CHAPTER 5

33 4 0
                                    

Di mulmed visual Felixa.

****

Daffa sudah berpakaian keren dan cool. Penampilannya simple memang. Badan atletisnya itu hanya dibalut oleh celana jeans panjang dan kaos hitam polos. Tak bisa di pungkiri memang, cowok kalau pakai baju hitam polos kegantengannya nambah 200%. True?

Daffa berjalan melewati ruang tamu di rumahnya.

"Daf, malem-malem gini mau kemana kamu?" Tanya Fani saat Daffa melewatinya yang sedang duduk di sofa. Fani tidak lain adalah mamahnya.

"Biasa mah, mau keluar bentar nongkrong sama temen Daffa." Jawabnya santai.

"Ke club? Sama temen barumu Daf?"

"Mamah tau aja. Sama temen lama Daffa mah. Boleh kan?"

"Boleh, asal jangan pake acara minum-minum terus sama hal yang nggak bener." Katanya memberi ijin. Fani mengijinkan anaknya itu ke club malam bukan karena ia masa bodo pada Daffa. Ia hanya tidak ingin Daffa tertekan karena terlalu di kekang. Selain itu, ia percaya Daffa ke club malam hanya untuk nongkrong dengan temannya. Jadi ia bisa mengijinkannya dengan catatan Daffa tidak ikut minum-minuman alkohol. Dan memang terbukti, Sepulang dari club Daffa tidak pernah dalam keadaan mabuk.

"Makasih mah, Daffa jalan dulu ya." Daffa mencium punggung tangan Fani sebelum berangkat keluar.

Daffa menyalakan motornya dan segera pergi. Suasana jalanan memeng tidak terlalu sepi. Karena ini belum terlalu larut malam.

Ramai sekali suasana di dalam club. Orang-orang menari ria, afa yang sedang tertawa lepas, dan bahkan ada orang yang sedang mabuk juga.

Mata Daffa meneliti setiap sudut club itu. Sampai ada lambaian tangan yang ditujukan padan Daffa dari teman lamanya.

"Woi Daf, disini." Kata cowok di meja bar seberang melambaikan tangannya.

Daffa pun menuju Sumber lambaian tangan tadi.

"Cepet sini Daf, pokonya malem ini lo nggak perlu bayar vodka kita." Kata salah satu temannya kegirangan.

Daffa hanya menaikkan satu alisnya mengisyaratkan kata 'kenapa?'

"Si Fano udah nggak ngejones lagi! Jadi lo vakum dulu ntraktir kita."

"Anjir, udah laku aja lo fan, gue kira lo tadinya maho an."

"Si bangsat Daffa, muka cakep gini lo nistain!" Jawab Fano.

Di club itu sekumpulannya hanya becanda dan nongkrong. Walaupun mereka minum minuman beralkohol, setidaknya Daffa tidak pernah terikut arus mereka.

"Yakin nggak mau nyoba? Segelas kecil aja," Kata Fano teman Daffa sambil menyerahkan segelas kecil vodka.

"Lo udah tau jawaban gue," Ya, seperti amanat mamahnya, Daffa selalu menolak vodka yang biasa di konsumsi teman-temannya.

"Yaudah," Fano malah menghabiskan vodka yang tadinya ingin diberikan pada Daffa. "Eh daf, denger-denger cewek-cewek sekolah baru lo pada cantik sama seksi-seksi. Emang lo nggak ada kecengan gitu?"

"Cantik si cantik, seksi juga. Tapi pada kayak cabe-cabean. Mukanya dempul semua, anjir. Dan sebangsat-bangsatnya gue, gue nggak napsu sama cabe-cabean."

"Wisss... Panutan ni si Daffa. Tumben amat bijak lo? Titisan Mario Bross pasti?" Teman-teman Daffa tertawa karena candaan Fano.

"Anjing, bego amat sat."

****

Kring... Kring...

Jam weker milik Daffa sudah menjerit. Hari ini seperti biasanya ia akan sekolah.

AFRAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang