CHAPTER 3

33 5 0
                                    

"Sini deh gue ceritain." Felix mengajak Alrin duduk di sampingnya.

Felix menceritakan kejadian yang menimpanya. Dari mulai ia dipaksa Rynsa buat ikut kekerumunan sampai buku filsafat kesayangannya diambil oleh orang yang bernama, Daffa.

"WHAT THE HELL?! DAFFA??" Tanya Alrin kaget. Felix mengangguk. "Daffandryan Zenio?" Tanyanya lagi.

Felix mengidikkan bahunya. "Entahlah, iya kali dia orangnya. Gue nggak inget."

"Wait," Alrin merogoh gadgetnya yang ada di saku roknya. Sebuah gadget ipone 7 berwarna silver ia utak-atik. "Orangnya ini bukan?" Alrin menunjukkan layar gadgetnya. "Yang kiri,"

Felix memperhatikan layar galeri foto yang ditunjukan Alrin. Ia teliti setiap inchi foto wajah seorang cowok yang baru ia lihat tadi. Wajahnya lugu dan terlihat konyol jika di foto. Tanpa sadar Felix sedikit tertegun, terlalu lama ia memperhatikan foto tadi sampai Alrin mengagetkannya.

"Fel?" Alrin sembari menjentikkan jari di depan mata Felix yang masih fokus pada layar gadgetnya.

"E, a, em, sorry," Felix terkejut dan tentu saja gagap. "Em, iya itu orangnya."

Alrin menghela nafas panjang dan menggeleng sambil berdecak. "Ck, kenapa sih lo bisa berurusan sama itu cowok, hah?"

"Bodo, dia dulu yang mulai." Kata Felix sepele.

"Emang kenapa sih Al?" Tanya Rynsa sambil memegang kedua pipinya ingin menyimak.

"Daffa? Dia itu kalo gue liat orangnya susah ditebak. Dan dari yang gue denger dia itu licik katanya." Jelas Alrin.

"Licik? Maksud?"

"Dia nggak gampang maafin orang kalo ada yang nyari masalah sama dia. Dan dia bakalan dendam gitu. Tapi, cara dia ngebales itu emang susah banget ketebak." Lanjutnya.

"Bodo amat perduli juga nggak gue, gue bukan cewek lemah yang dengan gampang terperosok sama cowok."

"Jangan gitu Fel. Kayaknya lo harus mulai ati-ati deh sama si Daffa," Jelas Rynsa. "Tapi btw, Daffa ganteng juga loh, Fel. Ga minat gebet ni?" Godanya.

"Yah si dongo. Keluar dari topik lo, bego." Si Felix menyibakkan rambut terurai Rynsa yang kalau ngomong emang suka ceplas-ceplos.

"Hehehe, ya sorry, khilap-khilap gue. Tapi benerkan? Daffa ganteng?"

"Iyain biar fast." Jawab Felix malas.

"Oh ya, kok lo bisa tau banyak sih tentang Daffa, Al?" Tanya Rynsa binggung.

"Pastilah tau, orang dia itu..," Alrin manggantung kalimatnya.

"Itu apa Al?" Kata Rynsa penasaran dengan terus melongo memperhatikan Alrin.

Bagaimana dengan Felix? Yah tentu saja dia terlihat cuek dan santai dengan hanya memainkan kukunya. Kendati karena dia sudah hafal pasti si Alrin mau bikin si Rynsa tambah dongo lagi.

Di sisi lain sebenarnya, Felix benar-benar akan memdapati masalah yang mungkin susah untuk ia hadapi. Mungkin tapi ya.

"...Daffa itukan mantan...," Ia kembali menggantung kalimatnya itu.

Rynsa tentu semakin penasaran. Dan inilah yang diinginkan Alrin. Ia memang suka sekali jika mempermainkan Rynsa.

Rynsa tetap saja melongo penasaran. Ia tidak tau saja bahwa ia hanya dipermainkan oleh sahabatnya, Alrin. Padahalkan sudah berkali-kali Rynsa masuk jeratannya Alrin. Tapi tetap saja Rynsa sering tertipu. Hahaha.

"Dia mantan lo?!" Kata Rynsa menyambar.

"Dia itu kan mantan..," Yeah, dan masih saja Alrin mangantungkan pertanyaannya. "Mantan pembokat, hahaha." Alrin tertawa ria karena berhasil (lagi) membuat Rynsa kesal.

AFRAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang