Chapter 01

8.7K 399 9
                                    

"Ayah ... kenapa Ayah meninggalkan hiks aku? Sekarang aku hanya hiks ѕendirian."

Isakan demi isakan keluar dari bibir mungil Luhan, gadis itu baru saja kehilangan Ayahnya untuk selamanya. Baru dua tahun yang lalu Ibunya meninggalkannya, dan sekarang Ayahnya pun ikut menyusul Ibunya.

Tok tok tok.

Luhan mengangkat kepalanya saat mendengar suara ketukan dipintunya. Tanpa perlu membukanya Luhan tahu kalau yang mengetuk itu tidak lain adalah Ibu tirinya. Ibu tirinya itu sangat licik, dia hanya bersikap manis di depan Ayahnya, tetapi di belakang Ayahnya, wanita itu selalu menyiksa Luhan.

Tok tok tok.

Suara ketukan itu terdengar lagi, kali ini lebih keras dan cepat, seperti mendesaknya untuk segara membuka pintu. Dengan malas dan mata yang sembab Luhan pun terpaksa menyeret kakinya menuju arah daun pintu kamarnya.

Dan benar saja dugaannya, Ibu tirinya berdiri di depannya sambil berkacak pinggang. "Ikut aku!" titah wanita itu lalu menarik tangan Luhan dan membawanya masuk ke dalam kamarnya.

Wanita itu melemparkan sebuah gaun seksi kepada Luhan yang membuat gadis itu mengernyitkan dahinya bingung.

"Pakai!" titah wanita itu lagi.

Luhan melihat baju itu sekilas lalu mencampakkannya ke tempat tidur. "Kau sangat perhatian padaku hingga membelikanku baju, tapi sayangnya aku masih punya banyak baju di lemariku."

"Sombong sekali gayamu, pakai!"

"Tidak akan!"

"Ku bilang pakai!"

"Ku bilang tidak mau! Jangan memaksaku memakai baju jalang itu!"

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Luhan. "Bicara yang sopan denganku! Aku Ibu tirimu!" murka wanita itu.

Luhan tersenyum miring sambil menyentuh wajahnya. "Hh, aku hanya punya seorang Ibu, dan itu bukan kau!" tunjuk Luhan tepat di depan wajah Ibu tirinya itu.

Bruk!

Luhan terjatuh dan pingsan ketika tiba-tiba sebuah sapu tangan membekap mulut dan hidungnya. Tak sanggup memberontak, gadis itu jatuh pingsan akibat obat bius yang sangat kuat menusuk indera penciumannya.

"Kerja bagus," ucap Seulgi—Ibu tiri Luhan—kepada putrinya yang bernama Irene, lalu mereka saling melemparkan senyuman miring.

***

Seulgi menghentikan mobilnya di depan sebuah club malam terkenal di pusat kota Seoul. Wanita itu membopong tubuh Luhan yang sudah memakai pakaian seksi dan hendak membawanya masuk ke dalam club.

"Hei, apakah dia jalang? Atau hanya wanita mabuk?" tanya seorang pria tinggi dengan tatapan dinginnya.

"Ah, tentu saja dia jalang, kau ingin membelinya? Kau ingin beli dia dengan harga berapa?" tanya Seulgi balik dengan tidak sabaran.

"Seberapa yang kau mau."

"Benarkah? Baiklah, aku minta ehm ... 10 juta won, bagaimana?"

"Deal."

Pria itu segera memberikan cek dengan nominal uang seperti yang Seulgi sebutkan tadi, lalu membawa Luhan pergi—meninggalkan Seulgi yang tengah menjerit kesenangan.

***

"Eungh..." Lenguh Luhan saat tersadar dari pingsannya.

Luhan menyipitkan matanya—berusaha menahan cahaya lampu yang menyerbu retina matanya. Setelah sepenuhnya sadar, Luhan mendapati dirinya sedang berada di tempat yang sangat asing baginya. Ini ... sebuah kamar.

Luhan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, sedang di mana dia sekarang, hingga mata rusa itu melihat sebuah botol obat yang berada di atas meja nakas di sebelah tempat tidur.

Luhan terkejut dan langsung merapatkan dirinya ke kepala tempat tidur sambil bersembunyi dibalik selimut tebal, begitu mengetahui itu adalah pil anti hamil.

Luhan sangat gelisah dan ketakutan hingga dia tidak bisa berpikir jernih. Yang ada dipikirannya sekarang adalah, dirinya sedang dalam bahaya.

Cklek.

Pintu kamar mandi yang ada di kamar itu terbuka, menampakkan sosok pria tinggi dan tampan yang hanya menutupi tubuhnya dengan bathrobe.

"Oh, kau sudah bangun ternyata, kukira aku tidak akan melakukannya sekarang."

"Me-melakukannya? M-maksudmu?"

"Menurutmu apa yang akan aku lakukan setelah membelimu?"

Wanita licik sialan! Dia pasti telah menjualku! bisik Luhan dalam hati dengan bersungut-sungut.

Sret.

Luhan tersentak dari lamunannya dan mendapati pria itu sudah berada di atasnya tubuhnya. "Kumohon lepaskan aku, kau salah paham, aku bukan seorang jalang."

"Kau memakai pakaian seksi dan berada di club, tapi masih mengaku bukan jalang?" Bau khas alkohol yang keluar dari mulut pria itu semakin membuat Luhan gemetar ketakutan.

"Ak-aku dijual oleh wanita licik yang sialnya berstatus sebagai Ibu tiriku, ini bukan keinginanku, jadi kumohon lepaskan aku."

"Aku tak peduli. Aku sudah membayar mahal untuk membelimu, dan sekarang aku membutuhkanmu untuk memenuhi hasratku," ucap pria itu dan langsung mencium bibir Luhan dengan ganas dan menuntut, kemudian turun ke leher putih Luhan.

Berulang kali Luhan memberontak di bawah kungkungan pria itu. Namun karena tubuhnya masih lemah, energi yang dikeluarkannya tidak sebanding dengan energi pria yang sedari tadi asyik mencumbunya.

Luhan menggigit bibir bawahnya hingga berdarah untuk menahan desahan dan berusaha mati-matian agar tak terbuai dengan sentuhan-sentuhan pria itu, karena kalau ia juga ikut menikmatinya, ia sama saja tak ada bedanya dengan jalang di luar sana.

Tanpa Luhan sadari, kini tubuh mereka sudah dalam keadaan tidak tertutupi sehelai benang pun. Pria itu mulai bersiap-siap melakukan hal yang akan membuat kesucian Luhan hilang.

"Kumohon hiks jangan melakukannya.. Jebal hiks ha-hajima hiks hajim
" pria itu tidak mengindahkan perkataan Luhan dan langsung menyatukan tubuh polos mereka.

"ANDWAE!!"

_________________________

Tbc

Hai hai, I'm comeback everybody😆 Setelah sebulan lebih hiatus dari dunia per-ff-an /cek ileh/ aku balik lagi bawain ff Hunhan, tenang aja, masih ff yang abal-abal kok wkwkwk😂 aku bakal slow update, soalnya lagi sibuk sama urusan real life, tapi kalo banyak yang suka sama cerita ini, aku bakal usahain seminggu dua kali buat up. Vommentnya juseyo~ See you next chapter, paipai😘

Annyeong

Painful Love [Hunhan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang