Taman bermain tua itu dulu jadi tempat favorit Dee dan Alan. Mereka sering pergi ke sana bersama orang tua mereka. Ya, Dee dan Alan adalah teman masa kecil. Kini, Dee meneruskan sekolahnya ke kota, sedangkan Alan memilih meneruskan usaha perkebunan milik ayahnya
.
"Kita bertemu di sana malam nanti, ya?" Alan mengirim pesan singkat pada Dee. Dee tersenyum membacanya. Rindu bertemu sahabat masa kecilnya.* * *
"Kamu yakin, mau ke taman bermain? Malam-malam begini kan gelap," kata Dee. Merinding juga membayangkan taman bermain yang sudah lama mati dan tak difungsikan lagi.
"Kenapa? Di sini gak ada kejahatan seperti di kota kamu itu!" Alan tertawa.
Tapi tidak dengan Dee, matanya terbelalak ngeri melihat ke arah belakang Alan. Sesosok tinggi besar membawa kapak siap menebaskan kapaknya. Dee menjerit histeris.
"Alaaan, awas...," teriak Dee, ditariknya tangan Alan. Berlari mereka menghindari orang itu.
"Siapa itu?" Dee bernafas terengah. Alan menggeleng.
"Aku gak tahu."
Tiba-tiba Alan terjatuh. Sesuatu menyandung kakinya. Dengan penerangan dari ponselnya, dilihatnya sepasang kaki. Lalu, dilihatnya sesosok tubuh. Mata Alan terbelalak.
"Paman Amed," Alan menyebut sebuah nama. Dee menyembunyikan wajah di belakang punggung Alan. Kondisi tubuh itu mengenaskan.
"Kita harus pergi dari sini," Alan menarik tangan Dee. Kembali berlari. Tubuh tegap itu bersiri di sana. Dengan kapak di tangan kanan. Dee berteriak histeris. Alan spontan melindungi Dee.
"Dee, lari cari bantuan!" bisik Alan. Dee menggeleng.
"Cepat!" seru Alan. Di saat yang sama, Alan menerjang pria itu. Sejenak Dee terpaku di tempatnya.
"Lari, Dee! Lari!" seru Alan. Dee segera berlari, sesaat dilihatnya lelaki itu mengarahkan kapaknya ke arah Alan. Terdengar teriakan Alan. Beberapa kali, lalu tak terdengar suara apapun. Tangisnya pecah. Dee terus berlari, air matanya terus bercucuran. Terbayang keadaan Alan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup of Chocolate
General FictionKumpulan Falsh Fiction tugas menulis bersama Kelas wattpad member kamAksara