Chapter 03

5.3K 386 17
                                    

Tiga jam Sehun dan Luhan habiskan untuk berbelanja pakaian Luhan. Jujur, Sehun juga tidak tahu entah dorongan dari mana dia dengan suka rela membelikan semua kebutuhan Luhan, padahal Sehun itu terkenal dengan sikap cuek dan tidak pedulinya.

"Terima kasih telah membelikanku semua ini, dan maaf merepotkanmu Sehun-ssi." Ucap Luhan sungkan.

"Asal kau menyukainya, tidak ada masalah bagiku, ini juga sebagai permintaan maaf ku padamu."

"Bukankah sudah ku bilang ini semua bukan sepenuhnya salahmu? Jadi berhentilah meminta maaf," Luhan memberikan senyum hangatnya yang lagi-lagi membuat Sehun tanpa sadar ikut menarik sudut bibirnya.

~~

Senyumnya begitu hangat, dan matanya ... bahkan aku baru menyadari kalau dia memiliki mata rusa yang sangat indah, batin Sehun dalam hati.

"Jadi bagaimana menurut anda Sehun-ssi?" Sehun mengabaikan pertanyaan dari kliennya, kini pikirannya melayang memikirkan Luhan.

"Sehun-ssi?" ulangnya sekali lagi.

Irene yang memang sekretaris Sehun langsung menggoyangkan lengan Sehun di sebelahnya—berusaha membuyarkan lamunan bosnya itu.

Sehun sedikit tersentak lalu dengan cepat menggantikan mimik wajahnya agar tidak terlihat begitu terkejut.

"Bagaimana Sehun-ssi? Apa anda setuju?"

"Y-ya, saya setuju," jawab Sehun yang sebenarnya ia bahkan tidak tahu apa yang disetujuinya barusan. Toh, nanti ia bisa tanyakan lebih jelasnya pada sekretarisnya.

Setelah rapat selesai, Irene bergerak cepat ke arah pintu—menghadang Sehun yang ingin keluar.

"Saya tahu anda melamun tadi, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran anda?" tanya Irene yang tak mendapatkan respon apa-apa dari Sehun.

"Apa pekerjaan kantor membuatmu stres?" Dengan sebuah senyuman menggoda Irene mulai membuka satu kancing kemejanya.

"Minggir!" ucap Sehun.

"Kalau iya, mari kita bersenang-senang sebentar, itu akan menghilangkan bebanmu Sehun-ssi," Irene membuka lagi kancing keduanya dan menghiraukan ucapan Sehun.

"Hentikan Irene!" titah Sehun dengan nada dinginnya.

"Oh, ayolah Tuan. Saya tau anda pasti menginginkannya bukan? Lagipula di sini juga tidak ada kamera cctv, kita tinggal mengunci pintunya saja," kancing ketiga lolos terbuka, kini terlihat dengan jelas bra yang hanya menutupi sebagian payudaranya yang besar itu.

"Minggir atau kau, ku pecat!" titah Sehun dengan nada yang mulai meninggi, membuat Irene yang mendengarnya langsung memberikan jalan kepada Sehun dan mengancingi kemejanya.

Sehun memang sudah lama mengetahui kalau sekretarisnya itu menyukainya, tapi karena hasil kerjanya bagus, Sehun memilih tak acuh dan mengabaikan sikap manis yang Irene berikan untuknya.

"Kau boleh menolakku kali ini, tapi lihatlah, sebentar lagi kau akan jatuh dalam pesonaku Sehun." Irene tersenyum miring menatapi punggung tegap Sehun yang berjalan menjauh.

***

"Aku pulang," Sehun baru saja pulang dari kantor, dia pulang larut malam karena lembur.

Sudah berapa lama dia menungguku? Apa dia sudah makan? Batin Sehun yang lagi-lagi mendapati Luhan tertidur di sofa ruang tengah.

"Luhan," panggilnya.

Luhan terbangun dari tidurnya, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Sehun dalam jarak yang cukup dekat. Luhan terpaku, dia menatap mata elang Sehun, begitu juga sebaliknya, Sehun balas menatap mata indah Luhan.

Painful Love [Hunhan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang