2. lavender

51 9 0
                                    

Line:

Kafeel add you as a friend.
Kafeel sent you a messages.

   Kafeel siapa ya? lucu sekali namanya. Ini pasti bukan yang Sara maksud, karena katanya dia ingin mengenaliku dengan Adit. Kakak angkatannya yang sekarang menduduki bangku SMA, jaraknya berbeda 2 tahun. Jika Aku dan Sara sekarang menuju masa abu-abu lain halnya dengan Adit yang sekarang menuju kelas 12.

   Karena penasaran, kubuka pesannya. Berisi tiga huruf saja tanpa embel-embel apapun. Dasar laki-laki sok cool.

Line

Kafeel: Hai
Adella: Ya

   Aku tersenyum kecut saat membalas pesannya. Enak saja. Kalau dia hanya tiga huruf, kubalas lebih singkat dengan dua huruf. Baru saja namamu aku puji, kenapa sekarang begini?

   "Del? kenapa. Mukamu judes gitu?" tanya Sara mengalihkan pandanganku dari layar.
   "Gapapa sih. Sebel aja."
   "Sebel kenapa? Adit ngechat kamu gimana? coba lihat!"
   "Adit? boro-boro ngechat. Add line aku aja ngga." kenapa jawabanku seperti menunggunya.
   "Masa sih? tadi dia bilang sudah ngechat kamu." tanyanya dengan alis yang bertaut.
   "Gak ada. Ada juga Kafeel, nyebelin."
   "Yaampun Del! aku lupa beri tahu kalau nama dia panjang, apa yah? yang jelas ada Kafeelnya. Coba lihat dia balas apa lagi?" alisnya kembali netral lalu ia melontarkan senyuman yang lebar.

Kafeel sent you a messages.

   "Del, lihat ada Line lagi!" seru Sara bersemangat.

Line

Kafeel: Temannya Sara ya? salam kenal. Kafeel.

Adella: Ya. Salam kenal juga. Adella.

Kafeel: Boleh video call?

   Kudiamkan pesan itu selama beberapa menit. Gila. Laki-laki aneh. Belum apa-apa sudah berani bilang begitu. Aku baru kenal dengannya. Aku tipe wanita yang sedang menutup hati, Sara saja yang memaksaku untuk menurutinya. Jadi jangan salahkan aku jika aku terlalu sensitif terhadap hal-hal yang mungkin sepele. Atau kalian juga akan ilfeel jika menjadi diriku?

   "Del. Dia cuma ingin lebih dekat, memang cara dia begitu. Itu hanya batinmu yang masih berfikir semua laki-laki itu sama." sekarang air muka Sara serius.

Line

Kafeel: gak perlu dandan dulu, aku telpon sekarang ya?

   Aku hanya ingin bertemu dengannya sekarang. Serius. Untuk menyumpal mulutnya. Entah bagaimana cara ia berfikir. Laki-laki gila. Maaf aku begini, kamu benar-benar menyebalkan Kafeel. Dan sekarang namamu ada dilayar handphoneku, dengan pilihan tombol hijau dan merah akupun menekan hijau dengan terpaksa. Jika tidak karena Sara, aku tak ingin bicara denganmu Kafeel.

   Untuk sekarang aku merasa perasaan aneh menjalar diseluruh tubuhku. Niat awalku untuk tetap stay cool dengan wajah jutek tiba-tiba luluh begitu saja saat aku menatapnya. Seolah-olah dia menghipnotisku dengan tatapannya yang hanya satu detik bisa memberi kesan meneduhkan.

   Aku sampai tak sadar, ternyata sudah menit ke 57.31. Hampir satu jam aku bercengkrama dengannya. Sara yang sedari tadi memainkan games sambil sesekali bercanda pun sudah tertidur pulas dengan posisi yang berlawanan arah denganku. Video call itu kumatikan karna handphoneku yang tak mendukung. Untung saja aku sempat mengambil tangkapan layar sebelum percakapan itu selesai. Lalu seakan membaca pikiranku dari jauh, dia memberiku pesan singkat lagi.

rechazadoWhere stories live. Discover now