereka untuk menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. Di depan, Sasori memimpin langkah Utakata ke meja resepsionis.
"Atas nama siapa, Tuan?"
"Uchiha Itachi." Sasori menjawab ketika sang resepsionis wanita bertanya dengan pipi merona, sementara Utakata yang melihat itu hanya bisa memutar bola mata.
"Uchiha Itachi memesan ruangan VVIP, setelah anda menaiki lift yang ada di sayap kanan, anda akan menemukan pintu berwarna merah. Di sana Uchiha Itachi sudah menunggu, Tuan." Jelas sang resepsionis, yang berhasil membuat Sasori dan Utakata terkejut.
Utakata menyenggol lengan Sasori pelan. "Temanmu gila sampai-sampai memesan ruangan VVIP."
Sasori mengedikkan bahunya. "Mungkin baginya ini sangat penting."
"Dan ini memang penting." Sahut Utakata.
Sasori mengangguk, lalu tersenyum pada sang resepsionis. "Terima kasih."
Sasori dan Utakata kembali berjalan ke arah kanan dari meja resepsionis, lalu menaiki lift yang dikatakan resepsionis itu. Begitu lift berhenti, sebuah pintu berwarna merah ada di hadapan mereka. Sasori mengangguk pada kedua penjaga yang berdiri di kedua sisi pintu, setelah itu melangkah masuk.
"Sampai-sampai ada penjaga?" Gumam Utakata yang kemudian ditanggapi Sasori dengan tertawa.
Lalu kedua lelaki itu terkejut ketika mendapati tidak hanya ada Itachi di sofa single yang pria itu duduki, tapi beberapa orang laki-laki lain yang juga menduduki sofa yang berbeda. Utakata menatap Sasori bertanya, namun Sasori sendiri hanya menggeleng tanda ia tidak tahu apa-apa.
Kemudian, Sasori dan Utakata melanjutkan langkah mereka menuju beberapa pria yang asik mengobrol itu, hingga kemudian keberadaan mereka berdua dilihat oleh Itachi.
"Yo, Sasori, Utakata." Ada sedikit nada kikuk ketika Itachi mengucapkan nama Utakata yang kini tersenyum menanggapi sarapannya.
Sasori dan Utakata menempati sofa yang tersisa karena di sana hanya ada sofa single yang melengkapi jumlah mereka semua. Sasori kemudian menatap beberapa lelaki yang bersama Itachi, lalu ia menatap Itachi meminta penjelasan.
"Aku mengajak mereka, karena mereka dibutuhkan untuk ini." Jawab Itachi menjelaskan apa yang dipikirkan sahabatnya.
"Maaf sebelumnya, memangnya apa yang ingin kalian bicarakan sampai-sampai mengajak kami?" Seorang laki-laki berambut klimis dengan kulit sepucat mayat itu bertanya, tidak lupa dengan senyum anehnya.
"Kau akan tahu sebentar lagi," jawab Itachi, lalu beralih menatap Sasori. "Kau mengenal mereka 'kan, Sasori?" Tanyanya setengah bercanda.
Sasori mengangguk. "Tentu saja,"
"Um, Sasori-nii, Itachi-nii, boleh kenalkan pada kami siapa pria itu?" Tanya laki-laki bersurai pirang spike dengan tiga garis seperti kumis kucing di pipinya.
"Ah, kenalkan ... Dia Utakata. Dan Utakata, pria bodoh itu bernama Naruto, lalu Sai, dan yang ini adalah Neji." Sasori menunjuk beberapa pria yang di bawa Itachi.
Kemudian, mereka satu persatu berjabat tangan dengan Utakata, lalu pria bernama Naruto itu berdecak.
"Aku tidak bodoh, jangan dengarkan setan merah ini." Ucapnya sambil menunjuk Sasori yang kini mendelik padanya, sepertinya Haruno sulung itu malas berdebat dengan si pirang pagi-pagi seperti ini.
"Shikamaru sebenarnya dibutuhkan untuk pembicaraan kita ini, namun karena dia masih menikmati masa-masa pengantin barunya, jadi aku menggantikannya dengan Neji." Itachi menjelaskan maksudnya sebelum Sasori beradu mulut dengan Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny
FanfictionKau tau? Aku benar-benar tidak percaya jika kita di takdirkan bersama. Kita yang awalnya bertengkar... Menjadi kita yang saling menyayangi satu sama lain. Kita yang awalnya saling memalingkan wajah... Menjadi kita yang tak pernah lepas untuk saling...