"Kau tidak apa-apa?"
"A–aku tidak apa-apa. Terima kasih Jinyoung." Ucap Jihoon sedikit gugup karena jarak wajah lelaki itu –yang ternyata adalah Jinyoung– yang tak terpaut jauh dari wajahnya. Wajahnya memerah saat merasakan nafas Jinyoung yang menerpa wajahnya.
"Ehem...maaf sepertinya ini adalah tempat membaca bukan tempat untuk bermesraan."
Itu Guanlin.
Jihoon tersadar dengan posisinya saat ini –yang masih berada di dalam pelukan Jinyoung–, dia langsung berdiri dengan tegap dan melepaskan tangan Jinyoung dari pinggangnya.
Jinyoung memandang Jihoon dengan khawatir. "Lain kali kau harus hati-hati."
Jihoon menganggukkan kepalanya mantap. "Ya. Sekali lagi terima kasih, Jinyoung."
"Ck...paling dia hanya berpura-pura jatuh agar menarik perhatianmu saja." Celetuk Guanlin lagi.
"Aku bahkan tidak melihat kalau Jinyoung ada di sekitar sini, jadi jangan mengada-ada Guanlin." Jihoon menatap Guanlin tajam. Dia benar-benar kesal kenapa harus ada makhluk semacam Guanlin di dunia ini?
"Bagaimana kalau Mr. Kim melihat kejadian tadi? Dia pasti akan menambah hukumanmu Park Jihoon." Guanlin tersenyum mengejek ke arah Jihoon, membuat lelaki manis itu mengepalkan tangannya kesal.
"Kami tidak melakukan apa-apa Guanlin. Aku hanya menolongnya yang hampir terjatuh. Itu saja." Ucap Jinyoung meluruskan permasalahan.
"Sudahlah, bicara dengan orang semacam kau hanya membuatku sakit kepala." Jihoon berjalan melewati Jinyoung dan Guanlin, namun...
Tap
"Mau kemana kau?" Guanlin menahan pergelangan tangan Jihoon, namun lelaki manis itu menepisnya.
"Bukan urusanmu! Lebih baik kau lakukan hukumanmu!" Jihoon berlalu begitu saja, tak memperdulikan semua mata di perpustakaan yang memperhatikan dirinya.
"Ada apa denganmu? Aku tahu kau bukan orang yang suka berkomentar tentang orang lain seperti tadi." Tanya Jinyoung saat sosok Jihoon sudah benar-benar keluar dari perpustakaan.
Guanlin terdiam.
Dia juga tidak tahu mengapa dia selalu berkomentar tentang semua yang dilakukan oleh Jihoon, padahal biasanya dia selalu cuek dan tidak perduli dengan orang lain.
Jinyoung berjalan mendekati Guanlin, dia menepuk bahu tegap milik sahabatnya itu.
"Are you jealous?"
***
Jihoon mengaduk ramyeon di hadapannya dengan kesal, bahkan membuat sedikit kuah ramyeon tersebut tumpah dari mangkuknya. Dia pergi ke kantin setelah kejadian di perpustakaan tadi. Tentu saja dia lapar, tapi seorang Lai Guanlin mampu membuat moodnya hancur berantakan sehingga ramyeon di hadapannya jadi terlihat tak menggiurkan.
"Kau ingin mematahkan sumpit di tanganmu itu?"
Eh?
Jihoon mengangkat wajahnya melihat seorang lelaki yang berdiri di depan mejanya saat ini. Lelaki itu tersenyum kemudian duduk di hadapan Jihoon.
"Jinyoung...apa yang kau lakukan disini?"
Lelaki itu adalah Jinyoung. Lagi.
"Tentu saja untuk makan. Kau sendiri? Aku lihat sedaritadi kau hanya mengaduk-aduk ramyeon itu saja."
Jihoon meletakkan sumpit di tangannya. "Sahabatmu itu membuat moodku hancur."
Jinyoung tertawa mendengar ucapan Jihoon. "Daritadi kau memikirkan Guanlin? Hati-hati nanti kau jatuh cinta padanya." Goda Jinyoung.
"Tidak akan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [[ Panwink / Deepwink ]]
FanfictionTakdir memutuskan siapa yang datang ke dalam hidupmu, tetapi hatimulah yang memutuskan siapa yang berhak tetap tinggal di dalam hidupmu... Pairing : panwink / deepwink / jinhwi / nielwink ©jeojang9901