- 9 -

1.6K 299 45
                                    

"Naik bus? Kau tidak dijemput?" Guanlin terbelalak kaget saat Jihoon bilang dia akan pulang dengan menggunakan bus. Karena mereka berdua memang tidak boleh membawa kendaraan selama hukuman mereka berlaku.

Jihoon mengangguk. "Iya, memangnya kenapa? Naik bus menyenangkan, kita bisa berkeliling kota Seoul dengan hanya bermodalkan 1000 won. Kau belum pernah naik bus?"

"Belum." Jawab Guanlin sambil menggelengkan kepalanya.

Jihoon langsung mencibir saat mendengar jawaban Guanlin. "Dasar Tuan Muda manja."

"Berhenti menyulut emosiku Park Jihoon." Guanlin menatap Jihoon kesal.

Lagi-lagi Jihoon tertawa. "Bertingkah saja seperti biasa, bukankah seorang teman harus menerima temannya apa adanya? Kau terlalu baik seperti ini juga terasa sangat aneh, tidak cocok dengan mukamu yang menyebalkan. KYAAAA!!"

Jihoon berteriak kaget saat Guanlin dengan mudah memiting lehernya, membuatnya susah bernafas. "Lepaskaaaaan!!!" Jihoon berusaha memberontak agar Guanlin melepaskannya.

"Tidak akan, sampai kau berhenti berbicara kalau aku menyebalkan." Guanlin semakin mengeratkan lengannya yang melingkar di leher Jihoon, membuat tubuh Jihoon mau tak mau menempel pada tubuh Guanlin.

"A–aku tidak bisa bernafas bodoh!" Jihoon berusaha mendorong tubuh Guanlin, sampai akhirnya lelaki tampan itu melepaskannya. "Kau ingin membunuhku hah?" Jihoon berteriak kesal. Sepertinya memang Guanlin lebih baik berpura-pura menjadi orang baik saja seperti tadi. Sifat aslinya baru saja keluar dan langsung membuat Jihoon naik pitam.

"Sudahlah...bila kau marah-marah seperti itu terus kita akan ketinggalan bus." Guanlin menarik tangan Jihoon menuju halte bus di depan sekolah mereka.

"Kau juga ikut naik bus?" Tanya Jihoon ragu.

Guanlin mengangguk mantap. "Kau harus menemaniku keliling kota Seoul."

***

"Aku pulaaaang..." Jihoon masuk ke dalam rumah Woojin. Dia melepaskan sepatu nike miliknya, kemudian menaruhnya di rak sepatu yang berada tak jauh dari pintu masuk.

Dilihatnya Woojin yang sedang menonton tv sambil sesekali memasukan popcorn ke dalam mulutnya. Matanya tak lepas dari layar tv yang sedang menampilkan drama berseri yang selalu tayang setiap sore. Seperti inilah kebiasan Park Woojin di sore hari, dia bahkan tak akan melewatkan satu episode pun dari drama-drama itu. Jihoon sampai bingung sendiri sebenernya sepupunya itu seme atau uke? -_-

Jihoon menghempaskan tubuhnya di sebelah Woojin, dia juga mencomot popcorn yang berada di pangkuan sepupunya itu.

"Tumben aku tidak mendengar omelanmu. Biasanya kau tak berhenti berteriak kesal saat pulang, seperti 'Kenapa harus ada lelaki menyebalkan seperti Lai Guanlin?' 'Mimpi apa aku harus berurusan dengan Lai Guanlin' 'Lai Guanlin...aku membencimu!!' Dan tumben hari ini kau tersenyum?" Tanya Woojin panjang lebar saat drama itu sedang iklan. Kalau drama itu sedang tayang, Woojin bahkan tidak akan mengeluarkan suara sedikitpun sanking seriusnya.

"Aku sudah berbaikan dengannya."

"BENARKAH??? Wah..sepertinya ini harus dirayakan! Akhirnya Tom and Jerry berteman!"

Plak

Jihoon memukul kepala Woojin pelan. "Kau berlebihan."

Woojin mengelus-elus kepalanya yang terkena pukulan dari Jihoon. "Lalu kenapa kau tersenyum bahagia seperti itu? Apa Guanlin menciummu lagi?" Tanya Woojin penasaran.

PLAK

Sebuah pukulan mendarat di kepala Woojin –lagi– namun kali ini lebih keras dari yang tadi.

DESTINY [[ Panwink / Deepwink ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang