Prolog

407 37 42
                                    

Ribut dan rame.

Itu yang nggambarin suasana kelas 8.6 sekarang. Jamkos itu impian setiap murid. Tapi gak deh keknya dengan Kausar dan Ai, selaku ketua dan keamanan kelas. Mereka lagi sibuk pada diemin seisi kelas. Nanda yang ngejabat sebagai wakil ketua diem-diem doang dan asyik sama hp barunya.

Seseorang nyelonong masuk ke kelas yang ternyata adalah Septian, ya seisi kelas pada manggilnya dengan sebutan Boyot entah apa alasannya.

"Woy! Perang GDR yok!" ajaknya sambil mengangkat kantong besar berisi kacang GDR.

Ai yang geram langsung hampirin Boyot sambil menoyor kepala Boyot cukup keras.

"Perang, perang palalu!" bentaknya. "Gaada main-main, kerjain tugas yang di tinggal Bu Nini barusan!"

Bu Nini yang mengajar Bahasa Indonesia memang memberi tugas di LKS, dan seluruh kelas hanya menghiraukan dan berkata 'bodoamat'.

"Tauk ah, males." Boyot memelet lidahnya dan dengan mudahnya merampas kembali sekantong gede kacang GDR itu.

"Yo yo mari bernyanyi kawaan~" Nabil berdiri di depan kelas sambil memasang pose layaknya dirigen.

"Bayangkan banyak rasa oreooo, pilihan seru yang akan kau suka~" nyanyiannya membuat seisi kelas riuh memikirkan lirik apa selanjutnya. Lalu semuanya bertepuk dan bernyanyi bersama.

Nyanyian Nabil terhenti ketika sebutir kacang GDR masuk tepat ke mulutnya dan langsung menohok kerongkongannya. Ia pun terbatuk-batuk sambil memukul dadanya karena tersedak.

Kausar duduk di kursi guru dan memijit pelipisnya.

Nesya dan Ulfa sibuk mengumpulkan personil buat main ToD. Pas di rasa udah cukup, mereka pun bermain dan mulai beraksi.

"Ah gue dare aja deh." Nesya yang kebagian lebih milih Dare ketimbang Truth.

"Yaudah, lu nyatain cinta ama Kausar coba!" Ulfa bersedekap sambil menaik-naikkan alisnya.

"Aish, gue out dah." Nesya mengangkat tangannya menyerah.

"Apaan lu curang banget Nes!"

"Iya payah lu ah!"

Ribut ribut ribut ribut ribut...

Tiba-tiba Raihan selaku mata-mata kelas yang bertugas mengawasi siapa guru yang akan datang kekelasnya masuk ke kelas dengan tergesa-gesa.

"I got a sign of Bu Ida!" serunya panik. Kebiasaan sih, karena Gamer kuadrat ya jadinya ketagihan niru dialog di game Call Of Duty.

Dan seketika kelas hening. Semua yang diam di tempat tak luput dengan wajah tegang mereka.

Bu Ida adalah guru PPKn kelas 9 sekaligus wakil kepala sekolah yang terkenal banget killer nya. Bahkan senyuman Bu Ida itu adalah fenomena langka pake banget sehingga rugi setengah mati deh kalo nggak mengabadikannya di ponsel masing-masing.

Eh, apalagi kalau beliau ketawa. Mereka merasa pintu surga sedang kebuka lebar-lebar jika hal itu terjadi.

Balik ke cerita. Sialnya, pintu ga ditutup Raihan barusan, membuat Bu Ida berhenti di depan pintu kelas.

Ada sebagian yang pura-pura menulis atau memang menulis, ada yang meneguk ludah sendiri ketakutan, ada juga yang balas menatap Bu Ida. Tu yang terakhir keknya nyari mati deh.

"Mana guru kalian?" tanya Bu Ida garang.

"Erkkhh eem...uh.. Itu bu.." lah lah Kausar pun jadi grogi menatap Bu Ida yang wajahnya emang selalu kek wanita PMS.

"Bu Nini.." Kausar berhasil jawab walau tergagap.

Sekali lagi sial. Bu Ida malah masuk ke kelas. Ia menatap satu persatu murid yang duduk di barisan terdepan. Mereka terpaksa pura-pura nulis biar keliatan di tinggal tugas gitu.

"Kerjakan tugas yang di beri beliau. Seorang saja keluar dari kelas, saya seret ke ruang kepala sekolah, menandatangani perjanjian!" Nada Bu Ida meninggi membuat bulu kuduk bisa meremang. Lalu ia melenggang keluar kelas dan menutup pintu dengan membantingnya.

1 detik

2 detik

3 detik...

Entah berapa lama seisi kelas terdiam. Kausar mengembuskan nafas lega karena ancaman dari Bu Ida ternyata manjur.

Namun...

"Weh, gue kirain kita bakal di mutilasi tadinya."

"Sama gue juga."

"Ada yang mau GDR?"

"Mutilasi itu apaan?"

"Goblok lu gatau."

"Ih itu kan GDR yang udah kelempar-lempar barusan terus dipungutin! Napa lu makan kunyukk!"

"Wueks, pantas rasanya kek rasa diputus cinta."

"Cieeee"

"Cocwiit"

Tiba-tiba Nabil berdiri dan satu kakinya di letakkin di atas meja.

"Yoo hari ini kita selamaat!" serunya sambil melepas bajunya dan memutarnya di udara layaknya suporter bola. Lalu ia bersorak kegirangan tanpa malu sedikitpun.

Rame rame rame rame rame rame...

Yap. Tak perlu hitungan menit, kelas sudah kembali rame dan ribut.

Ini kisah keributan siswa-siswa kelas 8.6 yang tak ada pangkal-ujungnya.

~~~

Hehee cerita gajeku 😂

Garing? Maapkeun aku 😞 aku emng ga jago bikin beginian. Tapi yah aku harap pas aja gitu di hati permirsa sekalian 😂😂

Vote n Comment jangan lupa yaa 😆😆

8.6 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang