Bagian - 4

22 5 2
                                    

06.43 AM

"Bunda.....kenapa nggak bangunin aku sih?"

"Siapa bilang bunda nggak bangunin kamu? bunda udah 2 kali bolak balik ke kamar kamu, tapi kamunya aja yg nggak mau bangun"

Pagi ini aku bangun kesiangan karena tadi malam aku tidur saat jarum jam menunjuk pukul 12 malam. Ya! semalam aku memikirkan dia. Aku memang bodoh, untuk apa coba aku memikirkan orang yang tidak kukenal sama sekali.Dan alhasil aku jadi telat untuk berangkat ke sekolah.

"Bang Revan mana?"

"Udah berangkat lah"

"Emang ya tu abang terkamprettt!"

"Habisnya sih, kamu juga telat bangunnya"

"Orang biasanya aja dia juga telat, giliran aku yang telat ditinggalin", kesalku sambil mengikat tali sepatu dengan terburu-buru.

"Mmm, Na Pak Mam-"

"Jangan bilang Pak Mamat nggak bisa nganterin?"

"Iya, kemarin dia ijin katanya ibunya dikampung lagi sakit. Jadi kamu berangkat naik ojek ya?"

"Hhhh, yaudah deh bun Nana berangkat dulu. Udah telat nih!"

"Eh ini nggak dimakan dulu rotinya? mau bunda bawain bekal?"

"Nggak usah bun, aku berangkat dulu ya? Assalamualaikum", aku segera menyalimi bunda dan menyambar selembar roti yang tadi sudah bunda siapkan.

"Waalaikumsalam"

Aku berlari pergi ke luar rumah untuk mencari ojek dengan roti ditanganku.

Untung saja, saat aku sudah sampai di depan gerbang, tukang ojek langgananku lewat. Tanpa basa basi aku langsung naik dan cepat-cepat untuk pergi ke sekolah.

Berulang kali aku melihat jam yang ada di tanganku. Jam sudah menunjukan pukul 06.55, tetapi jalanan masih macet dan susah untuk bergerak. Akhirnya aku memutuskan untuk berlari saja karena jarak ke sekolah sudah mulai dekat. Hanya waktu 5 menit yang masih tersisa.

Saat aku sedang berlari, tiba tiba ada motor melaju dengan kecepatan tinggi di sebelah ku yang pada jalanan itu pas sekali dengan kubangan air kotor, karena kemarin hujan yang mengguyur daerah ini.

Akibatnya, hampir seluruh bajuku terkena air kotor tersebut yang berwarna kecoklatan.

"Aishhh, woiii siapa lo? sini nggak?! tanggung jawab woii kamprett, goblin ya lo!", aku langsung memaki-maki orang yang sudah membuat bajuku kotor seperti saat ini.

'Sepertinya, ini memang hari kesialanku', batinku dalam hati. Sudah ditinggal ke sekolah, terkena cipratan air kotor lagi. Emang terkamvret.

Setelah panggilanku tadi, seseorang dengan pengendara motor tersebut berhenti. Dia berbalik arah sehingga posisinya sekarang berada di sampingku.

"Sorry, gue nggak sengaja", kata orang itu bersamaan dengan dibukanya helm fullface nya.

Aku terkejut saat tau siapa seseorang yang sudah membuat bajuku kotor tadi.

"Loh?, lo kan orang yang nolongin gue kemaren?"

"Menurut lo? naik!", perintahnya dengan nada tegas.

Seperti sihir yang mengutukku, aku langsung menuruti apa yang dikatakannya. Lalu, aku berpegangan pada pundaknya. Bukan untuk modus, karena aku agak kesulitan dengan rok sekolahku saat ini dan juga motornya yang besar itu. Jadi, kujadikan pundaknya sebagai tumpuanku untuk naik.

"Pegangan yang kenceng", kata laki-laki yang kuketahui namanya Rivaldi itu.

"E-eh iya iya"

Lalu setelahnya dia langsung mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata-rata yang sempat membuatku hampir terjungkal tadi. Untung saja aku sudah berjaga-jaga.

ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang