[4/5]

1K 371 73
                                    

|04 : Let Him Go|






"

Guanlin ingin pergi kemana?"

Seonho bertanya kepada Guanlin, tetapi seorang wanita paruh baya yang menoleh dengan wajah murungnya. "Seonho, tidak ada harapan lagi. Ini takdir."

Butuh waktu beberapa detik hingga akhirnya Seonho tersadar dan berlari menghampiri wanita itu, lalu mengguncang-guncang bahunya. "Aku tidak percaya takdir! Izinkan Guanlin tetap bersamaku dan aku akan bahagia."

Dari arah belakang, bahu Seonho ditepuk pelan oleh salah seorang wanita lagi. Wajahnya lebih terlihat seperti orang yang tengah dirundungi oleh duka mendalam. Seonho tidak peduli dan menyingkirkan tangan wanita itu dari bahunya.

"Guanlin tidak ingin bersamamu, terima kenyataan itu." Ucap wanita yang tadi menepuk bahu Seonho.

Pemuda manis itu membulatkan mulutnya dan mencengkram tangan Guanlin, lalu menatap tepat pada matanya untuk menuntut penjelasan. Tetapi, Guanlin hanya terdiam. Tidak sanggup menjawab seakan mulutnya tengah ditutupi oleh sesuatu yang membuatnya tidak bisa menjawab.

"Kau!" Telunjuk Seonho mengarah lurus pada wajah Guanlin. "Kau jahat! Egois dan hanya memikirkan dirimu sendiri. Kau pikir aku hanyalah sebuah manekuin yang tetap terdiam jika dibiarkan menunggu sesuatu yang menyakitkan dan tetap terdiam jika seseorang selalu mengingkari janjinya?!"

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Guanlin. Pemuda tinggi itu terdiam seribu bahasa bahkan ketika Seonho mulai menangis, tidak ada usaha untul mencegah tangisan itu keluar baik dengan kata-kata penenang ataupun pelukan hangat.

Seonho jatuh terduduk, dia menangis walaupun suaranya tidak keluar. Rasa sakit itu terasa menjalar hingga ke seluruh bagian tubuhnya dan wanita yang berdiri di samping Guanlin langsung memeluk tubuh Seonho yang terlihat sangat rapuh begitupula dengan keadaan hatinya untuk saat ini.

Bayangkan saja, Seonho selalu menunggu Guanlin walaupun pemuda itu selalu mengingkari janjinya. Dan sekarang, Guanlin tidak menghargai penantian Seonho selama ini dengan alasan inilah yang diinginkan oleh takdir.

"Guanlin harus bersamaku karena aku menginginkannya! Dia tunanganku dan itulah yang harusnya diinginkan oleh takdir. Kalian tidak bisa memaksanya!" Seonho berucap dengan suara yang tercekat di tenggorokan. Air matanya kian mengalir dengan deras.

Wanita yang tadi menepuk bahu Seonho ikut berlutut seraya mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Guanlin yang tampak sangat menyesal dan merangkul bahu Seonho. "Kami tidak memaksa, inilah yang diinginkan oleh takdir. Seonho dengarkan ini, merelakan jauh lebih melegakan dibandingkan dengan mempertahankan, tetapi menyakitkan."

Tangis Seonho semakin keras dan wanita yang berdiri di sebelah Guanlin mulai mengamit tangan pemuda tampan itu untuk mengajaknya pergi dari hadapan Seonho. "Ayo, Guanlin. Kita pergi sekarang."

Seonho memberontak, lalu berusaha untuk berlari menyusul Guanlin yang masih terdiam dengan penuh rasa penyesalan. "Kau harus ikhlas, Seonho!" Kata wanita yang merangkulnya.

"Guanlin, tunanganku, aku mencintainya! Bagaimana aku bisa ikhlas jika kalian membawanya pergi seperti ini? Katakan bagaimana caranya, Ibu?!" Seru Seonho seraya mengguncang bahu wanita yang memeluknya.

"Sadarlah, Seonho! Guanlin tidak akan pernah kembali dari ketidaksadarannya sejak satu tahun yang lalu! Ikhlaskan dia jika kau ingin dia bahagia!"

Rentetan kalimat itu membuat Seonho merasa terseret oleh hitam dan putih dunianya.






|To Be Continued|

11:11 ㅡguanho✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang