"Kalian harus bisa menyelesaikan ini hari ini juga dan dikumpulkan sebelum bel pulang berbunyi, mengerti?", suara perintah ketua OSIS dari speaker terdengar di lapangan yang besar ini.
Yah!! hari ini adalah hari ke dua Masa Orientasi Siswa. Siang hari ini kami ditugaskan untuk mencari tanda tangan 10 anak OSIS dan harus dikumpulkan hari ini juga. Membosankan sekali, apakah tidak ada acara lain yang lebih berfaedah? seperti perlombaan, pertunjukan bakat, atau lomba menjerit karena roti sobeknya Kai *ada yah? bodo amat....
"Ngapain juga, harus ada pake acara tanda tangan juga. Emang mereka oppa-oppa yang selalu dinanti apa?", gerutu Liana.
"Bener juga sih, gunanya apa coba kaya gini. Baik kan kalo disuruh minta tanda tangan ibu kantin", timpal Elin juga. Entah sejak kapan Elin sudah ada disebelah kami.
"Ibu kantin gundulmu, ntar yang ada malah lo yang keenakan makan mulu"
"Yhaa", balasnya cengar cengir, "Hidup itu harus dibuat enjoy Na, seperti mengambang di air. Mengalir, menikamati arus, lalu mengambang", timpal Liana.
"Sa ae lu tong", candaku.
"Yee, upil dugong dikasi kata-kata terbijak se dunia malah kaya begonoh"
"Apaan sih lu, ketek gajah"
"Yha, elu kutu kupret"
"Udah-udah, ribut aja lu kaya emak-emak kurang belaian aja"
Lalu, kami bertiga berjalan beriringan untuk menyelesaikan tugas yang harus dikumpulkan hari ini juga. Sepertinya tugas seperti ini tidak ada gunanya, hanya dengan mencari tanda tangan anak OSIS, apakah kita akan menjadi pintar? aneh sekali.
"Woi, cewek awas!!!"
Aku yang merasa dipanggil pun menoleh, tapi terlambat. Bola basket itu sudah mengenai kepalaku. Kepala ku pusing, pandanganku pudar, dan semakin lama aku sudah di alam bawah sadar.
Yang terakhir kali aku dengar adalah suara elin dan Liana yang berteriak meminta tolong.
"Eh, eh, Na bangun.... gimana ini Lin?", tanya Liana panik.
"Woii, bantuin dong! lo kira ini tontonan gratis apa?", ujar Elin dengan penuh emosi.
"Ada apa ini?", tiba-tiba ada suara yang mengintrupsi semua orang yang ada disana.
Sang ketua OSIS, Agil mendekat ke arah kami semua. "Ini kak, Reina pingsan gegara kena bola basket", ujar Liana.
"Yaudah, biar gue aja yang bawa dia ke UKS. Kalian, beli minum buat dia!"
******
Aku mengerjapkan mataku, perlahan mataku terbuka dan yang ku lihat pertama adalah langit langit UKS. Sejenak aku mengingat kenapa aku bisa ada disini. Yang ku ingat terakhir tadi adalah bola basket yang mengenai pelipisku sehingga kepalaku terasa seperti berputar dan tak lama kemudian pandanganku memudar.
Aku melihat kesekelilingku, hanya ada Rini si petugas UKS yang sedang berjaga.
"Udah bangun lo Na?"
Aku hanya menjawab dengan deheman pelan. "Btw, siapa yang bawa gue ke UKS?"
Belum sempat pertanyaan itu terjawab, seseorang sudah membuka pintu UKS. Lalu Rini, si penjaga UKS pun keluar mungkin untuk memberiku privasi atau memang dia ada keperluan sehingga menyebabkan dia keluar dari UKS.
"Udah bangun lo?", tanyanya dengan nada dingin dan terkesan cuek.
"Menurut lo?", terkadang aku heran dengan banyak orang, kenapa mereka menanyakan pertanyaan yang jawabannya sudah mereka ketahui.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reina
JugendliteraturReina.... "Tungguin gue dong ren, sini nggak lo!" Aku berlari mengejarnya sambil tertawa. Sore ini hujan mengguyur taman komplek tempat biasanya kami bermain, tetapi tidak menjadi alasan untuk pulang dan berteduh. Bahkan kita berlari bersama di bawa...