"Lan, kenapa kok kamu diam aja dari tadi?" Tanya Raka baru selesai mandi. Perutnya yang six pack seakan sengaja ia pameri didepan Alan, dengan bagian perut kebawah hanya ditutupi sehelai handuk putih. Raka duduk di tempat tidur sambil memperhatikan Alan yang masih main game "The Sims" di laptop miliknya.
Sedari tadi mereka pisah dari Miranda dan Arda sampai makan malam berdua, Alan terus-terusan diam seakan memikirkan sesuatu. Setiap ditanyakan oleh Raka, Alan menghindari untuk menjawab.
Alan hanya melirik sedikit kearah Raka yang sedang mengeringkan rambutnya. "Lu enggak akan tidur begitu kan?" protesnya memperhatikan tiap otot perut Raka dan menghindari pertanyaan Raka.
"Kenapa emangnya? Iri?" Goda Raka senang sudah menarik perhatian Alan. Sudut bibirnya sedikit tersenyum membaca ekspresi Alan.
Alan mengalihkan pandangannya dari tubuh Raka yang pastinya akan membuat cowok-cowok manapun iri. Tubuh Raka berisi otot yang tidak berlebihan menandakan dia suka olah raga. Semuanya pas. Dadanya bidang, kulitnya yang sawo matang. Tinggi badannya. 'Iri..phuih' Maki Alan dalam hati, kesal karena tidak bisa menyangkalnya.
"Besok kalau Lu diare jangan salahin Gue. Kalau malam disini jadi dingin banget. " gerutu Alan kembali fokus ke gamenya. Raka hanya tertawa kecil. Ia mengambil baju yang digantung di belakang tempat duduk Alan, tepat berhadapan dengan kubikal belajar Alan.
Raka mengenakan kaos katun hitam dan celana boxernya. Handuknya ia sampirkan ke bahu kanannya. Ia mendekatkan tubuhnya ke Alan dari belakang dan berbisik. "Kalau dingin, kan ada kamu" bisiknya cepat ditelinga Alan.
"Deg" serasa jantung Alan berhenti saat itu. Ia menoleh kearah Raka yang berbisik ditelinga kanannya. 'Tadi dia bilang apa?'Tanya Alan dalam hati masih berusaha memproses kata-kata Raka, Ia menelan ludahnya sendiri.
Raka memandangi mata hitam Alan yang terkejut, seakan mempelajari apa yang sedang dipikirkan Alan. Sambil tersenyum kecil, Raka menggenggam tangan kanan Alan yang masih ada di mouse laptop. Tangan kiri Raka mengunci tubuh Alan dan dengan lihai jari kirinya menekan tombol CTRL+SHIFT+C. Jemari kanan Raka yang panjang menekan jari telunjuk kanan Alan yang berada diatas mouse dengan lembut. Lalu jemari dari kedua tangannya tersebut dengan lihai mengetik sesuatu di atas keyboard.
"Mestinya kamu gunain cheat ini, biar kamu bisa desain rumah sepuasnya." Gumam Raka pelan. Alan tidak melepaskan pandangannya dari wajah Raka yang sangat dekat. Raka menarik dirinya, sebelum Alan bereaksi karena tidak nyaman.
"Hah?" Alan masih bingung dengan kejadian barusan. Nafas Raka masih terasa hangat ditelinganya. Sentuhannya juga masih terasa hangat ditangannya.
"Cheatnya, klik CTRL+SHIFT+C, terus copy paste tulisan yang tadi aku ketik. Satu kali enter kamu bisa dapat 50.000" Ulang Raka, berbicara sambil menuju tempat tidur dan menyalakan TV.
"Jadi tadi kamu kesal sepulangnya karena apa?" Tanya Raka segera melompati topik agar Alan tidak membahas kejadian barusan. Dirinya harus berhati-hati dan memperhitungkan kapan ia bisa melangkah lebih jauh ke dalam diri Alan.
Alan terlihat bingung, sekarang antara mau membahas masalah Arda masuk ke dalam team Miranda, atau tindak-tanduk Raka yang barusan terjadi. Selama beberapa detik Alan diam memikirkannya, yang mana yang lebih penting di bahas lebih dahulu. Namun rasa malu dan takut salah paham telah memenangkan keberanian Alan, karena Raka selalu baik, Bisa saja kecurigaannya salah dan Raka akan menertawakannya karena pikiran Alan yang macam-macam.
'Gue tertarik sama Miranda kan? Gue harus bahas Miranda dulu yang utama.' yakin Alan ke dirinya sendiri.
"Mau bahas masalah Arda, kok Lu masukin dia ke bagian perlengkapan. Gue juga bisa kok bantu Miranda." Keluh Alan merasakan dirinya semakin jauh dari Miranda. Dari awal pertama saat mereka ketemu, Alan langsung merasa Miranda benar-benar tipe gadis kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Found Love
RomancePernah merasakan ketegangan? Kecemasan? hingga perut terasa seperti dipelintir, mulas dan mual? Itu yang di rasakan Alan setiap ia memikirkan sesuatu yang ia tidak mengerti, tubuhnya bereaksi sebelum ia menyadarinya. Dengan tanggung jawab yang cuku...