Absurd

14 2 1
                                    

   Beberapa hari belakangan ini aku kian mengenal Keenan Alvaro, aku mulai membiasakan diri untuk menyapanya sebagai Keen dan bukan Al lagi. Kami mulai akrab layaknya seorang teman, tapi dirinya memang selalu terlihat cuek. Namun aku percaya, di balik sisi cuek seorang Keenan Alvaro pasti menyimpan sebuah kepedulian yang tinggi layaknya 2 sisi mata uang. Hanya saja yang selalu diperlihatkannya itu sisi cuek dan angkuhnya saja. Serta akhir-akhir ini aku sudah tidak terlalu sering memikirkan Ken dan guru-guru pun tidak pernah menanyakannya lagi semenjak kepala sekolah memanggilku kala itu.

  Apa mereka sudah tahu keberadaan Ken? Atau membiarkannya begitu saja? Batinku.

  Aku penasaran namun tidak berani untuk menanyakannya. Selama ini aku berusaha berpikir positif bahwa Ken baik-baik saja dan akan baik-baik saja. Aku yakin bahwa nantinya Tuhan akan mempertemukanku dengan sahabat sejatiku itu.

***

  Waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB, aku sedang menyantap sarapan yang disiapkan mama bersama anggota keluarga yang lainnya. Selang 10 menit terdengar suara ketukan pintu dari luar dan mama segera bergegas keluar untuk mengetahui siapa yang bertamu sepagi ini.

  Tak lama setelah itu terdengar dentuman langkah kaki mama yang sepertinya tidak sendirian, dan benar saja ternyata mama masuk bersama pria jangkung mengenakan seragam SMA sepertiku.

  Suatu hal yang tak kuduga bahwa pria itu adalah Keenan Alvaro, kedatangannya ke rumahku  membuatku bertanya-tanya. Pikiranku berkecambuk bertanya perihal tujuannya datang ke sini. Aku bingung, karena memang anaknya susah ditebak.

  Apa ada hal penting yang mengharuskan dia untuk menemuiku? Ucapku membatin.

  Tiba-tiba suara mama mengagetkanku

“Rain..” panggil mama.

“Eh iya, ada apa Ma?” tanyaku.

“Ini, ada Keenan datang katanya mau barengan sama kamu ke sekolah. Kamu masih belum selesai makan?” sahut mama.

“iyaa, nanggung dikit lagi ma.” jawabku.

  Hati dan pikiranku Kembali bertanya, mengapa ia menjemputku? Apa yang sedang dipikirkan oleh anak itu?

  Tak butuh waktu lama untuk aku menghabiskan sarapan dan berpamitan kepada papa, mama, dan kak Vino. Setelah itu aku pergi bersama Keen ke sekolah.

  Di tengah perjalanan aku berupaya merangkai kata-kata yang tepat untuk membuka percakapan dengannya sekaligus ingin hendak tahu tujuannya menjemputku hari ini. Dengan hati-hati Kumulai membuka percakapan yang terasa agak kaku.

“Keen,” panggilku.

“Ya,” jawabnya cuek.

“Gu…e mau nanya sesuatu,” ucapku gugup.

“mm,” timpalnya cuek lagi.

“Kenapa lo tiba-tiba ngejemput gue?” sahutku.

“Memangnya kenapa?” ucapnya sembari bertanya Kembali padaku.

“Yaa enggak sih, cuman kan lo ga pernah jemput gue sebelumnya.” Ujarku.

“Yaa mulai dari sekarang gue bakalan jemput lo!” sahutnya tegas.

“Ha? Lo bilang apa? Gue ga salah denger? Lo masih normalkan? Gak kerasukan jin? Atau jangan-jangan lo ngerencanain sesuatu lagi!” tanyaku bertubi-tubi padanya.

“Astagfirullah, lo kecil-kecil bawel amat ya! Pake nuduh yang aneh-aneh lagi! Sekarang lo duduk yang manis aja deh!” jawabnya ketus.

“Yaa lagian, lo nya juga aneh. Jadi ya wajar gue nuduh yang aneh-aneh juga!” balasku kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang