Beautiful Life

129 17 9
                                    

Hidup Park Jimin itu terkesan tenang-tenang saja. Mungkin itu seperti bayaran atas semua keikhlasannya selama ini dalam membantu orangtua mengurus adik-adiknya. Dia memang tidak begitu pintar di sekolah, tapi dia setidaknya dia bisa lulus SMA dengan nilai yang cukup memuaskan sehingga membuatnya diterima di Universitas Kyunghee tepatnya di jurusan Akuntansi.

Alasan dia memilih akuntansi karena dia ingin menjadi pria yang bisa mengatur keuangannya sendiri. Pekerjaan akuntan juga sangat dibutuhkan di jaman seperti ini, sehingga dia tidak perlu repot-repot lagi memikirkan kemana dia harus bekerja nanti setelah sekolah.

Jimin adalah tipe pria yang perfeksionis. Dia telah menata semua hal dengan sebaik mungkin. Keluarga, kuliah, pertemanan bahkan untuk urusan hati juga.

Kabar baik, Jimin dan Kim Nami berpacaran.

Jimin sebenarnya tidak tahu jika Nami menyukainya. Dia pikir hanya dia saja yang menyukai Nami.

Ya, Park Jimin menyukai adik dari temannya. Rasa itu telah ada sejak mereka masuk ke SMP yang sama. Jarak usia mereka hanya setahun, Nami adalah hoobae-nya kala itu. Waktu itu Namjoon belum disuruh mengantar adiknya. Karena Namjoon sekolahnya lebih jauh dari sekolah Jimin dan Nami. Jadi seringnya Nami pergi sekolah bersama Jimin.

Awalnya perasaan Jimin biasa-biasa saja, toh tetangga, mereka juga tumbuh besar di lingkungan yang sama. Namun entah karena apa, perasaan Jimin tiba-tiba berubah aneh. Dia jadi agak terganggu dengan keberadaan Nami di sekitarnya. Dirinya selalu tidak tenang, seperti ada lonjakan-lonjakan aneh dalam tubuhnya. Apa yang Nami lakukan selalu membuatnya gelisah. Dia mulai tidak nyaman membonceng Nami saat dia sudah kelas senior semester akhir.

Pada akhirnya Jimin pun mengatakannya pada Nami. "Mulai besok bisakah kau bawa sepeda sendiri? Sepertinya aku akan sering pulang terlambat karena jam tambahan."

Sebenarnya mau Jimin pulang esok harinya pun Nami tidak masalah. Toh dia suka. Nami juga suka pada Jimin sejak mereka masih di bangku SMP. Namun karena merasa tidak enak juga pada Jimin, akhirnya Nami memilih untuk naik sepeda sendiri keesokan harinya.

Jimin masuk SMA Sonyeondan, SMA khusus pria saat Nami naik kelas 3 SMP. Di SMA itulah dia baru tahu sebab kenapa dirinya selalu merasa aneh saat berada di dekat Nami. Itu adalah perasaan suka, dan dia terlambat untuk menyadarinya.

Jimin pernah tak sengaja melihat Nami sedang bersama seorang lelaki seumurannya. Mereka tertawa bersama dan itu membuat Jimin berspekulasi bahwa mereka pacaran.

Padahal sebenarnya tidak.

Nami masih menyimpan perasaan untuk Jimin.

Jimin sendiri memutuskan untuk menghapus perasaannya. Dia bertekad untuk tidak lagi jatuh cinta pada perempuan dan mulai menyibukkan diri dengan mengurus empat adiknya yang sangat kacau. Cukup melelahkan memang, namun hal itu bisa membuatnya lupa akan perasaannya kepada Nami. Meski, hanya sementara.

Karena saat dia lulus dari SMA-nya, Nami datang ke sekolahnya untuk mengucapkan selamat dan memberinya bunga ditambah surat di dalamnya.

Oppa, selamat atas kelulusanmu, ya. Aku turut senang karena akhirnya kau lulus juga. Semoga kau diterima di universitas yang kau inginkan.

Sebenarnya aku ingin mengungkapkan sesuatu di hari kelulusanmu ini, tapi aku tidak berani, jadi kuputuskan untuk menulis surat saja. Tolong ya, jangan bilang pada siapa-siapa. Simpan saja surat ini untuk dirimu sendiri.

Oppa, nan choahae. Neomu joha. Mari kita berkencan di akhir pekan nanti. Datanglah kalau kau juga menyukaiku, dan jangan datang kalau kau tidak punya perasaan yang sama denganku. Aku tidak memaksamu.

Bangtan House [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang