Rasanya hangat dan nyaman. Sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya dan mengelus punggungnya. Lalu tak lama kemudian bibirnya merasakan sesuatu yang lembut menyentuhnya. Menekan bibirnya dengan perlahan dan sangat hati-hati. Matsuri mengerang; merasakan bibir itu menghilang saat ia ingin balik menciumnya, kemudian bibir itu datang, hilang, datang lagi, hilang...
KATS!
Mata Matsuri tiba-tiba terbuka lebar. Sial mimpi itu lagi!
Dengan wajah memerah, karena kembali teringat mimpi aneh itu, ia mengedarkan pandangannya. Tidak ada siapapun dikamar itu. seprai yang berada di samping tempatnya terduduk terlihat kusut. Gaara-sama.... Tidak! Tidak! Matsuri buru-buru menggeleng. Ia memukul kepalanya sendiri dan menghempaskan dirinya ke kasur kembali. Dasar, jelas-jelas mimpi... itu kan, tidak mungkin!
Suara gemericik minyak di penggorengan menyambut telinga Gaara. Seketika saja hidungnya juga mencium wangi keju yang menggugah selera. Ada wangi kopi juga. Pikirnya.
"Selamat pagi." Sapa seorang perempuan. Perempuan itu menggelung rambutnya tinggi-tinggi hingga tengkuknya yang berwarna putih segar itu langsung menarik perhatian Gaara. Gaara berdehem sebentar. Diam-diam mengutuki hormone sialan-nya yang akhir-akhir ini makin menggila.
"Pagi." Jawab Gaara setengah bergumam.
Pria berambut merah itu mengambil sebuah koran dan melihat headlinenya dengan wajah bosan.
"Bagaimana tidur Anda semalam?" Tanya Matsuri sambil menyodorkan secangkir kopi panas kehadapan Gaara.
"Baik." Jawab Gaara, kembali setengah bergumam.
Matsuri tersenyum kecut. Pilihan kata suaminya selalu membosankan. Benar-benar....
"Hari ini kau ada acara apa saja?" Tanya Gaara tiba-tiba.
"Aku harus menghadiri acara festival anak siang ini."
"Itu saja?"
"Iya. Kenapa?"
"Pulang jam berapa?"
"Eh? Mungkin sekitar pukul tiga sore."
"..."
Sepiring omlete keju terhidang di meja makan. Matsuri menarik koran Gaara dan menyodorkan sendok sebagai gantinya.
"Makan dulu, ya."
Gaara rasanya ingin mengutuk timing Matsuri yang kelewat bagus itu. Ia mendesah pelan. Ada sebuah berita kecil di halaman koran yang HARUS ia sembunyikan dari istrinya itu. tentang sebuah masalah yang entah mengapa akhir-akhir ini mulai muncul ke permukaan. Sebenarnya mudah saja baginya untuk menghancurkan gosip-gosip itu. akan tetapi Gaara tidak tahu apa istri yang duduk manis sambil melipat koran itu pun akan setuju dengannya. Jika Matsuri menolaknya, Gaara tidak sanggup menghadapi perlakuan Matsuri yang kemungkinan besar juga akan berubah padanya. ia tidak mau gadis itu menghilang, karena hampir saja... saat itu pun, saat Gaara pertama dan terakhir kali melakukan itu, Matsuri marah besar padanya... mengingat itu Gaara menjadi sangsi, seolah keberaniaannya tertelan begitu saja. Dasar bodoh!
Toh Gaara memang kelewat bodoh jika berhubungan dengan hal yang satu ini! Wanita.
.
.
.
Tiga tahun yang lalu...
"Araa... jadi kalian ini pengantin baru yang sedang berbulan madu?" Seorang nenek tua bersama cucunya berseru heboh. Matsuri hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
All about Marriage
Fanfiction"Kalau boleh jujur, suamiku... sebenarnya untuk apa kita menikah jika kau tidak pernah berubah?" Butuh waktu yang tidak sebentar bagi Matsuri untuk memahami sisi lain seorang Gaara-sama. Naruto (c) Kishimoto Masashi Repost from ffn.net