"Aaaww..."
"Ugh..."
"Argh..."
"YA PARK JIHOON APA KAU TIDAK BISA PELAN SEDIKIT?!" Guanlin menepis tangan Jihoon yang sedari tadi mengobati luka di bibirnya akibat pukulan yang Jinyoung berikan kepadanya. Dia sedikit meringis karena luka itu terasa sakit saat dia berteriak kepada Jihoon.
Saat ini mereka berdua sedang berada di ruang kesehatan, dan kenapa harus Jihoon yang mengobati luka Guanlin? Jawabannya karena Daehwi pergi menenangkan Jinyoung entah kemana dan semua murid di sekolah yang menonton peristiwa tadi menyuruh Jihoon untuk membawanya ke ruang kesehatan dan sialnya para petugas di ruang kesehatan tak berada di tempat dan Jihoon mau tidak mau yang harus mengobati luka Guanlin.
Jihoon memutar bola matanya malas. Dia kembali mencecap luka Guanlin dengan alkohol. "Kau itu lelaki, masa luka seperti ini saja membuatmu meringis bahkan hampir menangis. Menggelikan."
"Aaaghh...hentikan hentikan! Kau mau membunuhku? Hah?" Guanlin menggenggam pergelangan tangan Jihoon agar dia menghentikan aktivitasnya mengobati lukanya –atau lebih tepatnya membuat Guanlin semakin kesakitan–.
"Bagaimana mungkin ini bisa membunuhmu?" Jihoon mendengus kesal. Dia bangkit dari duduknya yang semula di hadapan Guanlin, kemudian melemparkan kapas yang telah dia beri alkohol ke arah lelaki tampan itu. "Bersihkan saja sendiri, dasar manja!"
"Siapa juga yang menyuruhmu mengobati lukaku?!"
Jihoon menarik nafas panjang. Tahan Jihoon, kau harus sabar menghadapi lelaki menyebalkan ini. Guanlin telah kembali ke sifatnya yang semula, entah kemarin malam yang pergi bersamanya itu Guanlin ataukah hanya halusinasinya saja? Atau bahkan itu mimpi? Atau mungkin Guanlin memiliki kepribadian ganda?
"Anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena kemarin kau membantuku." Ujar Jihoon cuek lalu duduk di samping Guanlin.
"Terima kasih? Tapi kau melakukannya dengan kasar seperti ini?"
"Lalu kau ingin bagaimana? Oh...baiklah sini aku akan melakukannya dengan lemah lembut." Jihoon mengambil kembali kapas yang tadi dia lemparkan kepada Guanlin kemudian kembali mengobati luka Guanlin dengan sangat pelan dan lemah lembut. Ok baiklah, anggap saja ini sebagai ungkapan rasa terima kasihnya kepada lelaki menyebalkan ini.
"Guanlin...tutup matamu..." Perintah Jihoon.
Guanlin mengerutkan keningnya bingung. "Untuk apa?"
"Sudah tutup saja tidak usah banyak tanya!"
Guanlin ingin kembali mengucapkan protesnya namun Jihoon menatapnya tajam, dan tatapan itu entah kenapa membuatnya tak berkutik. Dia menuruti perintah Jihoon dan mulai menutup matanya walau di dalam hatinya masih bertanya-tanya apa yang akan Jihoon lakukan kepadanya?
DEG
Guanlin reflex membuka matanya saat merasakan sesuatu yang lembut dan lembab menyentuh ujung bibirnya yang terluka. Itu bukan kapas atau obat luka lainya...itu adalah...bibir. Bibir Jihoon. Jihoon menciumnya! Walau mungkin ciuman itu tidak sampai satu detik, namun sukses membuat mata Guanlin terbelalak kaget.
"A–apa yang kau lakukan?" Tanyanya terbata-bata, dia benar-benar shock atas perbuatan Jihoon.
"Hanya melakukan cara yang biasa ibuku lakukan saat aku terluka, dan aku akan melupakan rasa sakit itu saat dia mencium lukaku seperti itu." Jawab Jihoon polos.
"Ta–tapi kau bukan ibuku! Dan...kau mencium bibirku Park Jihoon!"
"Men–mencium? Ba–bagaimana mungkin itu disebut berciuman?! Itu hanya meditasi bodoh!" Ucap Jihoon sedikit gugup. Apa hal yang dia lakukan tadi bisa disebut dengan berciuman? Tidak tidak...itu hanya meditasi, ya..hanya meditasi. Aish bodoh, dia bahkan tidak berpikir sampai sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [[ Panwink / Deepwink ]]
FanfictionTakdir memutuskan siapa yang datang ke dalam hidupmu, tetapi hatimulah yang memutuskan siapa yang berhak tetap tinggal di dalam hidupmu... Pairing : panwink / deepwink / jinhwi / nielwink ©jeojang9901