Seperti tidak ada yang salah dan beban, persiapan pernikahan berjalan sangat lancar. Seakan-akan pernikahan ini memang sangat di inginkan kedua belah pihak. Bahkan batin Sherly tidak tersiksa karena pernikahan ini. Entah apa yang ada di pikirannya sekarang. Yang jelas, mereka berdua sudah menjadi sepasang suami istri.
Begitu juga dengan Azka, ia malah senang karena berita tentang dirinya jadi terhapus. Perusahaan yang menarik saham mereka akhirnya mengajukan kontrak untuk menanam saham kembali dan meminta maaf ke perusahaannya. Bahkan ada perasaan aneh yang ia rasakan ketika mereka akhirnya sah. Ada sebuah rasa seperti rasa kemenangan atas sebuah perjuangan yang sangat sulit di raih. Ia merasakan kalau momen ini lah yang ia tunggu dari lama. Momen ini yang paling di tunggunya.
Entah ini semua hanya drama hati karena ingin merasakan manisnya sebuah hubungan rumah tangga atau alasan lain. Azka mau pun Sherly juga tidak mengerti dengan situasi mereka masing-masing. Ketika melihat orang lain sangat senang dengan acara ini, membuat mereka sama-sama berpikir kalau momen ini adalah momen yang sangat di tunggu oleh banyak orang. Apalagi mereka semua terlihat sangat senang, bukan senang karena terpaksa melainkan senang yang sesungguhnya. Semuanya tersenyum lebar, begitu pun dengan Sherly dan Azka.
"Aku sampai sekarang belum juga ngerti, kenapa lidah aku nggak bisa nolak pernikahan ini." Untuk pertama kalinya Sherly bisa mengutarakan isi hatinya.
Azka yang berdiri di samping Sherly hanya bisa diam ketika mendengarkan isi hati Sherly. Ia memang tidak pernah mendengar Sherly menerima atau pun menolak pernikahan ini. Bahkan Sherly terlihat sangat menuruti semua perkataan kedua orang tua mereka. Seakan-akan Sherly memang menginginkan perniakahan ini.
Kedua ujung bibir Sherly sedikit naik, membentuk sebuah senyuman tipis. "Tapi aku yakin, ini adalah takdir tuhan. Mungkin aku terkena amnesia agar masa sendiriku bisa berakhir disini. Aku memang nggak tahu gimana masa lalu kita atau pun aku sendiri. But, aku bakalan terus mencoba untuk mengarang masa lalu kita. Karena nggak mungkin bagi aku untuk ingat semuanya. Aku juga bakalan berusaha buat punya perasaan yang sama ke kamu kayak dulu. Karena aku yakin, kalau kita udah terbiasa pasti kita akan menyukai hal itu."
Tangan Azka refleks mengenggam tangan Sherly. Senyuman di wajahnya terukir, "Setelah acara ini, aku bakalan nunjukin sesuatu ke kamu."
"Nunjukin apa?"
"Tentang masa lalu kita."
"Azka! Sherly!" panggilan itu membuat mereka kompak menoleh, "selamat ya buat kalian. Cepat-cepat punya anak. Lihat nih kita berdua udah punya anak empat! Pasti kalian juga mau punya anak lucu-lucu kayak anak kita."
Azka tersenyum tipis. Ia belum memikirkan tentang hal itu, "Makasih Kaf, Rill udah datang."
"Lo itu sepupu kita, pasti kita datang," Rilly menoleh ke arah Sherly yang hanya tersenyum, "Sherly, kalau dulu Kafka ada salah sama Sherly, tolong di maafin ya. Apalagi yang minta Sherly ke Jakarta waktu itu Kafka, pasti Sherly berat banget dengan keadaan yang sekarang ini."
"Semuanya udah takdir. Aku nggak nyalahin siapa pun kok, Kak," ucap Sherly canggung.
Rilly bisa bernapas lega mendengar ucapan itu. Ia kembali menatap Azka, "Azka, gue mohon banget, berhenti niru sifat suami gue, please. Kasihan Sherly yang nggak biasa ngeladeni orang yang jarang ngomong. Lo balik lagi deh sifatnya kayak dulu. Sherly aja udah bisa nerima kejadian itu, kenapa lo masih nggak bisa? Nih ya, kalau lo masih niruin Kafka, gue bakalan ngelarang lo buat ketemu sama Kafka lagi!"
Kafka berdeham, ia sedikit kesal dengan kelakuan istrinya. Walau ia mengakui kalau ucapan Rilly itu benar semua, "Selamat buat kalian."
"Tuh kan! Apa salahnya kasih doa gitu, ini ngomongnya cuman selamat aja!" Ucapan Rilly hanya di tanggapi dengan Kafka yang memutar kedua bola matanya lalu pergi begitu saja. Membuat Rilly tambah kesal, "Gue nyusul dia dulu ya! Semoga kalian menjadi pasangan yang harmonis kayak kita! Tapi untuk Azka, semoga sifat Kafka di hapuskan dari diri lo, amin."
KAMU SEDANG MEMBACA
{3} Rompecabezas
RomanceKetika dua orang kembali dipertemukan, disaat mereka saling melupakan. Ketika mereka berdua tidak mengingat tentang masa lalu mereka lagi. Bukan karena keinginan mereka, tapi karena takdir dan keinginan dunia yang membuat mereka saling melupakan sat...