The End of The Rainbow #3

52 5 9
                                        

***

(Lanjutan hari pertama PLS)
Aku tiba di pintu gerbang SMA Global Jaya jam setengah 7 pagi. Kami tidak diperbolehkan membawa kendaraan masuk kedalam sekolah. Kendaraan hanya diperbolehkan sampai di depan pintu gerbang sekolah, selebihnya calon siswa jalan kaki sendiri menuju lapangan sepak bola yang sangat luas. Untungnya tahun ini tidak ada Masa Orientasi Sekolah (MOS), kami hanya disuruh bawa tas sekolah dan alat tulis. Bagi yang cewe rambutnya harus sebahu dan diikat satu--tidak boleh terurai.

Setibaku di depan pintu gerbang, aku langsung turun dari mobil dan langsung disambut oleh kaka mentor serta diarahkan untuk menuju lapangan sepak bola. Sekolahku berlabel Internasional sehingga wajar saja aku menemukan beberapa calon siswa yang sepertinya dari luar negri. Kebanyakan berwajah Korea, Cina, atau Jepang entahlah aku tidak dapat membedakan ketiga bentuk wajah mereka. Beberapa juga terlihat seperti wajah bule dari negara seputar Eropa, Australia, dsb. Sudah kuduga, tidak ada satupun alumni Binus yang masuk sini. Kebanyakan siswa yang mendaftar disini merupakan anak konglomerat. Ada juga anak pejabat dan ekspatriat. Dan beberapa yang beruntung masuk disini dengan beasiswa. Semua memiliki raut wajah yang hampir sama, songong. Aku berusaha menjaga image ku agar tidak terlihat kampungan disini.

      Batinku.. 
      'Gila ni orang orang. Muka pada songong semua. Gue harus bisa cari teman disini. Kalau nggak, ntar gue jadi patung bisu dah hishh' Aku mulai resah.

Akhirnya setelah nunggu seperti patung di koridor sekolah, upacara pembukaan Pengenalan Lingkungan Sekolah SMA Global Jaya dimulai. Kami dengan tertib baris di lapangan sepak bola hijau yang cukup luas. Kami diarahkan oleh kaka mentor untuk baris lurus dan tertib. Kalau dilihat dari atas, barisan kami sangat berwarna-warni. Kami semua masih menggunakan seragam SMP kami. Ada yang memakai putih biru, ada juga yang memakai baju seragam lain yang bervariasi. Aku sendiri memakai baju seragam Binus lengkap dengan rompi warna merah marun nya. Upacara pun dimulai. Upacara berlangsung hikmat sampai pada saat penghormatan terakhir kepada pemimpin upacara....

Brukkkkk...
       "Oy ada siswa jatuh tu.. tolongin tolongin cepetan" perintah salah satu kaka mentor yang baris dibelakang calon siswa kepada anggota PMR sekolah.

       "Eh cepet lu ambil tandu di UKS"
       "Cepetan gerakan dong ah siput banget lu pada"
       "Mimi, lu ambil minyak kayu putih, arometherapy, dll di kotak P3K" Seru salah satu kaka PMR yang sepertinya ketua PMR sekolah kami.
      
Tidak ada hujan tidak ada badai, upacara langsung heboh. Entah apa yang terjadi. Sekolah kami terasa seperti kedatangan artis papan atas kelas dunia. Akar masalah heboh nya barisan upacara ternyata dari siswa yang jatuh pingsan itu. Kaka-kaka PMR langsung mengangkat siswa tersebut, dan semuanya perempuan. Kecuali sang ketua PMR. Agak aneh sih, yang pingsan kan satu orang tp semua kakak PMR malah kerumunin. Akhirnya murid tersebut dibawa diatas tandu. Aku pun melihat sekilas murid tersebut yang sudah pingsan diatas tandu. Aku tidak terlalu melihatnya secara detail tapi aku melihat wajahnya.... mirip Tom Cruise

Entah karena aku terlalu banyak nonton film hollywood yang dibintangi oleh Tom Cruise atau aku terlalu letih karena teriknya matahari pagi itu, aku langsung kaget mengira Tom Cruise ada di sekolahku, padahal bukan. Itu hanya calon siswa Global Jaya yang pingsan ketika upacara. 

