Ify mengernyitkan keningnya melihat tingkah aneh Via. Semenjak Via meminjam ponselnya tadi, Via malah senyum-senyum tidak jelas. Saat perkuliahan selesai Via juga menarik-nariknya.
Via membawa Ify menuju parkiran karena dia yakin Rio sudah menunggu di sana. Benar dugaan Via, karena dia bisa melihat mobil Rio terparkir di sana.
"Lo ngapain sih narik-narik gue segala?" tanya Ify heran. Dia memicingkan matanya menatap Via. Namun yang ditatap hanya acuh.
"Udah gak usah banyak nanya. Mending sekarang lo masuk," ujar Via lagi. Dia membuka pintu mobil Rio lalu mendorong Ify agar segera masuk ke dalam mobil.
"Lo kenapa sih, Vi?" tanya Ify lagi. Dia melirik ke sampingnya di mana sudah ada Rio.
"Udah jalan aja kak. Gak usah didengerin Ify-nya. Have fun ya," ujar Via lagi yang mendapat pelototan dari Ify. Via pun langsung ngacir entah kemana sebelum diamuk Ify.
"Om, ngapain di sini? Biasanya 'kan Om belum pulang jam segini?"
"Emang harusnya belum pulang. Aku mesti ke kantor lagi nanti."
"Kantor?" bingung Ify. Ify bahkan mengernyitkan keningnya saat mendengar Rio memanggil dirinya sendiri dengan sebutan aku, bukan saya seperti biasanya.
"Hmm. Selain jadi dosen aku juga kerja di perusahaan Papa," jawab Rio yang hanya diangguki Ify. Ify membulatkan bibirnya tanda mengerti.
"Ini terus kita mau kemana?" tanya Ify lagi saat dia menyadari kalau Rio bukan menuju apartemen mereka.
"Loh bukannya kamu tadi chat mau minta temenin ke toko buku?" tanya balik Rio. Dia mengernyitkan alisnya tak mengerti.
"Perasaan aku gak ada niatan mau ke toko buku," ujar Ify ikutan bingung.
"Nih, buktinya." Rio menyerahkan ponselnya ke tangan Ify. Pantas saja dia merasa aneh dengan isi pesan Ify tadi.
"Aku gak pernah ngirim pesan kayak gini," ujar Ify mengkonfirmasi. Dia rasanya ingin muntah membaca pesan atas nama dirinya itu. Apalagi pesannya untuk Rio lagi. Iyuuuuh big no!
"Terus kalau bukan kamu siapa lagi? Gak mungkinkan ponsel kamu bisa ngirim chat sendiri?"
Ify baru ingat kalau tadi cuma Via yang memainkan ponselnya. Apalagi sikap Via terlihat mencurigakan. Jadi rupanya ini yang Via lakukan. Dasar sahabat penghianat. Awas aja lo Vi, batin Ify berbicara.
"Aku berani sumpah itu bukan aku, Om. Itu Via tadi yang ngirim pesan ke, Om." Ify mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya seakan mengatakan suer.
"Ya udah, lupain aja. Terus sekarang ke toko bukunya jadi gak?"
"Gak usah deh. Anterin aku pulang aja, Om."
"Kita mampir ke kantor Papa bentar ya, kebetulan ada yang mau aku ambil dulu," ujar Rio lagi yang diangguki Ify. Rio pun menjalankan mobilnya menuju kantor keluarganya. Hingga tak lama kemudian mereka sudah tiba di depan kantor keluarga Rio.
"Kamu nunggu di sini apa mau ikut ke dalam?" tanya Rio ketika mereka telah tiba di depan kantor. Rio sengaja tidak memarkirkan mobilnya di parkiran karena rencananya cuma mampir sebentar.
"Ikut aja deh," jawab Ify. Malas juga dia kalau hanya berdiam diri di dalam mobil. lagipula dia sekalian ingin melihat-lihat kantor keluarga Rio.
"Ayo," ajak Rio. Dia dan Ify pun keluar dari dalam mobil. Mereka berdua memasuki kantor itu.
"Siang, Pak," sapa para pegawai ke Rio. Rio hanya mengangguk dan membalas senyum mereka.
"Itu Pak Rio ngajak siapa sih? Kok kayaknya gue baru lihat. Apa mungkin pacarnya ya?" tanya Fika, pegawai bagian keuangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer is My Husband
RomanceIfy adalah seorang mahasiswa berumur delapan belas tahun yang menikah dengan dosennya sendiri karena dijodohkan. Kehadiran mantan pacar sang suami membuat pernikahan mereka tidak semulus yang dibayangkan. (BUKAN CERITA YANG DIFILMKAN!!!) * * * Lifya...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi