Jelmaan
Pikiranku mengangkasa, berjingkrak di cakrawala meneriaki dirimu pada sosok lain
Dirimu yang melenggang pergi tanpa pamit padaku
Anganku tak berhenti bersajak
Ketika kau menjelma pada sosok wanitaKuyakin ia jelmaanmu yang merajut tali persahabatan denganku
Seperti dirimu, ia adalah pelangi yang muncul kala hujan berhenti
Teruslah menjelma
Jelmaan seorang Ken
Sahabatku...***
"Di saat langit merindukan bumi, mungkin hujan dapat jadi pengobatnya."
Kata-kata itu pernah kujumpai pada sebuah buku, yang seketika itu terbesit di pikiranku saat menunggu bus di halte. Namun hatiku selalu bertanya-tanya makna dari perkataan tersebut.
Apakah hujan juga dapat mengobati lukaku?
Pertanyaan bodoh apa yang terpikir olehku. Hujan itu hanyalah tetesan air dan mana mungkin ia dapat mengobati lukaku.
Dengan pikiran yang masih bergelut pada kata-kata itu, tanpa sadar telah berdiri seorang wanita dengan rambut sebahu di sampingku.
Ia melempar senyumannya padaku dan aku pun membalas senyuman tersebut. Tampaknya ia seumuran denganku, hanya postur badannya saja yang lebih tinggi dariku. Beberapa detik kemudian, ia mengulurkan tangannya padaku, aku pun membalas uluran tangan tersebut.
Menurutku ia sangat ramah dan mudah bergaul, tidak seperti diriku yang hanya memiliki satu orang teman. Dan sekarang aku malah tidak punya teman sama sekali. Mengingat itu aku kembali merindukan Ken.
Dengan tangan yang masih berjabatan ia menyebutkan namanya. Teten, itulah namanya. Sungguh nama terunik yang pernah kudengar. Seperti halnya paranormal, seakan ia tahu apa yang kupikirkan tentang namanya.
"Pasti menurut lo nama gue unik ya?" tanyanya padaku.
Aku mengangguk syarat mengiyakan. Ia tetap senyum padaku, karena menurutnya setiap orang akan berpendapat sama perihal namanya. Jadi ia tidak akan pernah marah mengenai hal itu.
Gantian, sekarang giliranku yang memperkenalkan diri.
"Rain!" kenalku padanya."Artinya hujankan?" tanyanya padaku. Aku pun mengangguk bisu.
"Hujan datang diawali dengan mendung, ketika awan sudah mencapai kapasitas maksimalnya maka mendung itu berubah menjadi titik-titik air yang indah. Sama halnya dengan tangisan yang berawal dari mendungnya perasaan dan kemudian menetes dari kedua bola mata." ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life is Love
Teen Fiction"Cinta" kata itulah yang menyangkut di pikiran Rain, ia merasa hidupnya belum sempurna jika belum ada bumbu-bumbu cinta di dalamnya. "Rain memang dari keluarga sederhana, tapi apa Rain tidak berhak mendapatkan cinta?" rangkaian kata yang mengakar d...