Maaf jika part ini terlalu drama :D
***
Senyum Sasuke mengembang begitu saja saat melihat wanita yang begitu ia rindukan kini telah membuka matanya. Saking lebarnya senyum Sasuke, hingga mata yang biasanya menyorot tajam itu tampak menyipit.
"Sakura~" Setengah berlari, Sasuke menghampiri bangsal Sakura. Tak tertutupi sudah ekspresi bahagianya saat melihat sinar hijau mata istrinya kini menyorot netra kelam nya lagi. "Bagaimana keadaanmu? Apa yang sakit?" Tangan kekarnya bahkan mengusap kepala yang jarang sekali ia sentuh itu.
Sakura yang kini sudah membuka matanya hanya bisa terdiam tak bersuara. Hanya matanya yang menatap sayu Sasuke seolah menjawab apa yang ditanyakan suaminya itu.
Ceklek
"Sakura?"
Sasuke menoleh dan mendapati Yuraa serta Itachi masuk dengan tergesa. Sasuke menyingkir demi memberi jalan Yuraa untuk memeriksa Sakura.
Tak lama melakukan pemeriksaan, Yuraa mengecup dahi adik iparnya. "Kau baik-baik saja?" Tanyanya, mencoba menarik keluar suara Sakura.
Dengan susah payah, bibir pucat Sakura bergerak. "I-i-iya."
Yuraa bergumam mengucap syukur, lalu beralih menatap Sasuke. "Untung saja aku sedang tak ada pasien. Syukurlah keadaan Sakura sudah lebih baik, Sasuke. Perlahan-lahan ia pasti akan pulih kembali."
Sasuke bergumam sebagai balasan, namun di hatinya terucap berjuta syukur kepada Tuhan untuk kesembuhan istrinya. "Bagaimana dengan-"
"Janinnya juga baik-baik saja." Potong Yuraa sambil tersenyum.
Itachi ikut tersenyum, ia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel pintarnya. "Aku akan mengabari seluruh keluarga."
***
"Sakura, syukurlah kau sudah sadar~"
"Terimakasih, Kami-sama~"
"Sakura kami merindukan mu~~~"
"Forehead, hiks~~"
"Ya ampun, ya ampun. Syukurlah, Sakura~~~"
Dan masih banyak lagi kalimat syukur serta sambutan yang ditujukan pada satu-satunya wanita bersurai merah muda seperti bunga musim semi di ruangan itu. Sementara yang mendapat serbuan kata syukur itu hanya mengukir senyum di wajah pucatnya.
"Terima kasih semuanya." Suara Sakura masih terdengar serak, ia hanya baru minum dan sama sekali belum menerima asupan makanan. Tadi, sebelum teman-temannya datang berkunjung, Sakura sudah sempat berbicara tentang kandungannya yang syukurnya baik-baik saja, walau kata Yuraa sempat memburuk. Sakura cukup bersyukur untuk keadaan janinnya. Dan soal Sasuke... Sakura masih belum bicara apapun dengan suaminya itu. Sesaat setelah membuka mata, ruangan sudah dipenuhi banyak orang. Ada Yuraa, Itachi, Sasuke, dan bahkan Yuki. Setelah mereka, seluruh keluarganya datang menjenguknya setelah ia dipindahkan ke ruang rawat inap. Barulah setelah keluarganya, kini teman-temannya yang mengerubunginya. Jadi tak ada kesempatan sedikitpun untuk dirinya berdua dengan Sasuke. Sakura...sedikit bersyukur akan hal itu.
"Forehead, selamat atas kehamilan mu ya. Tak ku sangka kalian mendahului Naruto dan Hinata." Ino terkikik setelah mengecup pipi Sakura tanda ia ikut berbahagia atas kehamilan sahabatnya.
"Benar," Hinata tersenyum. "Selamat ya, Sakura-chan. Jaga kesehatan mu."
Sakura mengangguk sambil tersenyum manis. "Terimakasih. Ku doakan kau cepat menyusul ya, Hinata," ia melirik ke arah Temari. "Kau juga, Temari."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny
FanfictionKau tau? Aku benar-benar tidak percaya jika kita di takdirkan bersama. Kita yang awalnya bertengkar... Menjadi kita yang saling menyayangi satu sama lain. Kita yang awalnya saling memalingkan wajah... Menjadi kita yang tak pernah lepas untuk saling...