8

12.5K 1.4K 245
                                    

Tanpa edit jadi kalau ada typo abaikan 😬....happy reading 😘😘

*****

Bendera perang sudah dikibar, perang dimulai antara  Eru sebagai penyerang atau Arumi dengan pertahanannya, masing-masing pihak mengatur strategi sampai salah satu dari mereka jadi pemenang.

Eru mulai jalankan rencananya seperti sekarang ini pagi-pagi sekali Eru sudah ada dirumah Arumi, ia sengaja menjemput gadis itu. Tiba di rumah Arumi, ia disambut hangat oleh Sadewo dan Nisa, ia juga ditawari sarapan bareng, buat Eru ini bukan kunjungan pertamanya ke rumah ini setelah dia mengenalkan dirinya sebagai pacar Arumi, tapi kali ini ia akan menambah frekuensi bertandang ke rumah Arumi. Biar saja dikatakan tidak tahu malu namun ini masuk dalam strateginya mendapatkan Arumi.

Arumi turun setelah Bu Nisa memanggilnya, mereka sudah ada di meja makan ngobrol ringan sambil nunggu Arumi turun. Eru nengok ke arah tangga, Arumi turun dan jalan ke meja makan dengan muka masam membuat Eru jadi gemas. Ia tahu kehadirannya bikin Arumi uring-uringan, biar saja ia tidak ambil pusing.

Katakan ia licik menggunakan Sadewo sebagai jalan untuk terus mendekat pada Arumi. Meluluhkan hati Sadewo lebih gampang timbang Arumi, wanita itu seperti memiliki dinding tebal dan kokoh layaknya tembok cina untuk melindungi hatinya. Tapi ia yakin setebal dan sekokoh apapun pertahanan yang Arumi dirikan ia pasti bisa merobohkannya.

Arumi duduk disamping kanannya, tidak ada sapaan pagi untuk ayah dan dirinya hanya ibunya yang dia sapa, ia sudah kebal terhadap tingkah laku Arumi.

"Pagi honey." sapa Eru langsung mengecup pipi kiri Arumi, mulut Arumi menganga kaget, matanya mengerjap beberapa kali, tangan kirinya memegang pipi bekas kecupan Eru kemudian hadap ke Eru refleks tangan kanannya mukul lengan Eru keras.

Bugh bugh bugh

"Kurang ajar!" bentak Arumi masih melayangkan beberapa pukulan pada Eru.

Sadewo dan Nisa senyum dan geleng-geleng kepala lihat Eru tanpa sungkan mencium pipi kiri Arumi.

"Cuma pipi honey, gitu aja marah." Arumi masih terus mukul Eru.

' cuma pipi kata dia? dia nggak ikhlas pipinya dicium cowok itu, pacar aja bukan berani-beraninya dia.'

"Awww... sakit honey," Eru pura-pura mengaduh sakit. Pukulan Arumi tidak ada pengaruhnya, bukan sakit malah seperti pijatan bagi Eru.

"Rasain! sapa suruh itu mulut nyosor aja."

Eru menangkap tangan Arumi agar berhenti memukulinya "Udah..udah...ntar tangan kamu yang sakit honey,"

Arumi menarik tangannya, memang benar tangannya merah dan panas. Arumi tidak jadi sarapan, nafsu makannya seketika hilang gara gara ulah Eru.

"Arum selesai!" pamit Arumi beranjak dari tempat duduknya, ia ambil tas yang  diletakkan di kursi kosong sampingnya, jalan ke Nisa mencium punggung tangan kanan Nisa. "Arum berangkat dulu, Bu."

"Hati-hati sayang." pesan Nisa, Arumi mengangguk. Ia sengaja tidak pamit pada ayahnya, ia masih marah karena ayahnya mendesak agar ia dan Eru secepatnya nikah.

Arumi jalan ke papan gantungan kunci, saat hendak ambil kunci motornya ayahnya menghentikan.
"Kamu bareng Eru!"

Arumi balik menghadap ayahnya. "Nggak mau! Arum berangkat sendiri! Sapa yang suruh dia kesini." jawab Arumi ketus, selama ini Arumi tidak pernah membantah ayahnya tapi tidak untuk kali ini, jika mereka harus berkonfrontasi maka dengan senang hati Arumi menerimanya.

"Ayah! Kenapa?" jawab ayahnya tak kalah ketus.

"Ya sudah! Kalau gitu ayah aja berangkat sama dia, Arum.nggak.mau!" sahut Arumi ketus, ia ambil kunci motornya mengabaikan omelan ayahnya, sungguh ia tidak suka situasi macam ini tapi mau gimana lagi ayahnya yang mulai.

JODOH ARUMI (SUDAH TERBIT) REPOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang