A little bit story behind this story

9.8K 928 150
                                    

Firstly, i'm happy finished this story. Kalau di tulisan yang sebelumnya, ketika sampai tengah kumerasa banyak kutil dan berakhir menulis ulang, kali ini kumencoba menjalankan slogan write first edit later. Sebenarnya, dari bab belasan, kusudah merasa agaknya cerita ini penuh kutil, tapi kunekat saja menyelesaikannya. Meski hasilnya entahlah, enggak karuan dan enggak seperti yang direncanakan, penuh kutil dan lubang-lubang yang perlu ditambah-mungkin karena buku oretan berisi outlinenya hilang, haha. >.<

Btw, bikin cerita yang ada pasangan terikatnya sebenarnya bukan my cup of coffee, jadi kusedikit senang sudah menyelesaikannya.

Cerita ini pertama kali tercetus di kepala akhir Desember 2016, waktu saya lagi ngerjain laporan tugas kuliah tentang autis sambil dengerin 2G Minornya Bach. Entahlah, kebiasaan banget dapat premis tiap lagi ngerjain tugas kuliah/di- kelas. Mungkin setelah lulus saya kuliah lagi terus saja biar dapat premis cerita. >.<

Kalau ada teman saya yang merasa aneh saya nulis cerita macam ini, saya juga merasa aneh waktu memulai menulisnya bahkan sampai mengakhirinya. Its like, saya enggak suka membuat tulisan yang berbau merah muda kalau enggak berakhir hitam, karena saya geli sendiri, sedangkan untuk menghasilkan cerita gimana menerima bayi autisme diperlukan orangtua -pasangan suami isti yang halal. Sehingganya, kalau kalian merasa Deas-Loi pasangan yang rada nyeleneh, itu karena saya enggak bisa nulis yang terlalu mesra, intim, atau apalah itu. Termasuk beberapa orang yang berkomentar kenapa Deas enggak pakai 'aku' dan memilih 'saya', sebenarnya karena saya lebih suka nulis tokoh cowok ber'saya' daripada ber'aku' dan Papa saya juga pakai 'saya' ke Mama saya. Anggap saja, thats the way Eyas & Loi love each other.

Uhm... apa yang kalian dapatkan dari sini?

Saya enggak berharap muluk-muluk kok, kalian enggak merasa wasting time membaca ini saja suda bahagia. Nulis ini juga awalnya iseng dan main-main dan enggak seserius 24.

Saya selalu terbuka untuk kritik dan saran, entah soal tulisan atau konten di cerita ini, kalau kalian ada yang kuliah di jurusan psikologi, kedokteran, terapi, PLB atau punya pengalaman serupa dan merasa ada informasi yang dikira salah, katakan saja. Karena saya masih anak kuliahan yang belajar dari bahan kuliah dan pasti banyak salah ^^

Terima kasih untuk yang telah membaca hingga tamat, menebar vote dan berlelah-lelah berkomentar. Senang sekali kalau mainan saya ini ada yang baca dan ditanggapi. Terima kasih juga untuk kritik dan masukannya, berguna banget kalau saya berniat memperbaiki tulisan ini nantinya. Maaf juga jika tulisan ini mengecewakan, I can't please everyone btw.

Sampai berjumpa jumpa di mainan baru lainnya yang belum tahu kapan dimulainya.

Regards,

Plutopamit/Ossyfirstan
Solo, September 2017.

Ikan Kecil (Terbit 2 Desember 2019)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang