Jum'at pagi, Gaara, yang datang terlambat ke kantor, beraura cerah tak seperti biasanya. Sekretaris barunya sampai angkat tangan begitu melihat kelakuan Gaara yang lain dari rumor yang beredar. Sejak pria muda itu menginjakkan kakinya di kantor, yang ia kerjakan hanyalah melihat jam dinding dan memainkan gagang telepon seperti remaja labil yang ingin menelpon pacar pertamanya namun ragu.
Pria berambut merah itu mengambil gagang telpon, lalu menyimpannya. Tak lama kemudian ia melihat jam dinding kemudian mengambil gagang telpon dan menyimpannya lagi.
'Pria dingin, tegas, tangan besi dan sadis.'
Sepertinya terlalu berlebihan.
Begitu pikir sang sekretaris baru. Meski memang tidak dipungkiri bahwa pria terseksi di Suna itu tetap memesona meski kelakuannya rada-rada.
Kepala sekretaris tersenyum saat sekretaris baru bertanya kepadanya tentang keadaan Kazekage yang abnormal,
"Kazekage-sama tidak menyentuh paperworknya sedari tadi, pak." Lapornya.
Kepala sekretaris terdiam.
"Yang ia kerjakan dari tadi hanya memandangi jam dinding dan memainkan telepon!"
"..."
"Apa yang harus saya lakukan? Ada laporan yang harus segera beliau tandatangani. Tapi..." Sekretaris baru itu mendesah pendek dan menolehkan kepalanya, pemandangan Gaara yang aneh terlihat dari balik kaca di belakangnya. "Beliau seperti itu terus."
Kepala Sekretaris mengikuti arah pandangan bawahannya dan tersenyum pendek. "Biarkan ia, Ega-san." Katanya dengan nada tenang. "Kemarin, hari ulang tahun pernikahan beliau."
"Eh?"
Setelah berkata begitu kepala sekretaris berbalik pergi meninggalkan bawahannya yang nampak kehilangan kata-kata.
.
.
.
"Uso!"
Pekikan itu terdengar hampir ke seluruh penjuru kafe. Matsuri mengedipkan matanya dengan spontan. Suara teriakan perempuan di ujung depan kafe mulai menarik perhatian pengunjung.
"Ijin demo kita ditolak lagi?! Dasar, pokoknya aku tidak mau tahu cepat atau lambat kita sebagai Gaara-sama fansclub harus segera melakukan aksi demo! Ini penting."
Perempuan itu menggebrak mejanya keras-keras. Dihadapannya, ada seorang perempuan yang dengan tak acuh menyeruput juice nya dan menghela napas pendek.
"Tapi ini sudah yang kedua kalinya kita ditolak! Aku sudah lelah."
"Perempuan jalang itu pasti ada main dengan semua ini. Ia pasti memerintahkan pada polisi itu untuk menolak surat ijin kita karena takut kita menghancurkannya. Ah, ini membuatku gila. bagaimanapun, kita harus tetap melakukan demo ini dan menyadarkan Gaara-sama! Demi negara kita juga, kan?"
"Soal itu sih aku setuju, Akimichi-san."
"Tapi idemu yang waktu itu bagus juga. mengirimkan wacana ke surat kabar sepertinya bisa jadi alat yang jitu selama surat ijin demo kita ditolak."
"Responnya juga cukup bagus. Ada beberapa wartawan yang mulai mengusut berita ini dan sepertinya kita harus mulai mengabari teman-teman kita yang lain. Aku sedang membuat artikel baru dan minggu depan baru bisa diterbitkan."
"Bagus! Kita harus secepatnya menyingkirkan wanita kampung itu dari sisi Gaara-sama. Perempuan tidak berguna yang bahkan tidak bisa melahirkan anak tidak pantas berdiri disampingnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
All about Marriage
Fanfiction"Kalau boleh jujur, suamiku... sebenarnya untuk apa kita menikah jika kau tidak pernah berubah?" Butuh waktu yang tidak sebentar bagi Matsuri untuk memahami sisi lain seorang Gaara-sama. Naruto (c) Kishimoto Masashi Repost from ffn.net