Taufan ikut melaut mencari ikan. Sebelum berangkat, Syamsul kembali bertanya padanya, apakah dia benar-benar yakin akan ikut melaut, karena suasana laut malam sangat berbeda dengan siang hari dan kapal nelayan jauh berbeda dengan kapal penyeberangan. Taufan meyakinkan kalau dia benar-benar siap, dan berjanji tidak akan merepotkan siapa pun. Baruna mengingatkannya untuk memakai jaket tebal.
***
Kapal nelayan Syamsul pun mulai meninggalkan dermaga. Semakin ke tengah laut, udara semakin dingin. Kegelapan ada di mana-mana, hanya terlihat titik-titik lampu kapal nelayan di kejauhan. Daratan sudah tidak terlihat lagi, yang ada hanya suara angin dan ombak. Pada suatu titik jaring dilemparkan ke laut. Beberapa saat kemudian terdengar aba-aba untuk menariknya. Setelah jaring berhasil ditarik, Syamsul dan yang lainnya berteriak gembira karena mendapatkan ikan yang cukup banyak. Taufan memperhatikan bagaimana kerja Syamsul dan lainnya yang nampak begitu bersemangat.
Baruna dan Taufan memasukkan ikan-ikan hasil tangkapan ke dalam tong-tong yang telah diisi oleh es batu. Syamsul dan dua orang lainnya kembali melempar jaring ke laut.
"Ikan apa ini?" tanya Taufan kepada Baruna sambil memegang seekor ikan panjang seperti pita
"Itu namanya ikan layur, tekstur dagingnya agak keras tapi rasanya gurih!"
Taufan melemparkan ikan layur yang dipegangnya ke dalam salah satu tong, lalu mengambil seekor ikan lagi dan menunjukkannya kepada Baruna.
"Itu ikan tenggiri, yang biasa dibuat pempek atau siomay. Biasanya akan diambil Wulan untuk bahan membuat kerupuknya."
"Jadi ini yang namanya ikan tenggiri." Taufan memperhatikannya beberapa saat, lalu melemparkannya ke dalam tong. Kapal nelayan Syamsul bergerak semakin ke tengah, berhenti di satu titik lagi dan kembali melemparkan jaring ikannya. Karena belum terbiasa Taufan tertidur di dalam kapal.
***
Menjelang pagi, kapal nelayan Syamsul mulai bergerak menuju daratan. Taufan terbangun dari tidurnya, lalu bangkit dan menemui Baruna yang sedang berdiri di buritan kapal.
"Bagaimana tidurmu? Apa kamu bermimpi bertemu dengan putri duyung? Atau Dewa Neptunus? Atau bahkan monster laut?" kata Baruna sambil tersenyum ketika Taufan sudah berdiri di sampingnya.
"Aku merasakan tidurku nyaman sekali, sampai tak bermimpi apa pun." Ujar Taufan tersenyum. "Bagaimana tangkapannya?" Dengan wajah gembira Baruna menceritakan kalau tangkapan kali ini sangat menggembirakan.
Keduanya berdiri terdiam, memandang jauh ke lautan lepas yang masih gelap dengan pikirannya masing-masing.
Menjelang shubuh kapal Syamsul akhirnya kembali ke daratan dan bersandar di dermaga kecil, terdengar teriakan gembiara ayah Wulan dan dua orang lainnya ketika bertemu dengan nelayan lainnya yang sama-sama baru bersandar.
Shubuh pun berlalu, Syamsul dan yang lainnya mulai mengeluarkan tong-tong berisi ikan hasil tangkapan mereka, Taufan dan Baruna ikut membantunya.
"Setelah ini, apa yang mereka lakukan?" tanya Taufan setelah selesai membantu mengeluarkan tong-tong ikan dari kapal.
"Mereka akan membawanya ke tempat pelelangan ikan di sana!" Bangunan menunjuk sebuah bangunan terbuka tidak begitu jauh dari dermaga kecil. "Sebelum dilelang mereka akan memisahkan ikan menurut jenisnya, karena biasanya masih tercampur-campur."
Mereka pergi ke warung makan yang memang sudah buka sejak jam empat pagi. Ibunya Wulan menanyakan hasil tangkapan suaminya semalam. Baruna memberitahukan bagaimana hasil tangkapan mereka semalam. Senyum sumringah mengembang di bibir wanita itu. Ibunya Wulan lalu menanyakan pada Taufan tentang bagaimana pengalaman pertamanya melaut mencari ikan. Taufan dengan semangat menceritakan pengalamannya, dia merasa sangat senang dan terkesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut Dan kesunyian
RomanceKisah Taufan Seniman Yang Tak Di Restui jadi Seniman Oleh Ayahnya. Dibumbui Kisah Cintanya Bersama Wanita Cantik Yang Sederhana Bernama Wulan.