- 4 -

1.6K 304 40
                                    

"Ya...berhentilah menangis." Ujar Guanlin sambil melirik Jihoon yang duduk di kursi penumpang tepat di sampingnya.

"Bagaimana mungkin aku berhenti menangis? Aku sedang patah hati bodoh! Huks..." Omel Jihoon disela isak tangisnya.

"Aku juga sedang patah hati, tapi aku tidak menangis."

"Aku orang yang ekspresif."

"Terserah kau sajalah. Jadi sekarang dimana rumahmu?" Ucap Guanlin malas berdebat dengan Jihoon.

"Aku tidak mau pulang!"

Ckiiiiittttt

Guanlin menghentikan mobilnya di tepi jalan dengan tiba-tiba, membuat Jihoon harus rela membiarkan dahinya terantuk dashboard hingga memerah.

"Ya! Kau gila!!" Teriak Jihoon kesal. Dia mengusap keningnya yang terasa sakit.

Guanlin membuka seatbelt-nya dan menatap lurus ke arah Jihoon.

"W–wae?" Tanya Jihoon bingung melihat Guanlin yang menatapnya seperti itu –seolah olah dia dapat menerkam Jihoon kapan saja–.

"Kau baru saja putus cinta, dan sekarang kau ingin merayuku?"

Jihoon membuka mulutnya seperti orang bodoh ketika mendengar ucapan Guanlin. "Ma–maksudmu?"

"Kau tidak ingin pulang...berarti kau ingin menghabiskan malam denganku? Eum?" Tanya Guanlin sambil tersenyum seduktif kearah Jihoon. Membuat bulu kuduk Jihoon menegang.

"Guan...guanlin.. A–apa yang kau lakukan?" Jihoon terlihat sangat gugup ketika Guanlin mulai mendekatkan tubuhnya ke arah Jihoon. "Aku akan teriak bila kau macam-macam denganku!" Ancamnya.

Namun Guanlin tak menghentikan aksinya. Dia tetap mendekatkan tubuhnya ke arah Jihoon dengan senyum seduktif di wajahnya. Dan itu sukses membuat jantung Jihoon berdebar tidak karuan, bahkan jantungnya terasa mau copot ketika melihat wajah Guanlin yang hanya berada sejengkal dari wajahnya.

10 cm...

8 cm...

5 cm...

"Stop! Ini adalah ciuman pertamaku!!!" Jihoon mendorong tubuh Guanlin agar menjauh –setelah dia berhasil menggerakkan syaraf tubuhnya yang tadi seakan lumpuh karena sikap Guanlin–.

Guanlin tak dapat menghentikan tawanya ketika mendengar perkataan Jihoon.

"Apa yang kau tertawakan??" Jihoon menatap Guanlin kesal.

"Kau lucu." Jawab Guanlin singkat. Dia memakai seatbelt-nya kembali. "Aku tidak berniat menciummu bodoh."

"La–lalu apa yang akan kau lakukan tadi?" Tanya Jihoon gugup, jujur saja dia menahan malunya saat ini. Bagaimana kalau Guanlin berpikiran dia terlalu percaya diri akan dicium oleh lelaki menyebalkan itu???

"Hanya menggodamu agar kau berhenti menangis. Aku benci melihat seseorang menangis." Guanlin kembali menghidupkan mesin mobilnya. "Lalu sekarang kau mau pergi ke mana?"

"Taman bermain!" Seru Jihoon bersemangat, bahkan dia melupakan rasa malunya akibat pristiwa –hampir– ciuman tadi.

"What? Tidak! Untuk apa kita pergi ke sana, seperti anak kecil saja!" Tolak Guanlin.

"Memangnya hanya anak kecil saja yang boleh bermain disana? Pokoknya aku mau kesana!!!!!" Ujar Jihoon keras kepala.

.
.
.

"Ayo!!" Jihoon menarik tangan Guanlin penuh semangat. Sedangkan Guanlin hanya menatapnya malas. Sudah hampir 2 jam mereka berkeliling menaiki semua wahana di Lotte World ini namun Jihoon sama sekali belum menunjukkan rasa lelahnya.

DESTINY [[ Panwink / Deepwink ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang