Chapter 10 - A young master

241 22 1
                                    

Judul lagu diatas 'Y-Please tell me Why'. udah dari 2010 Aku dengar lagu ini, dan masih bisa nyetir hatiku sampai sekarang.

Silahkan baca sambil mainin lagunya.

I.F.

---------------------------

Alan tersadar seakan semua oksigen mengisi kepalanya lagi, Ia mendorong Raka dengan sekuat tenaganya. Tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Wajah Raka tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun. Senyumnya Jahil dan menantang.

'That was my first kiss!!' Teriak Alan dalam hatinya, Alan menahan diri agar tidak meledak.

"Kenapa kamu lakukan itu?" Suara Alan gemetar menahan marah.

'Raka suka sama dirinya kah? Orang ciuman kalau suka kan?' Pikiran Alan menghantam secara bertubi-tubi. Perasaannya saat ini tidak karuan.

Raka dengan masa bodoh meneguk minuman susu almond-nya lagi.

"Itu hukuman. karena kamu enggak bisa menghargai aku." Jawabnya santai. Mulut Alan menganga mendengar jawaban Raka. Mukanya tercengang.

"Apa?" Alan seakan salah dengar.

"Gini ya..Kamu enggak mau makan, padahal aku sudah ngantri dan makanannya mubazir. Tahu enggak? masih banyak orang yang membutuhkan makanan didunia ini."

Itu semacam hukuman buat dirinya? Hukuman? Hukuman!!? Alan kehabisan kata-kata.

"Kamu enggak semestinya mencium teman kan?" Alan bingung kenapa ini jadi salahnya, padahal yang kurang ajar kan Raka? Tentu saja Ia tidak mau membeli alasan Raka begitu saja.

Raka tertawa terbahak-bahak "Kamu sebut itu ciuman? Aku nyebutnya 'mouth-to-mouth' infus. Kan kamu enggak mau makan! Oh ya, aku lupa, kamu virgin, kayak begitu disebut ciuman ya?" Ledek Raka nadanya tidak serius.

Alan melempar bantal ke Raka. "Virgin..virgin.." gerutunya.

Sedikit malu karena Raka menyinggung realita dirinya yang tidak berpengalaman terhadap hubungan percintaan. Mungkin dirinya terlalu menganggap itu serius, meskipun logikanya masih ada sedikit ketidakrelaan, tapi hatinya justru berdesir melayang senang, jantungnya pun tidak bisa berbohong dengan berdetak lebih cepat dan tidak mampu ia kontrol.

"Loh kenyataan kok, kalau kamu mau makan, aku enggak akan iseng begitu. Tuh, bumbu sate tumpah semua.." tunjuk Raka dengan cuek, melenggang ke kamar mandi untuk berganti baju dan tidak menggubris teriakan Alan, tawanya penuh meledek masih tetap ada di wajahnya.

Alan menarik nafas pasrah. Menatapi pintu kamar mandi yang tertutup. Semestinya ia marah tadi, itu reaksi yang normal kan?

Alan membenamkan wajahnya ke tangannya, frustasi akan sebegitu lambatnya ia bereaksi atas tindakan Raka. pandangannya jatuh ke ceceran bumbu sate yang sudah dibeli, Ia pun turun dari tempat tidurnya. Tanpa Ia sadari Ia mulai menghapus ceceran tersebut dengan pikiran masih melayang ke kejadian tadi. Ia masih teringat dengan kata Raka mengenai makanannya mubazir, Rasa bersalah muncul di hatinya, satenya tidak salah tetapi, satenya yang harus menerima amarahnya.

Ia mengambil satu batang sate dari piring dan memakannya, Raka mengintip dari kamar mandi dan meledek Alan. "Eh, dimakan juga.." nadanya sangat jahil.

Alan melempar sendok ditangan kirinya, Raka langsung menutup pintu kamar mandi sambil tertawa terkekeh-kekeh. Alan tidak percaya Raka berani melakukan candaan seperti itu, bahkan tidak minta maaf sama sekali.

We Found LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang