Chapter 15

3.3K 122 13
                                    

"Apa lo tega, mau ngebunuh orang yang selalu ada disamping lo saat lo terjatuh." Ucap Kevin dramatis.

"Gue heran ya, kenapa Tuhan takdirin gue ketemu sahabat kayak Lo." Ucap Ali sambil duduk di sofa.

"Karena Tuhan selalu adil, Bro!"

***

"Lo ngapain disini?!" Ucapnya dingin

"Aku mau minta maaf sama kamu!" Ucapnya pelan.

"Aku tau, aku jahat sama kamu. Tapi aku..."

"Gue maafin lo. Jadi lo bisa pergi!"

Dia masih bergeming, dia hanya berkutik dengan berkas-berkas yang ada dihadapannya. Dia masih mengabaikan seseorang yang kini telah menjadi masalalunya. Entah apa yang terjadi sehingga mereka menjadi retak seperti ini.

"Lo masih disini?"

"Gue sibuk!"

"Jadi gak ada waktu buat ladenin lo!"

Dia bergegas keluar dari ruangannya. Entah ada hal penting atau masih mencoba menghindar.

***

"Bro, kok lo disini!" Tanya Kevin

"Dia datang lagi. Jadi gue gak mau punya urusan lagi sama dia." Ucap Ali

"Eh gue baru dapat informasi tentang dr. Prilly, Lo mau tau gak?"

Ali hampir tersedak saat mendengar nama Prilly. Dia mencoba menetralkan dirinya. Dia tak bergeming, lalu dia kembali menyeruput secangkir teh hangat milik Kevin.

"Astaga, bos kurang ajar." Gertak Kevin. Ali hanya terkekeh geli.

"Masa iya minuman yang harusnya buat manager diminum bos!" Sambungnya.

"Btw, ada informasi apa soal dr. Prilly?" Tanya Ali

"Eughh?"

"Informasi apa bego!" Ali mulai kesal pada Kevin. Dia mulai merebahkan tubuhnya di sofa, tepat menghadap jendela keluar kantor. Dia memejamkan mata entah tertidur atau hanya menutup mata.

"Santai bro. Jadi dokter Prilly itu masih single tapi dia udah punya gebetan gitu."

"Lo tau darimana?"

"Dari Mila."

"Mila?"

"Iya asisten dr. Prilly. Dan gue langsung minta nomor telepon dia, dan yashh gua dapet. Walaupun sama susahnya tapi dr. Prilly lebih susah karena ya if you know what I mean.

"Bro dr. Prilly" Kevin mencoba memberitahu Ali.

"Engga usah ngibul atau tipu gue."

"Itu dr. Prilly, Ali." Kevin mendengus kesal. Ali mencoba mengedarkan pandangannya. Disana tidak ada tanda-tanda dr. Prilly datang. Tapi hanya sekretaris yang mencoba menghampirinya.

"Kalau Lo gak percaya li, gua yakin lu bakalan menyesal." Kevin terlihat serius.

"Maaf tuan, ada yang ingin bertemu dengan tuan Ali, beliau sudah menunggu di ruangan anda." Ucap sekretaris

"Nah kan lu engga percaya sih sama gue."

Ali terperanjat dari tidurnya. Dia langsung bergegas merapikan diri. Entahlah apakah pria akan selalu tampil seperti itu didepan wanita yang disukainya?

"Ada apa ingin bertemu dengan saya?" Tanya Ali.

"Mohon maaf, sebenarnya saya tidak ingin bertemu dengan anda. Tapi ini adalah sebuah keterpaksaan!" Ucap Prilly

"Baiklah silahkan duduk dahulu. Kita bicarakan masalahnya dengan santai. Jadi sebenarnya ada apa?"

"Saudara Aldi meminta saya bertemu dengan anda.  Dia tidak membayar biaya rumah sakit selama dia dirawat. Saya tau orang tua anda pemilik rumah sakit itu. Tapi bukan berarti anda atau saudara anda bebas dari pembiayaan perawatan."

"So?"

"Ya!" Prilly terlihat emosi kali ini. Bagaimana tidak dia berbicara panjang lebar hanya tapi diabaikan. Ali hanya mengeryit.

"Dia terlihat lucu saat kesal." Ucap Ali dalam hati

"Baiklah saya akan pergi!" Prilly mulai beranjak pergi. Tapi Ali menahan tangannya. Dengan cepat Prilly meninju Ali.

"I'm sorry." Prilly memeriksa keadaan Ali. Darah segar mengalir di hidung Ali. Pukulan Prilly sangat keras. Dia refleks meninju Ali. Entah kesal atau memang refleks? Prilly mencoba mengambil tissu.

Dia melakukan tindakan sebagai layaknya seorang dokter. Dia mencoba menundukkan kepala Ali. Ali yang kaget menjadi luluh. Ternyata perempuan sedingin dia memiliki kekhawatiran juga.

"Anda khawatir dengan saya?" Tanya Ali

"Saya hanya melakukan tugas saya. Meskipun ini bukan keahlian saya." Prilly terlihat cemas.

"Anda jangan senang dulu, telah di obati. Saya pernah membunuh 100 orang dalam hitungan hari!" Ucap Prilly tegas

Ali terbelalak mendengar perkataan Prilly. Ali tak tau dia sedang bercanda atau tidak, karena raut wajah gadis itu sangat misterius.

"Benarkah? Lantas mengapa kau dapat menjadi dokter bedah?"

"Itu keinginan saya."

"Berarti membunuh adalah keinginan anda."

"Bisa dibilang seperti itu. Saya harus pergi, berbicara dengan anda sama sekali tidak berguna dan hanya membuang-buang waktu." Prilly bergegas pergi.

"Obati luka anda di rumah sakit!"

"Dengan senang hati." Ucap Ali tersenyum.

***

Haiiiiiiiiiiiii...... Apakah ada yang masih menunggu cerita ini?
it's been a long time. I hope enjoy and happy reading gays. Love you all💕
Sorry for typo and don't forget to vote and comment (!) See you dear..

Mr. Ceo&Mrs. DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang