Pt. 6

1.2K 106 0
                                    

"Maaf aku tidak mengenalmu" Jinnie memeluk kotak susu ibu hamil yang ingin dia beli dan segera berlalu pergi meninggalkan Namja yang tidak ingin ia temui lagi.

Tetapi, belum sempat ia berjalan jauh tangannya sudah ditahan oleh Wonwoo.

.

Greb.

.

"aku yakin kalau kau-" Wonwoo menghentikn ucapannya setelah melihat sekeliling market yang cukup ramai. "apa kita bisa bicara berdua sebentar?"

.

.

.

.

"Namaku Jeon Wonwoo" Namja itu menjulurkan tangannya kedepan Jinnie.

Jinnie diam tidak melakukan apapun. Ia hanya menundukan kepalanya dan menatap kearah tangan Wonwoo.

Membuat Wonwoo mengerutkan dahinya binggung atas hal yang dilakukan yeoja dihadapannya.

Lantas ia pun akhirnya berinisiatif untuk menyadarkan yeoja dihadapannya.

"Chogiyo" Wonwoo melambai-lambaikan tangannya didepan Jinnie dan hal itu berhasil menyadarkan lamunan yeoja itu.

Jinnie menatap kearah Wonwoo dengan gugup. Tatapannya tidak berlangsung lama. Ia pun mengalihkan pandangnnya ke arah jam tangannya.

"Mianhe Wonwoo-ssi. Aku harus pergi sekarang" Jinnie beranjak dari tempat duduknya. Ia ingin cepat pergi dari tempat itu.

.

.

.

Greb.

.

Langkah Jinnie terhenti karena sebuah tangan mencengkram pergelangan tangannya.

"Kenapa kau mau pergi? Apa kau-" Wonwoo menghentikan ucapanya dan menatap kearah tas belanjaan Jinnie. "Apa kau sedang hamil?"

.

.

.

Deg.

.

Pupil mata Jinnie membulat sempurna. Tubuhnya bergetar hebat.

"Apa benar kau hamil? Kau mengandung anakku bukan? "

Jinnie yang mendengar pertanyaan Wonwoo itupun hanya dapat diam sembari meneguh salivanya kasar. Ia rasa tenggorokannya sangat kering sekarang.

"Benarkan. Dia anakku"

.

.

.

Seett.

.

Jinnie melepas paksa cengkraman tangan Wonwoo dipergelangannya.

"Dia bukan anakmu!!!" Jinnie berteriak cukup kencang sehingga membuat Wonwoo terkejut.

"Jika memang ia bukan anakku. Kenapa kau bersikap seperti ini. Kenapa kau malah marah hah. Jelaskan padaku!!"

Jinnie terdiam kembali. Ia binggung harus menjawab apa pertanyaan Wonwoo. Hatinya cukup bergetar. Detak jantungnya mulai berdetak tak karuan.

Wonwoo melangkah mendekat kearah Jinnie perlahan. Tetapi, -

"jangan mendekat"

Ucapan Jinnie membuat Namja berkulit putih porselin itu menghentikan langkahnya.

"Tolong. Tolong jangan ganggu aku dan anakku" dengan sekuat tenaga ucapan itu keluar dari mulut Jinnie.

" kenapa? Aku ayah sah dari anak yang kau kandung. Aku akan bertanggung jawab atas anak kita"

Jinnie mengelengkan kepalanya. "Ani. Aku bisa menghidupi anakku sendiri. Aku mohon. Jangan temui aku lagi. Cukup aku yang tersakiti. Jangan anakku"

"sejauh apapun kau pergi. Aku akan tetap mencarimu"

"jangan coba mencariku. Biarkan keajaiban yang mempertemukan kita"
Jinnie menatap kearah Wonwoo dengan tatapan tedunya. "Aku, kamu dan anak kita".

.

.

.

.

At Jinnie Apartemen.

.

Clek.

.

Pintu utama apartemen itu terbuka dengan lebar menampilkan wanita muda yang tengah mengandung dengan wajahnya yang kian pucat.

"Jin-" belum sempat Jisoo memanggil dengan lengkap nama Jinnie tiba-tiba tubuh Jinnie ambruk. Untung saja tubuhnya sempat di tahan oleh Jisoo.

"Jinnie-yaa" Jisoo menepuk-nepuk pipi Jinnie yang tidak sadarkan diri.

.

.

.

At Rosez Hospital.

.

"Keadaan Jinnie sudah mulai membaik. Hanya saja ia sedang banyak fikiran. Mungkin ia baru saja bertemu dengan seseorang yang mengingatkannya pada masa lalunya?" jelas Dokter Hanna setelah memeriksa Jinnie.

'apa Jinnie baru saja bertemu dengan Namja itu? ' ujar Jisoo didalam hati.

"Chogio, Jisoo-ssi. Apa kau tau dia baru saja bertemu dengan siapa?"

Jisoo mengeleng pelan. "aniya, dok. Aku tidak tau"

"ahh, begitu. Baiklah Jisoo-ssi. Saya keluar dulu. Permisi"

.

.

.

.

{Wonwoo Pov}

.

"Bodoh. Bisa-bisanya dia bilang kalau dia bisa menjaga anak itu. Cih, dia saja masih anak-anak. Tapi malah mau menjaga anak-anak" gerutuku kesal. Bagaimana tidak. Ia jelas-jelas menolakku. Ia satu-satunya yeoja yang menolakku seumur hidupku.

Aku kesal. Jelas. Dia sedang mengandung anakku tetapi ia malah tidak mengijinkanku untuk bertanggung jawab. Dasar keras kepala.

Aku merogoh saku celana jeansku dan mengeluarkan ponselku.

Ku cari sebuah kontak dan segera menelponnya.

"Seokmin-Ssi. Tolong carikan aku data-data mengenai Jung Jinnie"

.

.

.

.

Mianhe. Kalo ada typonya. Soalnya lgsg publish^^

Semoga

Miracle (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang