Pt. 10

1.1K 93 1
                                    

.

Sudah 2 bulan Jinnie dan Jisoo tinggal di Amerika.

Bukan dirumah Jisoo tentunya. Tetapi disebuah apartemen milik Jisoo selama kuliahnya dulu.

Tanpa terasa persalinan Jinnie tinggal menunggu hari dan Jinnie sudah tidak sabar akan hal itu.

Jinnie rajin ikut senam hamil agar persalinannya lancar dan tentu saja Jisoo selalu setia mendampinginya.

Jisoo sudah seperti suami Jinnie sekarang.

Ia bahkan dengan terus terang mengatakan bahwa ia akan menikahi Jinnie setelah anak yang Jinnie kandung lahir.

Tetapi, sampai sekarang Jinnie masih belum meng"iya" atau "tidak"kan ucapan Jisoo itu.

Hanya saja ia berfikir bahwa ia tidak pantas untuk seorang Jisoo.

.

.

.

.

"apa kau ingin sesuatu?" tanya Jisoo pada Jinnie.

Mereka tengah berada ditaman dekat apartemen milik Jisoo.

Sudah menjadi kebiasaan mereka setiap sabtu atau minggu pagi menghabiskan waktu ditaman.

Tidak ada alasan khusus kebiasaan mereka itu. Jinnie bilang ia sangat senang saat berada ditaman. Karena ia bisa melihat anak-anak kecil bermain dengan kedua orang tuanya.

Mengingat hal itu Jinnie jadi sedih. Karena kelak anaknya hanya memiliki ibu. Tanpa seorang ayah yang akan melindungi mereka.

"Jinnie-yaa" panggil Jisoo yang berhasil membuat Jinnie sadar.

Jinnie mengulas senyumnya dan mengelengkan kepalanya. "Aniya Oppa. Tidak ada yang ku inginkan sekarang".

"baiklah"

.

.

.

.

Different Side.

.

At Wonwoo Mansion.

.

Knock.. Knock..

Terdengar suara ketukan pintu yang cukup mengema.

Membuat seorang yang berada didalam ruangan itu terbangun dari tidurnya dan berdecih. "cih, menganggu saja"

Namja tersebut bangun dari tidurnya dan berjalan menuju pintu yang sedari tadi diketuk.

Setelah pintu itu terbuka terlihatlah seorang Namja yang tak kalah tampan darinya.

"wae?"

"maaf menganggu pagi tuan"

"kau memang menganggu"

Mendengar jawaban dari Namja yang baru bangun itu membuat Namja lainnya memaksakan senyumnya.

Ia sangat mengenal Tuannya. Dan sepertinya ia salah mengambil keputusan untuk datang sepagi ini.

"Cepat katakan apa maumu"

"begini tuan. Ini sudah bulan Desember. Bukankah seharusnya Yeoja yang Tuan cari akan melahirkan?"

.

.

.

.

"kenapa aku tidak boleh melahirkan dikorea Oppa?"

"kau tau Jinnie-yaa. Persalinanmu tinggal berapa hari lagi dan keputusan untuk pergi keluar negeri itu bukanlah keputusan yang benar kau tau-"

"iya-iya Oppa. Arraseoyoo" Jinnie beranjak dari tidur duduknya dan berjalan menuju kamarnya.

Tetapi belum sempat langkahnya sampai ketempat yang ia tuju.

Jinnie merasa sakit yang luar biasa pada perutnya.

"Akkkhh!!!" teriak Jinnie. "Oppaaa perut akuu sakittt"

Jinnie hampir saja terjatuh kelantai jika saja Jisoo tidak dengan sigap menahan tubuhnya.

"benarkah?" tanya Jisoo.

"Ndee Oppaaa. Sakiittttt" Jinnie memegang perutnya dan Keringat membasahi dahinya.

"baiklah. Ayo kita kerumah sakit"

.

.

.

.

"Seokmin-ahh"

"waeyo Tuan?"

"bagaimana keadaan Jinnie sekarang kira-kira? Apa dia sudah melahirkan?" tanya Wonwoo sembari melihat kearah Jalan.

Saat ini ia dan bawahannya, Seokmin sedang berada disebuah Caffe yang letaknya tidak jauh dari perusahaannya.

Seokmin mengelengkan kepalanya. "saya tidak tahu Tuan. Tapi, kenapa tuan tidak mencoba mencarinya?"

"kau tau? Terakhir aku bertemu dengannya dan ia tau bahwa pertemuan itu karena aku tau ia berada disana. Aku tidak menemukannya lagi. Dan aku yakin ia pergi cukup jauh. Aku takut. Ia melupakanku. Aku yakin. Jika memang kami berjodoh. Keajaiban akan mempertemukan kami. Aku, Jinnie dan Anakku"

.

.

.

.

"tarik nafas, hembuskan. Tarik nafas, hembuskan" perintah Dokter yang menangani persalinan Jinnie.

"Oppaaa ini sangat sakitt. Aku tidak kuaatt" terlihat jelas kesakitan yang luar biasa diwajah Jinnie. Kerutan dahinya begitu mengambarkan apa yang ia rasakan sekarang.

Jisoo mengeratkan gengaman tangannya pada tangan Jinnie. Seakan menyalurkan kekuatan pada Jinnie. "kau bisa Jinnie-yaa. Kau pasti bisa. Ingatlah perjuanganmu selama ini. Ingat anak-anakmu kelak. Ingat Appa dan Eommamu Jinnie-yaa"

Jinnie mengangukan kepalanya dan kembali berusaha untuk mendorong keluar anaknya.

"Hoeekk, Hoeekk" terdengar sebuah tangisan yang berhasil membuat Jinnie dapat bernafas lega tetapi-

"Nyonya sepertinya anak anda kembar"

Ucapan Dokter yang menanganinya itu membuatnya sedikit terkejut dan menatap kearah Jisoo.

Jisoo mengulas senyumnya dan kembali mengengam erat tangan Jinnie. "kau pasti bisa Jinnie-yaa"

Jinnie kembali berusaha untuk mengeluarkan anak keduanya dan-

"Hoeekk.. Hoeekk"

Sebuah tangisan kembali terdengar.

Nafas Jinnie terputus-putus karena kekuatannya terkuras habis.

Tapi, ia tersenyum lega saat melihat kedua anaknya yang sangat ia jaga selama ini.

.

.

.

.

Double up. Yeaaayy.

Miracle (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang