Pertemuan bukanlah suatu hal yang kebetulan, melainkan sesuatu yang sudah dirancang oleh sang pencipta.
***
Cuaca pagi ini sangat bersahabat, Mentari masih segan mendedahkan dirinya. Aku juga sangat bersemangat hari ini. Semuanya telah berubah semenjak enam bulan yang lalu. Sekarang aku sudah duduk di kelas sebelas dan kini aku memiliki banyak teman.
Ternyata mempunyai banyak teman itu sangat menyenangkan, suatu hal yang tak pernah kucicipi sebelumnya. Ini kudapatkan karena diriku yang mulai terbuka kepada orang lain. Karena itu, bukan saja teman yang kudapatkan tapi juga sahabat.
Hari ini akan ada kampanye calon Ketua OSIS, dan aku adalah salah satu kandidatnya. Nantinya aku akan menyampaikan pidato yang berisi aspirasi terbaikku untuk sekolah ini. Hal ini sudah kupersiapkan seminggu yang lalu.
Aku mendapat giliran terakhir untuk tampil. Kendati masih lama, namun jantungku terasa berdegub kencang, tanganku rasanya dingin seperti es. Tapi kuberusaha untuk tetap tenang.
Kandidat demi kandidat telah menyampaikan pidatonya, kini tiba giliranku untuk tampil. Dan sekarang, semua mata tertuju padaku. Namun aku masih saja gugup dan tanganku masih terasa gemetar, itu bisa dilihat dari kertas yang kupegang ikut bergetar.
Tapi aku harus berusaha untuk tenang dan menghela napas secara perlahan. Lalu di ujung sana tampak sahabatku Teten, Chintia, Nova, dan Taufik yang tampak bergembar-gembor menyemangatiku tanpa malunya.
"Teman-Teman yang saya banggakan. Di sekolah kita ini, banyak terdapat bakat-bakat terpendam yang harus digali. Dengan ini sekolah kita dapat mengukir banyak prestasi. Tapi prestasi itu akan didapatkan jika kita disiplin dan tekun .... "
Itu adalah penggalan pidato yang kusampaikan dengan semangat yang berapi-api. Setelah selesai, terdengar gemuruh tepuk tangan dan sahutan-sahutan sahabatku.
Rasa bangga mengiringiku ketika turun dari mimbar, namun tetap saja tanganku masih terasa dingin. Tapi sangat lega rasanya, aku bisa menyampaikan ide-ide yang kupunya. Dan keputusannya akan diumumkan sabtu besok.
Setelah kampanye itu selesai kuhampiri para sahabatku dan memeluk mereka erat-erat. Tangisku pecah saat memeluk mereka, sahabat yang setia menjadi tim suksesku selama kampanye berlangsung.
"Yaah, lo kenapa nangis sih Rain? Tadi tuh lo hebat banget loh, gue aja sampai gak ngedip liatnya!" cakap Chintia padaku.
"Mmm, bener! Lo pidato dengan penuh semangat yang bergelora!" puji Taufik dengan mulut yang berisikan makanan.
Nova dan Teten hanya mengangguk mendengar mereka berceloteh, termasuk diriku dengan air mata yang masih bercucuran.
Kami berlima memiliki sifat yang berbeda, tapi perbedaan itulah yang menyatukan kami. Karena sesuatu yang pada dasarnya berbeda tidak akan pernah menjadi sama, namun perbedaan itulah yang menjadikan kami lebih sempurna. Dengan perbedaan itu kami dapat melengkapi satu sama lain.
***
Sabtu telah tiba, sekarang akan diumumkan Ketua OSIS terpilih tahun ini. Jantungku berdetak dengan kencang menanti detik-detik pengumumannya. Kurapatkan tangan seraya berdo'a.
"Baiklah, sesuai dengan voting yang telah dilakukan. Maka suara terbanyaklah yang akan menjadi Ketua OSIS. Dan ia adalah Raina Anandra. Kepada Raina silakan maju." suara Pak Suherman-kepala sekolahku.
Terdengar bahana tepuk tangan di sekelilingku, seketika sahabat-sahabatku memeluk diriku. Lalu aku naik ke mimbar kemudian menyampaikan sepatah dua patah kata. Rasa bangga menyelimuti diriku saat ini. Mulai detik ini aku akan mengemban tugas baru, aku akan bergabung dalam sebuah organisasi yang tak terpikirkan olehku sebelumnya. Memang sangat besar perubahan yang kualami saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life is Love
Teen Fiction"Cinta" kata itulah yang menyangkut di pikiran Rain, ia merasa hidupnya belum sempurna jika belum ada bumbu-bumbu cinta di dalamnya. "Rain memang dari keluarga sederhana, tapi apa Rain tidak berhak mendapatkan cinta?" rangkaian kata yang mengakar d...