Mendapat pekerjaan merupakan sebuah kesenangan yang sangat luar biasa bagi pengangguran seperti Sherly. Apalagi pekerjaan yang menghasilkan gaji cukup besar dengan posisi yang sudah di jamin. Benar-benar sangat membuat seorang pengangguran senang.
Sherly bisa merasakan kesenangan itu ketika ia bisa masuk ke sesi wawancara. Sayangnya, ia sudah melupakan semua hal yang ia pelajari dulu. Apalagi ia melamar di sebuah posisi yang sangat melenceng dari jurusan sewaktu ia kuliah. Itu tidak terlalu ia permasalahkan, karena ia sudah lupa semua hal yang ia pelajaru di kampusnya. Padahal dulu ia sudah kuliah jauh-jauh dan mendapat beasiswa.
Sedih banget deh. Semuanya jadi hal yang percuma.
Yang bisa di andalkan Sherly hanya ijazah dan kemampuan yang ia dapati setelah kecelakaan tragis itu. Kemampuannya yang dulu-dulu itu sudah lenyap seperti pasir yang di terbangkan angin. Hilang entah kemana dan pasti tidak akan kembali.
Maka dari itu, keringat dingin keluar dari pori-pori kulit Sherly saat detik-detik namanya akan di panggil. Belum lagi, otak Sherly benar-benar harus berpikir keras untuk menjawab pertanyaan yang akan mereka tanya lagi. Rasanya, semua hal yang ia pelajari belakangan ini belum cukup untuk melamar pekerjaan ini.
"Sherly Alyssa silahkan masuk."
Dengan debaran jantung yang cukup kuat, Sherly melangkahkan kaki menuju ruangan yang sudah menunggunya. Di dalam ruangan ini sudah ada beberapa orang pegawai dan satu orang atasan yang akan bekerja sama dengannya.
Sherly mendaftarkan diri sebagai sekertarid atasan di tempat ini. Bukan sebagai ketua tim kreatif, desain atau sejenisnya. Ia mendaftar di posisi yang benar-benar melenceng dari hal yang ia pelajari. Mau yang sejalan juga sama aja ia harus belajar lagi.
"Saya tidak mau bertanya banyak. Anda ceritakan saja semua riwayat pekerjaan anda secara jujur," ucap seseorang perempuan yang terlihat tua, seseorang dari divisi HRD.
Manajer SDM menunjuk riwayat semua pekerjaan dan pendidikan Sherly, "Anda cukup hebat dalam pekerjaan sebelumnya. Saya sangat penasaran kenapa anda tiba-tiba berhenti, padahal jabatan anda sudah bagus."
Tarik napas, hembuskan. Hal pertama yang Sherly lakukan adalah bersikap tenang. "Saya bukan sengaja berhenti tiba-tiba. Sebenarnya, saya tinggal di Bali dan saya mendapat tugas untuk menjalani pertemuan di Jakarta. Sewaktu perjalanan ke hotel, mobil yang saya pakai terlibat kecelakaan hebat. Maka dari itu, saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Bukan karena saya trauma tapi karena keadaan saya yang tidak memungkinkan. Karena benturan kepala yang cukup hebat, saya amensia dan semua hal yang mencakup pekerjaan juga pendidikan saya sebelumnya, semua itu sudah terlupakan. Jadi, saya disini tidak mengingat apapun tentang masa lalu saya. Pendidikan yang saya tempuh juga saya tidak mengingatnya. Jujur, itu semua hanya sebagai bukti semata kalau saya pernah mengenyam bangku pendidikan dan semua itu tidak berarti saya mempunyai ilmu yang baik. Karena semuanya sudah tidak saya ingat lagi."
"Pangil calon selanjutnya," ucap atasannya datar.
Fix. Nggak diterima!!
"Kalau anda diterima, kita akan menghubungi anda sesegera mungkin," ucap manajer SDM ramah, berbanding terbalik dengan atasannya yang terlihat tidak ramah.
Dengan keadaan lesu, Sherly melangkah keluar dari ruangan itu. Ternyata susah mendapat pekerjaan dengan kemampuan kosong. Apalagi semua yang ia punya sudah lenyap. Seperti apa yang ia pelajari dan kemampuan yang ia punya ketika bekerja dulu. Mungkin, ia harus mencari pekerjaan yang tidak memerlukan pendidikan yang khusus.
"Kayaknya jadi pelayan atau pembantu, gue pasti di terima deh."
Sherly menghela napas, ia tidak boleh patah semangat seperti ini. Ia sudah belajar cukup lama, walau yang di pelajari belum sebanyak pelajaran yang ia pelajari dulu. Tetap saja, itu sudah bisa di jadikan alasan agar ia tidak patah semangat.
"Permisi."
Kepala Sherly otomatis menoleh ke suara yang baru saja ia dengar beberapa menit yang lalu. Di samping Sherly berdiri seorang manajer SDM yang mewawancarainya tadi. Dia tersenyum ke arahnya dan ekspresinya terlihat seperti membawa sebuah berita baik.
"Saya boleh bertanya lagi?"
"Tentu saja boleh, ada apa ya Bu?" Sherly sedikit menaruh harapan.
"Kenapa anda bercerita sangat jujur tentang semuanya? Padahal anda bisa saja berbohong dan pastinya anda bisa di terima dimana pun."
Pertanyaan ini sama sekali tidak membuat Sherly bingung, "Entah kenapa, saya tidak menyukai semua hal yang berbau kebohongan. Walau sekarang tidak diketahui, pastinya suatu saat nanti juga semuanya akan terungkap. Saya juga entah apa gimana caranya bisa merasakan rasa sakit ketika di bohongin oleh orang lain."
Tangan manajer itu terulur, "Selamat, anda terpilih sebagai sekertaris atasan kita yang baru. Anda dipilih sendiri oleh atasan kita karena sudah mau jujur tentang diri anda. Besok anda sudah bisa bekerja disini."
Perlu waktu yang cukup lama dari biasanya untuk bisa mencerna maksud ucapan wanita yang ada di hadapan Sherly. Mata Sherly berkedip beberapa kali dan membiarkan tangan itu terulur tanpa ia sambut selama beberapa detik. Setelah sadar, baru Sherly menyambut tangan itu dan mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.
Akhirnya.
Kehidupan baru sudah tiba.
*****
Ketika pertama kali masuk ke dalam gedung perusahaan ini yang Sherly lakukan adalah mengukir senyuman di wajahnya. Lalu matanya menelusuri setiap inci lantai ini, setelah itu baru ia melangkah ke divisi HRD. Karena manajer kemarin memintanya untuk langsung datang kesana. Manajer itu juga sudah memberi tahu ia dimana ruangan manajer itu.
Saat Sherly sampai ke lantai paling atas, lantai yang manajer itu katakan, ternyata ini bukan ruangan divisi HRD melainkan ruangan tempat kerjanya. Yang artinya ini adalah ruangan atasan mereka atau pemimpin perusahaan ini.
Tadi pagi manajer itu sudah meneleponnya. Katanya, Sherly langsung masuk saja ke ruangan tanpa harus disuruh. Walau begitu ia harus memperhatikan nilai kesopanan. Sebelum membuka pintu, ia mengetuk pintu terlebih dahulu baru membukanya.
Saat Sherly membuka pintu, ia langsung di sambut oleh wangi ruangan yang sangat akrab dengan indra penciumannya. Bahkan tata tempat ruangan ini juga terlihat sangat akrab. Entah ini semua hanya kebetulan atau memang ia sudah pernah melihat tempat ini. Sherly tidak tahu apa jawabannya, karena ia sudah lupa tentang semua hal itu.
Di ujung ruangan ada seseorang yang berdiri menghadap jendela. Di depan meja, ada seseorang wanita yang sedang membereskan berkas-berkas dan sepertinya dia adalah manajer SDM.
"Permisi," ucap Sherly sopan dan lembut.
"Hallo Sherly." Manajer itu langsung menoleh dan menghampiri Sherly. Ia menuntun Sherly untuk mendekat ke meja kerja atasan mereka. "Selamat datang di perusahaan Sangster, semoga kamu nyaman kerja disini. Dan, Pak?"
Laki-laki yang di panggil itu membalikan badannya sehingga mereka saling berhadapan. Wajahnya terlihat tampan, sayangnya tidak ada senyuman dan ekspresi ramah yang terlukis di wajah laki-laki tampan ini.
"Ada apa?" tanyanya dengan nada datar.
Manajer itu tetap tersenyum walau dia mendapat perlakuan tidak enak, "Kenalin dia adalah atasan kita dan kamu adalah sekertarisnya. Kenalin nama dia Pak Azka Ivander Sangster."
"Selamat pagi Pak, nama saya Sherly Alyssa. Saya sekertaris baru Bapak."
Wajah yang tidak asing. Azka berdeham, "Kalau gitu, anda bisa langsung kerjakan segala kerjaan anda mulai dari sekarang. Karena semua kerjaan sudah menanti dan harus di selesaikan secepat mungkin."
Awal yang buruk untuk sesuatu yang baru.
****
Mau nyelesaiin ini dulu deh kayaknya😂😂 au ah, voment ya!!
8 September 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
{3} Rompecabezas
RomanceKetika dua orang kembali dipertemukan, disaat mereka saling melupakan. Ketika mereka berdua tidak mengingat tentang masa lalu mereka lagi. Bukan karena keinginan mereka, tapi karena takdir dan keinginan dunia yang membuat mereka saling melupakan sat...