6. yupi

60 4 1
                                    

tok..tok..tokk

   "Permisi. Eh..uhm nganu den Elvan dipanggil uhm dipanggil—" ada jeda.
   "Pakde kenapasih aku gak ngapa-ngapain" jelasnya.
   "Dipanggil pak Jack katanya udah lebih dari 15 menit. Lari den, nanti dihukum loh" lalu senyum kikuk itu tercipta dibibir Pakde, seorang penjaga sekolah atau sahabat karibnya Kafeel.
   "Dell, aku tinggal dulu ya." lalu ia mengusap puncak kepalaku. "Pakde ganggu aja ah, kunci rooftop di Elvan ya. Sore aku kesana." lalu punggung itu menghilang.

Line

Bryan Alvaro: Del, gue gak konsen belajar. Cabut yuk.

Adella: Gue di Uks sekolah, lo lupa kita udah beda sekolah?

Bryan Alvaro: Gue depan sekolah lo. Bilang aja sakit mau pulang.

Adella: Tapi gue gak suka rumah Ro.

Bryan Alvaro: Gue udah tau semuanya kok Del, Baltic?

Adella: MAU!

   Varo masih tetap sama dari Varo yang sebelumnya. Adik yang selalu tahu cara untuk mengambil hatiku, kali ini sukses dengan ajakannya ke Baltic. Kedai ice cream langgananku yang berjarak sekitar 1km dari sekolah baruku.

   Perlahan kurapihkan barang-barangku dan bergegas, mengingat kelezatan ice cream nan mungil itu. Selamat tinggal ruangan sempit dan bau obat. Aku berlari kecil kearah kiri tanpa melihat sosok apapun. Dan Della sekarang takut karena dari arah kanan ada yang menggenggam tangan kecilnya.

   "Tolong ya kalau kamu manusia lepas tanganku, kalau kamu hantu gapapa deh peg–" teriakku panik, kupotong pembicaraanku sendiri dan kulihat perlahan siapa yang menggenggam tangan ini.

   "Aaaaa!!!! kenphhsbokinkgeta!!!(kenapa sih bikin kaget aja)" karena teriak, refleks ia menutup mulutku dengan telapak tangannya.
   "Lebay" cibirnya.

   "Heh ketombe kucing, coba ya lo pikir lagi sepi tiba-tiba ada yang megang tangan. Dan pas ditengok dengan santainya lo pasang muka kayak gitu!"

   "Cuma mau mastiin lo baik apa ngga, gue gaenak badan dan pas mau masuk gue gatega aja ganggu lo istirahat. Yaudah gue disini." jelasnya panjang kali lebar yang hanya kubalas "oh" karena terus terang jantungku masih berdebar.

   "Biar gak ngambek." Lalu ia merogoh saku celananya dan memberikan setangkup penuh permen yupi berbentuk love dengan taburan gula yang sangat manis.

   "Banyak banget, nyogok gue?"

   "Ngga, sengaja beli. Nanti juga lo ngerti. Hati-hati Del pulangnya, gue masuk dulu."

   Aku benar-benar tak mengerti maksud dari Chandra memberikan permen sebanyak ini dan berkata "nanti juga lo ngerti". Ah, sudahlah dia laki-laki yang pandai merayu.

***

   "Pakde, Elvan kesana dulu. Tolong titip Della ya, dia baru kelas 10. Elvan gak mau dia kenapa-napa." pintaku pada Pakde Ali.
   "Siap mas bro, beres deh!" jawab pakde dengan pose hormat dipelipisnya.

   Seorang Adella menurutku adalah perempuan yang harus dijaga. Dan sekarang aku gelisah karena sebuah sms yang muncul pada handphoneku. Isinya sangat singkat, si pengirim juga baru saja mengobrol denganku. Aku heran, kenapa pesan satu kalimat itu membuatku ingin menjaganya lebih erat. Begini isi smsnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 24, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

rechazadoWhere stories live. Discover now