Ketika lagi heboh-hebohnya siswa pada lari-lari pengen melihat murid tadi, aku melihat 2 orang yang menggunakan rompi merah marun--seragam sekolah Binus. Mereka terlihat ramah dan bersahabat. Akhirnya ada teman dari Binus juga--omongku dalam hati. Aku samperin mereka.

       "Hai, kalian berdua dari Binus juga ya" aku berusaha setenang dan seramah mungkin kepada mereka berdua. Mungkin mereka dari kelas yang berjauhan dengan kelas ku di Binus dulu sehingga aku tidak begitu mengenali mereka.

       "Oh hai.. lu dari Binus juga ya?" Tanya siswa Binus yang badannya mirip Rebel Wilson--pemeran Fat Ammy di film Pitch Perfect. Aku mengangguk.
       "Wah syukurlah, berarti kita ada tiga orang yg dari Binus di sekolah ini. Nama gue Silvia dan ini Sovy. Nama lu siapa?" lanjutnya sambil menyalami tanganku

       "Gue Selena, panggil aja Nana." Balasku sambil menyalami tangannya.

       "Ok nana, kita baris sama sama ya. Manatau nanti kita segugus. Sip" kata Sovy.

       "Ok. Ayo dah baris ntar dimarah-marahin kaka mentor lg ntuh" seru Silvia.
Akhirnya aku menemukan teman juga

Akibat kegaduhan tersebut, kami diskors berdiri di teriknya matahari selama kurang lebih sejam. Setelah itu, barulah kami dibagi gugus masing-masing. Ada 14 gugus yang dibentuk dan namaku berada di gugus yang sama dengan Silvia dan Sovy, gugus 7 : chelsea. Aku tidak mengerti mengapa tahun ini gugus di sekolah Global Jaya merupakan nama club-club sepak bola. Kami pun menjadi lebih akrab semenjak di ruangan gugus.

Murid yang pingsan itu tidak pernah terlihat lagi semenjak upacara pembukaan PLS. Hari pun cepat berlalu sampai kepada hari terakhir PLS. Hari dimana Oma ku dikabarkan telah sekarat di Raffles Hospital Singapore. Mau tidak mau, aku pun harus ikut berangkat dan ijin tidak masuk sekolah yang aku tidak tahu berapa lama aku disana.

***

       "Gue tau caranya. Nyokap gue kan anggota komite sekolah ini. Bagaimana kalau kita minta aja daftar nama kelas 10 yang baru masuk tahun ajaran ini. Mana tau nyokap gue punya dokumennya kan" Silvia memberikan ide yang cukup cemerlang.

       "Wah bener tuh. Kapan kita minta di nyokap lu?" Tanyaku

       "Sebentar aja langsung dari sekolah lu berdua kerumah gua. Nyokap gue ada dirumah." Balas Silvia

       "Wah pas banget tuh. Eh tapi gue mau nanya. Gue kan udah hampir sebulan ga masuk sekolah nih ya. Lu berdua kan rajin masuk sekolah kan. Masa lu berdua gaada info sama sekali tentang murid itu sih?" Tanyaku penuh penasaran

       "Yah emang sih banyak yang heboh dengan dia. Tapi kita berdua jarang lihat dia di sekolah ini, ya kan Sov? Gue pun hanya sekilas lihat dia pas upacara PLS kemaren itu. Jadi gue ga terlalu ingat mukanya. Tadi pas di kantin yang lu foto dia itu baru gue ingat lagi mukanya" kata Silvia

       "Iye tu. Gue juga baru ingat lagi mukanya. Kayaknya dia beneran murid beasiswa deh. Kayaknya dia di kelas Buzzer . Kelas yang hanya butuh 2 tahun SMA. Makanya jarang kelihatan di luar kelas" Sovy memberi pendapatnya

       "Ah lu bener Sov masuk akal juga. Dengan begini pencarian namanya kita persempit lagi khusus di kelas Buzzer. Ok sebentar lu ikut mobil gue aja langsung kerumah gue. Ntar baju urusan belakangan. Pamit dulu ke orang rumah lu pada" pintah Silvia

       "Ok siap laksanakan." Ucapku

*To be Continued*

Ayooooo teman2 ramein lagi wattpad story ini dengan cara vote comment dan share cerita ini ke teman2 kalian. Ditunggu yah kelanjutannya.. Stay tune.. Bye bye 😉👍

#Myc

The End of The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang