02 : His Wife

812 69 3
                                    

Bagi Gaara, punya wajah ganteng itu merepotkan.

Ini bukan statement sombong atau apa... tapi ini memang realitanya!

Saat itu, Gaara memandangi jam di dinding sebelum sekretarisnya datang menghadap dengan setumpuk agenda yang membosankan. Sekretaris barunya adalah seorang perempuan muda di awal pertengahan dua puluhan. Rambutnya yang terurai panjang, terlihat berkilauan saat sudut cahaya membelokkan refleksinya. Gadis itu, dengan wajah oval kecil yang dipenuhi makeup, tersenyum kepadanya.

"Selamat pagi, Gaara-sama."

"Pagi."

Untuk ukuran seorang wanita, gadis itu cukup menarik. Memiliki pembawaan yang anggun dan menenangkan. Sebagai kebanyakan dari fungsi seorang wanita, gadis itu cukup enak dipandang untuk menghiasi kantor suram dan membosankan seperti ini.

"Hari ini Anda memiliki jadwal yang cukup padat." Perempuan itu mulai berujar. "Pada pukul sepuluh akan ada pertemuan dengan menteri pendidikan, disusul dengan acara pertunjukan seni kebudayaan di gelanggang seni setelah makan siang, lalu pukul empat sore Anda harus memimpin rapat tahunan."

Gaara mendengarkan dengan saksama. Nah, dari tiga kegiatan itu, maka ia memiliki waktu bersama istrinya saat pertunjukan kebudayaan. Lalu setelah itu adalah yang terburuk! Rapat tahunan akan memaksanya lembur lagi. Ugh.

"Ah, maafkan saya Gaara-sama, ada yang terlewat. Setengah jam lagi, para Tetua meminta Anda menghadap."

"Tetua...?"

"Iya."

Alis Gaara berkedut ringan. Ada apa...? Apakah ada sesuatu yang gawat? Atau... ada yang luput dari perhatiannya?

"Anda memiliki dua undangan untuk bulan ini."

Gaara menunggu perempuan muda itu meneruskan perkataannya. Tapi sekretarisnya hanya terdiam seperti ingin ditanya. Gaara mendesah pendek. Dalam hatinya ia seakan ingin berteriak. Ya, ya... aku mendengarkanmu! Cepatlah berbicara, hey! Tapi Gaara sedang tidak mood marah-marah sekarang. Jadi ia menyerah dan mengikuti keinginan tak terungkapkan sang sekretaris.

"Apa saja itu?"

Gadis itu mulai mendekat. Ia menyodorkan dua lembar undangan bertinta emas yang terlihat mahal. Tapi yang menarik perhatiannya bukan itu melainkan sepasang jari-jari tangan lembut yang menyentuhnya dengan sentuhan tidak biasa. Gaara pura-pura tidak sadar dan hanya memandangi surat dengan perasaan aneh.

Bibir sekretarisnya, berpulas lipstick merah menyala, tersenyum lembut. Ia memamerkan keelokkan tubuh yang tak tanggung-tanggung. Ia memakai baju kelewat ketat dengan belahan dada yang lumayan signifikan untuk diperlihatkan. Roknya yang sudah pendek memiliki belahan fantastis sampai ke pertengahan pahanya. Lalu, saat wanita itu mendekat, bau parfum, yang dipakai berlebihan, menyerang indra penciumannya. Baunya manis seperti vanilla. Membuat napas Gaara sesak dan muak seketika.

"Surat pertama datang dari Konoha Gakure."

Wanita itu mencondongkan tubuhnya lebih dalam. Mendekati wajah Gaara yang menunduk membuka surat. Jari telunjuknya yang jenjang dan putih itu menelusuri salah satu kolom waktu dan acara di tengah surat, memimpin arah mata Gaara. Kutex merah berkilauan menghiasi kukunya.

Sungguh, gadis itu baru saja bekerja kemarin! catat itu—kemarin—dan demi Tuhan bagaimana bisa seorang perempuan yang harusnya masih bau kencur berubah dalam waktu semalam...? Gila!

Nah, ini bukan baru bagi seorang pria dengan title 'Pemimpin Karismatik Terseksi Sepanjang Sejarah Suna' versi SunaMagz.

"Kami memberikan sekretaris dengan lulusan terbaik yang kami miliki. Tapi Anda telah memecat orang itu. Kami tidak tahu kriteria sekretaris seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh Anda."

All about MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang