[1/5]

2K 428 39
                                    

|01 : Warm Hug and Tears|




"Sekarang siapa yang bodoh? Kemarin kita membuat janji akan pergi tepat pukul sebelas lewat sebelas. Tapi, kenapa kau datang pukul duabelas?" Tanya Seonho seraya menunjuk jam tangannya sendiri.

Guanlin terkekeh pelan dan mencubit hidung pemuda yang ada di hadapannya. Bibirnya tetap mengulas senyuman lembut tatkala melihat Seonho yang memajukan bibirnya.

Tangan Guanlin terangkat untuk mengusap pucuk kepala Seonho dengan gemas. "Maafkan aku, lain kali aku tidak akan terlambat."

Pandangan Seonho berubah sendu ketika merasakan tangan Guanlin masih bertengger di pucuk kepalanya. Hembusan angin malam itu terasa seakan-akan menembus pori-pori kulitnya dan menusuk tulang rusuknya.

Matanya memerah dengan bibir yang digigit kencang. Tiba-tiba, terdengar suara isakan dari mulut Seonho yang tentu saja membuat Guanlin khawatir.

"Sayang, ada apa?"

Namun, Seonho menggeleng kuat. Sepersekian detik, dia menenggelamkan dirinya sendiri pada pelukan Guanlin. Isakannya semakin kencang ketika kedua tangannya berhasil meremat kerah baju Guanlin yang mulai basah karena air matanya.

Kedua lengan besar itu dengan sigap memeluk tubuh yang terlihat rapuh di pelukannya. Guanlin menunduk untuk berbisik tepat di samping telinga Seonho. "Menangislah jika hal itu membuatmu lebih baik."

Kedua bahu Seonho bergetar, Guanlin mengusapnya dengan sangat lembut. Bibirnya tetap mengulas senyuman tipis walaupun tatapan matanya terlihat sendu. Guanlin hanya ingin menghibur Seonho dan menyembunyikan ekspresi sedihnya itu.

"Kau jahat, Guanlin. Jahat." Ucap Seonho disela-sela tangisnya. Kedua tangannya terlepas dari genggaman erat pada kerah baju Guanlin dan kini beralih untuk memukul bahu tegap pemuda yang setahun lebih tua darinya itu. Tidak berpengaruh apapun karena nyatanya Guanlin masih mempertahankan senyuman di wajahnya.

"Pukul aku dan katakan jika aku adalah orang jahat jika hal itu membuatmu tenang." Bisik Guanlin seraya mengusak pipinya pada surai halus Seonho.

Mendengar bisikan Guanlin, sontak Seonho melepaskan pelukannya dan menatap pemuda itu dengan pandangan sengit. "Kau bilang aku akan tenang jika melakukan hal itu? Jangan mengatakan omongkosong!"

Tentu saja jika kalimat seperti itu keluar dari mulut Seonho, Guanlin merasakan nyeri pada hatinya. Tetapi, Guanlin tidak peduli dan malah menarik wajah Seonho supaya lebih dekat dengan wajahnya.

Seonho masih sesegukan walaupun jantungnya berdegup kencang ketika manik matanya dan Guanlin saling mengunci satu sama lain. Entah dari mana aliran magnet ini berasal, yang jelas wajah mereka saling mendekat bagai dua kutub magnet yang berlawanan jenis dan saling tarik-menarik.

Bibir tebal Guanlin mendarat lembut pada bibir Seonho. Mata keduanya terpejam dan Seonho kembali meremat kerah baju Guanlin ketika pemuda itu mulai menyapu bibirnya menggunakan lidah.

Mulut Seonho nyaris mengeluarkan lenguhan sebelum Guanlin melepaskan tautan bibir keduanya.

"Aku berjanji, tidak akan pernah mengingkari janji lagi. Aku benar-benar berjanji, sayang." Ucap Guanlin dengan sungguh-sungguh. Jari kelingkingnya teracung di depan wajah Seonho.

Beberapa detik Seonho habiskan untuk berpikir sebelum akhirnya, jari kelingking itu bertautan dengan jari kelingking Guanlin. "Aku pegang janjimu. Jangan buat aku kecewa lagi, ya?"






|To Be Continued|

11:11 ㅡguanho✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang