CHAPTER 6

32 3 0
                                    

Pandangan siswa disekitar jadi terfokus pada meja makan Felix. Terutama pandangan cewek-cewek. Karena siapapun tau kalau yang berani ngelawan Daffa cuma Felix. Dan sekarang seperti terlihat sebaliknya.

"Gila Fel gila, si Daffa? Tiba-tiba jadi manis gitu?" Kata Alrin girang.

"Manis apanya? Perasaan biasa aja." Kata Felix.

"Itu, masa tiba-tiba dia nganterin makanan buat lo di depan semua anak-anak di kantin ini. You know lah, walopun baru sehari dia pindah kesini dia udah banyak fans," Jelas Alrin.

"Masa? Cepet amat, seperfect itukah dia? Perasaan keliatannya dia anak brandal, liat aja dia, penampilan lusuh, baju dikeluarin, dasi aja nggak make, celananya di model pensil, rambut acakan, dan muka juga babak belur. Padahal belom seminggu dia sekolah di sini." Nilainya sesuai yang ia lihat dari bawah kaki sampai ujung rambut Daffa.

"Justru itu Fel, ini lagi jamannya cewek-cewek suka cowok tipe bad. Dan asal lo tau, Daffa sebenernya baik kalo lo udah kenal dia."

Felix menaikkan satu alisnya. "Tapi waktu itu itu lo bilang gue harus ati-ati sama Daffa. Kata lo dia bahaya?"

"Hmm, gimana ya? Soalnya dia susah ditebak. Gue aja yang sepupunya binggung sama dia."

Pesanan makanan mereka bertiga datang.

"Siapa yang mau makan nih bakso? Nggak kuat gue kalo makan sendirian. Bagi tiga ya? Bantuin abisin."

"Okelah," serentak Alrin dan Rynsa.

****

Setelah Daffa keluar dari ruang BK. Sudah ada keputusan sebagai hukuman.

Nino mendapat skorsing selama 3 hari. Sedangkan Daffa di bebaskan dari segala hukuman. Dengan alasan Daffa adalah murid baru yang belum tau aturan sekolah.

Terlihat tidak adil memang, disini pihak sekolah lebih pro kepada Daffa yang memiliki embel-embel cucu pemilik Ganesha.

Setiap Daffa berjalan melewati lorong ke kelasnya, pasti banyak cewek-cewek yang melihatinya. Terkadang ada juga yang memberikannya sesuatu.

Seorang cewek menghampiri Daffa yang tengah berjalan bersamaan. Arkan dan Arsen. "Kak Daffa, ini ada brownies buat kakak, itu buatan sendiri loh."

"Wihh, keliatan enak banget ni. Makasih ya dek," Daffa menerima brownies itu. Si cewek tentu saja jadi senyum-senyum sendiri. "Btw, kelas berapa dek? Nama lo siapa?"

"Hah? Kak Daffa nanya nama gue?" Daffa mengangguk. "Kelas X IPS 1 kak. Nama gue Lili,"

"Oh dek Ili aja gua manggilnya. Boleh kan?"

"Boleh banget," Lili terlihat senang bukan main.

"Bawa pulpen?"

Lili mengeluarkan pulpen yang ada disaku nya. "Ini kak,"

"Pinjem tangan lo," Daffa menarik tangan Lili. Ia menuliskan sesuatu di telapak tangan Lili. "Itu id line gue, kalo butuh tinggal chat aja, oke?" katanya sambil pergi menjauh dari tempatnya tadi. Sedangkan Lili masih dengan ekspresi tidak percayanya.

"Si bangsat mulai nih. Niat lo baperin si Lili yang baper cewek satu sekolahan. Pake jampi-jampi apaan lo dah?" Cercos Arsen.

"Biasain deh lo punya temen ganteng banyak yang naksir," Sombong Daffa.

"Yeuu, ngelunjakkan ni anak."

AFRAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang