- 5 -

1.6K 316 21
                                    

"Kau darimana saja? Dan siapa yang mengantarmu pulang? Itu bukan Daniel hyung kan? Kenapa dengan wajahmu? Kau menangis?" Cecar Woojin saat Jihoon memasuki rumahnya.

Jihoon berjalan melewati Woojin begitu saja, dia berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air dari dalam kulkas dan meneguknya hingga habis. Dia membutuhkan tambahan cairan karena terlalu banyak mengabiskan air matanya tadi. Kemudian dia menghempaskan tubuh gempalnya di atas sofa merah di depan tv di ruang keluarga rumah Woojin.

"Ya! Park Jihoon aku bertanya padamu!" Woojin duduk di samping Jihoon dengan tatapan menyelidik.

"Aku dari taman bermain dan pantai. Itu tadi Guanlin yang mengantar–"

"Guanlin? Bagaimana bisa? Lalu kemana Daniel hyung?" Tanya Woojin penasaran bahkan dia tidak membiarkan Jihoon menyelesaikan ucapannya.

"Mungkin aku sudah menjawab pertanyaanmu kalau kau tidak memotongnya tadi!" Ujar Jihoon kesal.

Woojin tertawa lebar. "Baiklah, aku tidak akan memotong perkataanmu. Ayo kau lanjutkan ceritanya." Woojin terlihat bersemangat mendengar cerita dari Jihoon bagaikan seorang anak kecil yang sedang mendengarkan cerita dongeng dari ibunya.

"Daniel hyung memutuskan hubungan kami–"

Woojin baru saja akan membuka mulutnya untuk kembali bertanya namun diurungkannya karena dia telah berjanji pada Jihoon untuk tidak memotong ceritanya.

"–dia menyukai orang lain."

"Brengsek! Bagaimana bisa dia melakukan ini semua padamu?" Woojin tidak dapat lagi menahan amarahnya. Bahkan dia lupa dengan waktu saat ini yang sudah menunjukkan pukul 11 malam, dan mungkin saja teriakkannya itu dapat membuat kedua orangtuanya terbangun.

"Perasaan seseorang tidak bisa ditebak Woojin. Dia tidak salah karena tidak ingin membohongi perasaannya dan membuatku semakin sakit hati nantinya." Jihoon berusaha tegar walaupun air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Tidak! Dia tidak ingin menangis lagi! Dia sudah cukup lelah menangis seharian ini.

"Dan kenapa kau bisa bersama Guanlin?"

Jihoon menceritakan kejadian yang dia alami sejak tadi siang dia bertemu dengan Guanlin di toko gadget hingga mereka berakhir di pantai berteriak-teriak seperti orang gila.

"Mengapa Guanlin bersikap baik padamu? Bukankah tadi di sekolah kalian terlihat tidak akur? Apa mungkin dia menyukaimu?" Woojin mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang berputar di kepalanya.

"Tidak mungkin." Jihoon tahu benar siapa yang disukai oleh Guanlin, dan mungkin Guanlin bersikap baik padanya hanya karena kasihan, tidak lebih. "Sudahlah, aku ingin tidur. Good night." Jihoon mencium pipi sepupunya itu dan langsung melesat menuju kamar tamu.

***

"Apa ini?" Jinyoung menatap sebuah benda yang Jihoon letakkan di atas mejanya.

Jihoon memutar bola matanya malas. "Itu Ipod untuk mengganti Ipodmu yang kemarin tidak sengaja aku jatuhkan ke dalam kubangan lumpur."

"Bagaimana bisa sama persis dengan punyaku dulu? Dan ini warna ungu? Kau tahu kalau aku suka warna ungu?"

"Guanlin yang memberitahuku."

"Guanlin?"

Jihoon mengangguk. "Kemarin dia yang membantuku memilihkan Ipod itu untukmu." Jelas Jihoon.

"Kemarin? Kemarin kau pergi dengan Guanlin?"

Jihoon kembali mengangguk. "Memangnya ada apa?" Jihoon bertanya kepada Jinyoung bingung.

"Ah..tidak apa-apa." Jinyoung menggelengkan kepalanya. "Aku pergi ke toilet dulu. Terima kasih telah mengganti Ipodku." Ucap Jinyoung sambil berlalu meninggalkan Jihoon yang masih menatapnya bingung. Apa dia salah bicara?

DESTINY [[ Panwink / Deepwink ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang