21

12.8K 1.5K 256
                                    


Tau deh part ini gimana....nyambung apa nggak ...kalo nggak ya sambungin aja ya hahaha

Happy reading sista 😘😘

******

Disinilah sekarang pria itu berdiri, didepan rumah mewah bergaya klasik mediterania dua lantai, dengan pilar-pilar kokoh berdiri menyokong langit langit rumah, jendela-jendela besar menghiasi dinding bangunan.

Pot-pot bunga ageratum, Azalea, candytuff, juga bunga forget me not menghiasi ujung tangga melingkar disamping kanan-kiri menuju pintu utama. Entah apa yang dipikirkan orang tuanya ketika membangun rumah yang cukup menampung orang satu rt.

Eru, Sadewo juga Nisa sarapan bersama seperti biasanya hanya saja ada yang kurang yaitu tidak ada Arumi. Meski Nisa tidak mengatakan apa-apa tapi Eru yakin wanita paruh baya itu sedih, begitupun Sadewo. Dia merasa bersalah telah menciptakan keretakan dalam keluarga Arumi. Namun ia lakukan semua untuk mendapatkan cinta Arumi.

Setelah sarapan, ponselnya bergetar masuk satu pesan ke salah satu aplikasi chating. Eru pamit pada orang tua Arumi dengan alasan dia harus ke Jakarta karena kantor pusat membutuhkan tapi ia berjanji secepatnya akan kembali.

Eru berjalan ke pintu utama yang ternyata sudah dibuka lebih dulu oleh pelayan wanita, Eru tebak usianya tidak lebih dari dua puluh tahun. Pelayan itu membungkuk hormat saat dia masuk, ia segera menemui mama. Tanpa perlu bertanya dia tahu harus kemana menemui mamanya.

Pria itu berjalan ke halaman belakang, see! Benar dugaannya disana, dibawah gazebo yang terbuat dari tumbuhan rambat, perempuan berumur setengah abad, duduk seorang diri dengan majalah fashion ditangan ditemani secangkir teh, juga biskuit kesukaannya. Eru berjalan pelan tidak ingin mengganggu aktivitasnya, rupanya wanita tersebut benar-benar tidak sadar didepannya ada laki -laki muda yang mengagumi paras eloknya.

Merasa dirinya ada yang memperhatikan, perempuan itu menurunkan majalahnya. Reaksi berlebihan yang buat Eru malas.

"Aduh...anak Mama udah pulang," Elen memeluk Eru erat juga mencium rata wajah Eru, wanita itu biarpun umur sudah tua tapi sifat dan tingkah lakunya sama kayak ibu-ibu muda beranak satu.

"Ma! Lepas! Jijik tau!" Eru berusaha mengurai pelukan mamanya. Tapi dasar mamanya bandel tetap saja menciumi wajah putranya.

"Ma! Basah semua ini wajah aku!" Eru sebenarnya bisa saja mendorongnya menjauh, tapi mana mungkin dia melakukan itu apalagi pada orang yang sudah melahirkan dirinya. Kalau sudah begini lebih baik dia diam saja, pasti sebentar lagi akan dilepas sendiri.

Benar saja setelah puas menciumi wajah Eru, Elen kembali duduk dikursi yang tadi. Matanya memindai wajah anak laki-lakinya itu, ada gurat kesedihan yang hinggap dimatanya. Ah! Pasti ada yang tidak beres.

"Mana mantu Mama?" tanya Elen to the point.

Eru memdengkus kasar, ia sudah menduga mamanya pasti akan menanyakan itu, apa tidak ada pertanyaan yang lain. Tidakkah wanita itu merindukannya, "Ma! Tanya kabar aku dong."

Alis Elen naik sebelah dengan ekspresi malas, "Dih, ngapain Mama nanya kabar kamu. Udah jelas gitu, buktinya kamu masih bisa duduk disini." sahut Elen enteng

Untung Mama sendiri kalau nggak udah gue gantung ini orang.

"Dosa ngumpatin orang tua apalagi orang itu Mama." sahut Elen tanpa mengalihkan perhatian dari majalahnya.

"Ck! Nggak kangen apa, padahal udah ditinggal lama." Sungutnya. Heran ada ya orang tua kayak mamanya gitu.

"Nggak tuh!" sahut Elen mengecilkan bahu, "mantu mama mana?" ulang Elen. Jangan kira dia lupa kalau Eru belum menjawab pertanyaannya.

JODOH ARUMI (SUDAH TERBIT) REPOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang