[5/5]

1.3K 376 118
                                    

|05 : Dear, Lai Guanlin|





Untuk Guanlin,

Hai, Mr.Tiang Listrik! Apa kabarmu di sana? Apakah kau sudah bisa merasakan betapa lembutnya awan? Betapa indahnya pemandangan bumi dari atas sana?

Apakah kau tidak merindukanku?

Guanlin, aku sadar jika selama ini aku melakukan perbuatan yang bodoh. Aku mengekang jiwa tanpa ragamu yang selalu aku anggap masih ada.

Aku mengerti perasaanmu selama satu tahun ini. Tapi, kau juga harus merasakan bagaimana perasaanku ketika melihat ragamu terbaring dengan berbagai alat yang menunjang keselamatan hidupmu walaupun nihil. Selama satu tahun aku berjuang untuk membuktikan pada semua orang jika Guanlin-ku masih ada.

Apa kau ingat mengapa aku begitu mencintai pukul sebelas lewat sebelas? Itu karena kau melamarku tepat pada waktu itu. Di depan kedua orangtuaku dan orangtuamu.

Aku jadi ingat betapa konyolnya aku dilamar oleh seorang pemuda tampan yang memakai jas rapi sedangkan aku masih memakai piyama tidur bergambar kartun ayam.

Tetapi, aku membenci pukul sebelas lewat sebelas disaat yang bersamaan.

Aku ingat, saat itu kau berjanji akan menghabiskan waktu berdua tepat pada pukul sebelas lewat sebelas.

Entah takdir apa dan entah kesalahan apa yang pernah aku buat di masa lalu sehingga kau mengalami kecelakaan.

Kau harus tahu jika saat itu aku nyaris dilarikan ke rumah sakit jiwa karena dianggap gila. Melihatmu yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan presentase harapan hidup yang sangat kecil.

Semua menganggapmu sudah tiada, tetapi aku yakin kau akan kembali. Aku bersyukur dengan kemampuan istimewaku, dapat melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Karenanya, aku dapat bertemu denganmu walaupun tetap saja kau mengingkari janjimu dengan tidak datang tepat pada pukul sebelas lewat sebelas.

Aku selalu merasa takut jika waktu-waktu seperti ini akan hilang seiring dengan tiadanya dirimu dari dunia ini.

Aku sudah cukup bahagia ketika arwahmu dapat menyentuhku, memelukku, bahkan menciumku. Tetapi, waktu dimana kau mengatakan aku harus mencari realita, waktu itulah aku merasa kau benar-benar akan pergi.

Ternyata memang kau akan pergi. Pergi jauh dari sisiku dan bahkan aku tidak mengerti apa yang telah kau perbuat padaku sehingga saat ini, kemampuanku melihat dunia lain sudah lenyap. Entah aku harus bersyukur atau tidak.

Guanlin, apakah selama ini kau hanya menganggapku sebagai manekuin yang tidak pernah merasa sakit hati ketika menunggu suatu hal yang tidak pasti dan tidak ada harapan lagi?

Guanlin, apakah kau menganggap usahaku selama satu tahun ini hanyalah sebagai permainan belaka?

Sekarang kau tahu 'kan, mengapa aku mencintai dan membenci pukul sebelas lewat sebelas disaat yang bersamaan?

Pukul 11:11, aku mencintainya karena tepat saat itu kau menyatakan jika aku hanyalah milikmu dan kau hanyalah milikku.

Pukul 11:11, aku membencinya karena tepat saat itu kau mengingkari janjimu dan takdir merenggutmu dariku.

Selamat jalan, sayang. Aku mengikhlaskanmu karena aku yakin inilah yang diingkan oleh takdir. Kini adalah giliranmu untuk menungguku di atas sana.

Dari tunanganmu, Seonho.





|The End|

Kolom hujatan👉

11:11 ㅡguanho✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang