The End of The Rainbow #4

51 5 0
                                        

Bel sekolah berdering nyaring tanda telah usainya jam pelajaran sekolah pada hari ini. Aku melihat jam tanganku, 3.15 pm. Setelah selesai memberi salam, kami pun keluar ruangan kelas.

       "Eh.. gimana kalau kita cek dulu di kelas buzzer. Beneran ada murid itu atau tidak. Biar ntar kalo beneran dia di kelas itu, kita minta nyokap gue dokumen kelas buzzer aja" ucap Silvia

       "Ide bagus tu Sil" balasku

       "Tapi kan kelas buzzer jauh di gedung barat. Gimana dong?" Keluh Sovy

       "Ya elah Sov, emangnya seberapa jauh sih. Santai aja kale. Ayo buruan kayaknya kelas buzzer masih belajar tuh" ucap Silvia

       "Iya deh iya. Tapi bentar dirumah lu gue ga mau tau ya lu harus nyiapin makanan buat gue hahaha" Sovy pun tertawa. Aku dan Silvia ikut tertawa.

Kami bertiga menyusuri koridor untuk tiba di gedung barat menuju kelas buzzer. Sekolah mulai sepi. Yang tersisa hanya beberapa murid yang mengikuti eskul di gymnasium atau di lab dan beberapa petugas kebersihan. Letak kelas buzzer di lantai dua gedung barat sehingga kami harus melewati koridor lantai dua lalu turun di gedung tengah, melewati koridor lantai satu menuju lobby utama dan naik tangga ke lantai dua--kelas buzzer. Sekolah kami cukup besar dan luas apalagi kami berjalan kaki dari gedung timur ke gedung barat, sungguh melelahkan. Akhirnya kami sampai...

*di depan kelas buzzer*

       "Sekarang gimana cara liat kedalam ruangannya dong? Kan gaada jendela disini" Tanyaku

       "Waduh itu yang gue lupa. Gue ga kepikir cara lihat ke dalamnya gimana. Duh gimana ya?" Silvia mengeluh. Kebiasaan sekali kalau Silvia memikirkan sebuah rencana, pasti tidak dipikirkan langkah-langkah selanjutnya--gumamku dalam hati.

Kami pun berpikir dengan keras memutar otak 'bagaimana cara ngintip ruangan kelas buzzer' detik lepas detik, menit lepas menit, pikiran kami pun buntu. Akhirnya setelah sekitar 10 menit berlalu, kami memutuskan untuk ke rumahnya Silvia saja, melihat seluruh daftar nama kelas 10. Di dokumen itu pasti ada foto murid-murid kelas 10 beserta biodatanya, kami bisa mengenali wajahnya dengan fotonya--ketika di kantin tadi, lantas melihat namanya. Jika tidak ada foto dan hanya berupa lembaran kertas bertuliskan nama, pupus sudah harapan. Kami berjalan melewati kelas buzzer dan kembali menuju tangga ke lobby utama

Belum terlewat ruangan kelas buzzer, tiba-tiba ada yang membuka pintu ruangan--sepertinya hendak pergi ke suatu tempat. Kami membalikan badan. Dan ternyata.. murid itu yang tadi di kantin. Sontak sel motorik didalam tubuhku langsung teraktifkan secara otomatis. Jarak antara kami bertiga dengan murid itu pun hanya beberapa meter. Aku secara tidak sadar mengambil hp ku didalam saku dan langsung membuka kamera dan... cepret
.
Mampus..
.
Deg deg... deg deg... deg deg...
.
Jantung gue berdegup kencang. Aku tidak tau kalau lampu flash kamera hp ku menyala--pada saat yang tidak tepat pula. Aku menjadi salah tingkah. Silvia dan Sovy segera kabur tanpa disuruh langsung turun menuju lobby utama. Aku sendiri didepan murid itu yang mematung--bingung mau ngapain. Aku salah tingkah. Buru-buru aku menyembunyikan hp ku dan membalikkan badan lantas berjalan menuju tangga me lobby utama seperti tidak terjadi apa-apa. Aku tidak berani melihat kebalakang lagi. Aku tidak tau reaksi apa yang terpahat di wajah murid tersebut. Setidaknya satu informasi terkonfirm--dia anak buzzer.  Aku menuruni tangga menemukan Silvia dan Sovy yang tampaknya seperti lilin yang meleleh.

       "Lu gila ya Na? Kenapa bisa bisanya lu fotoin dia pas lampu flash kamera lu nyala. Ah elah gimana nanti kalau ketemu dia lagi? Malu gue -,-" protes Sovy

       "Gue juga gatau Sov. Gue aja ga sadar kalau gue ambil hp trus fotoin dia. Gila td gue salting banget dah. Gue ga mampu liat mukanya secara langsung lagi deh. Tapi kabar baiknya, gue punya fotonya yang lebih jelas dan dekat. Dengan foto ini kita bisa cocokkan dengam foto yang ada di dokumen nyokap lu Sil" balasku. Mereka pun langsung bersemangat kembali.

       "Mana sini coba gue lihat" sontak Silvia dan Sovy merebut hp ku seperti emak emak merebut sembako.

       "Omooooo.... mirip Kim Bum dia Na.. hidungnya, matanya, tatapannya.. sungguh gue ga tahan Na" ucal Silvia

       "Mana sini gue lihat... Yaampun.. kalo dilihat secara dekat gini gue malah membayangkan Tom Cruise. Kayaknya insting gue ga salah dah pas upacara PLS kmren pas dia lewat dibawa tandu, gue kira itu Tom Cruise. Suerr.." balasku mengingat momen ketika aku mengira sekolahku kedatangan artis papan atas itu.

       "Ah elah lu pada bayangin orang luar mulu. Cintailah produk produk Indonesia lah. Dia ini kan produk lokal. Ga boleh disama-samain dong dengan yang produk luar. Idaman guee gilakkkk.. " teriak Sovy

Aku dan Silvia langsung menutup mulutnya dan langsung menuju parkiran utama ke mobil Silvia. Aku dan Sovy tadi sudah minta ijin, untungnya kami berdua diijinkan ke rumahnya Silvia.

Sepanjang jalan menuju rumah Silvia, kami terus melihat foto yang secara ga sadar gue ambil tadi. Tapi aku tidak terlalu sehisteris dan segila Silvia dan Sovy. Aku juga memiliki kenangan pahit waktu SMP ku dulu. Ada cowok yang lumayan ganteng menurutku mendekatiku. Lama-lama aku baru tahu kalau dia ternyata murid yang tidak baik. Suka bolos pelajaran, melawan guru, dsb. Aku tidak mau terjebak dalam asmara hanya dengan paras muka saja.
Wait.. apa tadi aku bilang? Asmara? Yaampun kenapa aku jadi membayangkan murid itu ketika aku mengatakan kata asmara di dalam hatiku. Ada apa ini?

*setiba di rumah Silvia*
       "Selamat sore ma..." ucal Silvia

       "Selamat sore tante.. perkenalkan nama saya Selena dan ini Sovy" aku dan Sovy menyalim mamanya Silvia

       "Oh mari mari masuk nak. Maaf ya agak berantakan rumahnya. Soalnya tadi ada tukang lagi perbaiki AC. Kalian mau minum apa? Tante siapin" Mama Silvia menawari kami

       "Ah gapapa tante.. kita disini cuman sebentar kok. Boleh minta bantuannya tante gak?" Ucapku sambil menolak tawaran mama Silvia secara halus

       "Minta tolong apa nak Selena?" Balas mama Silvia

       "Tante ada dokumen daftar kelas buzzer tahun ajaran ini?" Tanyaku dengan penuh keteguhan hati.

*To be Continued*

Helllooo readers.. what's up yoo.. ditunggu yah kelanjutannya di hari senin.. see yaa.. byee 😉

#Myc

The End of The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang