Setelah beberapa kali perbaikan dan revisi, akhirnya tiba waktunya Taufan untuk mempresentasikan dan mempertanggunggungjawabkan isi skripsinya dalam sidang di depan dosen penguji.
Hampir dua jam Taufan menjawab dan menjelaskan kepada tiga orang dosen pengujinya tentang apa yang dia tulis dalam skripsinya.
Jam dua siang Taufan akhirnya keluar dari ruang siding. Beberapa temannya menyambutnya di depan pintu ruang sidang.
"Bagaimana Fan?" tanya Nina, seorang teman perempuannya.
"Dibantai gak Fan, sama si killer itu?" sahut Donny.
"Lulus atau disuruh ngulang?!" tanya Fajar.
Taufan memasang muka sedih, membuat teman-temannya mengernyitkan dahi dengan tatapan penasaran, namun sesaat kemudian Taufan berteriak.
"Aku luluuuuuuuuuusssss!!!" Teman-temannya langsung berteriak senang dan memeluk Taufan.
"Wah! Sebentar lagi jadi menikah dong, Fan! Si Sekar sudah terlalu lama menunggu tuh!" ujar Nina yang juga teman Sekar. Taufan tertawa.
"Si Taufan mah enak! Setelah lulus bisa langsung kerja di perusahaan papanya! Tidak usah cari-cari dan ngelamar-ngelamar pekerjaan kayak kita!" ujar Donny.
"Pastilah! Bapaknya kan bos, pengusaha besar!" sahut Fajar.
Taufan tertawa. "Kalian bisa saja! Kalau kalian mau, kalian bisa bekerja dengan papaku, menggantikan aku!"
"Serius Fan?!" seru teman-temannya hampir bersamaan.
Taufan mengangguk sambil tersenyum.
"Aaaah, lupakan dulu soal kerja! Sekarang waktunya makan-makaaaan! Bukan begitu teman-teman?" kata Donny.
"Bettuullll!" teriak yang lainnya.
Taufan kemudian mengajak teman-temannya pergi ke rumah makan padang yang terletak tidak jauh dari kampus untuk mentraktirnya makan-makan seperti janjinya jika dia dinyatakan lulus.
"Jadi benar, kamu akan langsung bekerja di tempat papamu, Fan?" tanya Nina.
"Entahlah!"
"Kenapa? Kamu ingin kerja di tempat lain? Atau, membuka usaha sendiri?"
Taufan mengangkat kedua bahunya. "Sudahlah, jangan pikirkan soal itu! Sekarang mari kita makan!" Taufan mempersilakan teman-temannya untuk menyantap masakan padang yang telah dipesannya. Ketika sedang menikmati masakan padang tiba-tiba handphone-nya berbunyi. Taufan mengangkatnya dan terdengar suara Papa.
"Kamu sudah selesai sidang? Bagaimana hasilnya?"
"Ya Pa! Aku sudah selesai sidang! Aku lulus!"
"Sekarang kamu dimana?"
"Aku sekarang sedang bersama teman-teman!" Taufan lalu mengatakan keberadaannya setelah itu menutup handphone-nya.
"Papamu Fan?" tanya Fajar.
Taufan mengangguk lalu terbatuk.
"Cieeeh... kayaknya mau langsung dikasih kedudukan tuh, di kantor!" celetuk Nina.
Taufan tertawa kecil. Selesai makan dia dan teman-temannya keluar dari rumah makan tersebut, di tempat parkir telah menunggu Pak Dirman di samping mobil Papa.
"Mas Taufan!" teriak Pak Dirman.
"Wah, Fan! Dijemput papamu, tuh!" goda Donny.
"Wuih! Kayaknya mau dikasih surpraise nih!" sahut Fajar.
Taufan tersenyum kecut. "Baiklah, aku duluan ya!"
"Fan! Jangan lupa undangan nikahnya ya!" teriak Nina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut Dan kesunyian
RomanceKisah Taufan Seniman Yang Tak Di Restui jadi Seniman Oleh Ayahnya. Dibumbui Kisah Cintanya Bersama Wanita Cantik Yang Sederhana Bernama Wulan.