Jantungku sudah berdetak tak karuan saat laki-laki yang berperawakan seperti preman itu menyentuh tanganku. Aku hanya pasrah kepada tuhan apapun yang terjadi.
Tiba-tiba dari berlawanan arah ada seseorang laki-laki berseragam yang sama denganku datang dengan motornya. Tubuhnya tinggi, penampilannya berantakan dengan seragam yang di keluarkan dari celananya. Tapi aku tidak bisa melihat wajahnya karena takut yang lebih mendominasi perasaanku.
Tanpa aba-aba laki-laki yang berseragam sama denganku menonjok rahang preman yang tadi memegang tanganku.
"Heh, emang lo siapanya? pacarnya? kakaknya? atau pesuruhnya? sok belain dia juga. Anak kecil berandalan lagi", ucapnya sambil memegangi sudut bibirnya yang mengeluarkan darah dan saat itu juga dia melepaskan tanganku.
Tubuhku yang sudah lemas, tidak bisa menopang badanku sendiri. Akhirnya aku jatuh terduduk di lantai halte yang basah.
"Ya!!, gue pacarnya! jangan pernah lo sentuh wanita itu ujung rambutpun!, karena gue nggak akan segan-segan buat masukin lo ke UGD detik itu juga!"
Aku terkejut dan reflek langsung mendongakkan kepala saat kata kata itu muncul dari laki-laki itu. Kenal saja tidak, bagaimana aku tidak terkejut coba.
Dan ternyata pemilik suara tegas dan dingin itu adalah.
Dia....
'Laki-laki itu adalah seseorang yang menabrakku tadi pagi! oh tuhan! bagaimana dia bisa menolongku?', batinku. Dalam hati aku bersyukur karena dia menolongku disaat seperti ini.Setelah kejadian hajar menghajar terjadi, akhirnya preman-preman tersebut pergi melarikan diri. Bisa ditebak laki-laki yang tidak ku ketahui namanya itu sangat ahli dalam berkelahi.
"Lo nggak papa?", tanyanya padaku setelah dia membantuku berdiri.
"Oh, nggak papa kok. Cuma masih syok aja", jawabku agak kikuk.
"Makannya kalo udah waktunya pulang sekolah ya pulang, jangan main dulu", ucapnya tegas, lebih mirip seperti nasihat yang harus di jalankan.
"O-oh, iya tadi gue habis kumpul", jawabku dengan gugup. Entah kenapa berdekatan dengannya membuatku merasa gugup.
"Gue anterin lo pulang"
"Nggak usah, gue nggak pa-"
"Naik!", titahnya.
Aku hanya pasrah dan segera mendekati cowok yang sudah duduk anteng di atas motornya.
"Pake ini", ucapnya sambil menyodorkan jaket yang tadi dipake nya.
"Buat apa?", tanyaku polos
"Rok lo pendek, lo mau jadi bahan cuci mata? udah kotor juga"
Memang saat ini rok ku sudah dalam keadaan kotor, selain karena aku hujan-hujanan aku terduduk dilantai halte yang basah dan kotor.
Laki-laki tadi langsung melingkarkan tangannya dipinggangku, bermaksud untuk memakaikan jaketnya. Mungkin karena otakku tidak bisa diajak kerjasama disaat seperti ini.
"O-oh, makasih"
Setelah itu aku segera naik motornya. Dengan susah payah aku menaiki motor itu dan dengan keadaan jaket yang menutupi pahaku.
Dalam perjalanan tak ada percakapan sama sekali. Hanya beberapa pertanyaan yang ditanyakan cowok itu tentang alamat rumahku. Untung saja hujan sudah mulai reda, jika tidak kami tidak akan bisa pulang dengan motor seperti saat ini.
Setelah sampai di depan rumahku, aku segera turun dan berterimakasih padanya.
"Sekali lagi, thanks ya"

KAMU SEDANG MEMBACA
Reina
Teen FictionReina.... "Tungguin gue dong ren, sini nggak lo!" Aku berlari mengejarnya sambil tertawa. Sore ini hujan mengguyur taman komplek tempat biasanya kami bermain, tetapi tidak menjadi alasan untuk pulang dan berteduh. Bahkan kita berlari bersama di bawa...